Impossible 2

531 56 5
                                    

Impossible 2

"UAAAHHH." Eren terbangun dan bergegas menuju kamar kecil. Ini salahnya karena tidak buang air kecil sebelum tidur.

"Leganya." Eren keluar dari kamar kecil. Seharusnya ia tidur di luar kan? Bagaimana ia bisa berada di kamar? Eren memiringkan kepalanya berfikir.

Langkah kakinya terhenti seketika saat melihat sosok yang tengah terjaga di meja kerjanya. "Ackerman-san." Panggilnya.

"Eren?." Levi menghentikan pekerjaannya sejenak. "Kau terbangun?."

"Ah ya." Eren mengangguk.

"Hoo." Levi kembali melanjutkan perkerjaannya. Eren menatap khawatir Levi. Sebagai anak dari seorang dokter tentunya Eren tahu jika bergadang tidak baik untuk kesehatan disisilain juga Eren paham betul jika Levi tidak bisa meninggalkan pekerjaan yang harus ia selesaikan.

Eren mengambil sebuah inisiatif. Kaki kecilnya berlari menuju dapur. Memanaskan air dan membuatkan teh hangat untuk Levi. Malam ini juga terasa sangat dingin, Eren mengambilkan selimut tebal dari kamarnya dan memasangkannya ke pundak Levi.

Levi hanya terdiam melihat prilaku Eren. Menatap kesal Eren yang berlari ke sana kesini melakukan sesuatu untuknya. Menggemaskan, pikirnya. Tidak lama kemudian Eren kembali dengan secangkir teh di tanganya. "Ackerman-san. Aku tahu kau sangat sibuk, tapi setidaknya pikirkanlah kesehatanmu. Tidur sebentar dan lanjutkan nanti pagi." Seketika Levi merasa deja vu. Ya Eren pernah mengatakan ini padanya dahulu. Tapi dalam kondisi Eren yang sekarang ini..........

"A." Jawab Levi singkat.

Eren kembali kekamarnyanya. Besok ia harus kesekolah pastinya Eren harus kembali tidur sekarang. Bisa gawat jika ia harus bangun kesiangan.

Levi terus menatap cangkir tehnya. Seharusnya ia sudah terbiasa. Bukan kah memang Eren yang selalu membuatkan teh untuknya. Perasaan yang tidak biasa. Levi merasa jika Eren benar – benar menggemaskan tadi. Apa dia sudah gila?

**

Pagi kembali menyapa. Baru dua hari Eren tinggal bersama Levi. Entah kenapa waktu begitu lama berlalu. Eren mulai merindukan keluarganya.

Eren terbangun dari tidurnya. Melihat jam di sisi kanannya. Waktu sudah menunjukan pukul 05.00 a.m. Eren harus segera bangkit dan menyiapkan sarapan kemudian berkemas dan berangkat ke sekolah.

Eren terkejut bukan kepalang ketika melihat sosok yang tengah berkutat di dapur. "Ackerman-san?." Pekiknya. "Kenapa?."

"Daijobu. Aku sudah tidur selama 3 jam dan baru bangun. Sekarang giliran ku yang membuat sarapan."

.

.

.

Eren menatap takjub Levi yang sedang memasak. Tentu saja Levi telaten melakukan pekerjaan rumah. Mengingat Levi merupakan pria single dan tinggal sendiri. Tapi entah kenapa ketampanan Levi meningkat berkali – kali lipat ketika sedang memasak.

Dengan cepat Eren menggelengkan kepalanya. Menyingkirkan jauh – jauh pikirannya barusan. Tidak seharusnya ia memikirkan itu pada pria dewasa. Di tambah lagi Eren masih bocah SMP.

"Ano, Ackerman-san."

"Levi."

"Huh?."

"Cukup Levi." Levi selesai menghidangkan sarapan di atas meja dan ia pun menyusul Eren dan duduk berhadapan dengan gadis itu.

"Hm Levi-san?."

"Hn?."

"Apa tidak masalah jika kau yang membuat sarapan?." Eren merasa tidak nyaman.

ImpossibleWhere stories live. Discover now