Nightmare

841 107 15
                                    

Disclaimer: Masashi Kishimoto

Sumber Ide Cerita: Fatal Frame [Project ZERO] by TECMO

Pair: SasuNaru

Warning: Horror gagal 😫

Pertama kali publish di Fanfiction.net dengan nama penaku terdahulu "Kusanagi 77".

Publish ulang di Wattpad dengan perubahan susunan kalimat.

Selamat membaca ...

.

.

.

"Hei, Sasuke ... Apa malam ini kau bisa menemaniku ke rumah kuno yang ada di Distrik 6?"

"Mau apa kau ke sana?"

Naruto menggaruk canggung pipi kanan.

"Kemarin aku mampir ke Kedai Ramen Ichiraku. Paman pemilik kedai memberi kupon gratis untuk dua orang. Karena hari sudah petang, aku ambil jalan pintas melewati Distrik 6. Aku berjalan sambil pegang kupon itu di tanganku. Tiba-tiba ... angin kencang bertiup—"

"—kupon tersebut dibawa terbang, lalu masuk dalam rumah itu ... Benar, 'kan?"

Dilihatnya mimik si pirang berubah kecewa, Sasuke menghela napas.

"Kenapa kau tidak ambil sendiri?" Pertanyaan Sasuke menggelitik alasan tersembunyi. "Naruto ... apa kau takut?" Tebak terlontar tepat sasaran. "Sejak kecil kau pribadi mudah dibaca." Si pirang membatu. "Hal itulah yang buatku menyukaimu."

"Me—Menyukaiku?" cicitnya gugup. Merah muda menjalari paras manis.

"Akan kutemani kau."

"Eh ...? Benar kau akan menemaniku?"

"Hn ... Aku mau lihat ekspresi takutmu—" hitam melirik jahil, "—pasti menarik."

"Kau— Kau menyebalkan, Teme!"

***

07.15 p.m ...

Entah keberapa kali Naruto menelan liur. Gelapnya malam membuat siluet bangunan kuno tampak menyeramkan. Selubung mistis terasa kental meremang kulit. Sendi-sendi tubuh berteriak ingin berbalik—pergi menjauh dari tempat beraura negatif.

Rumor janggal tersebar mengenai penampakan, kejadian supranatural, ataupun teriak audible seorang wanita—membuat manusia hidup tak berani mendekat, apalagi menginjakkan kaki demi mengantar sepenggal nyawa.

"Kita masuk ..."

Derit lirih pintu gerbang menghantar semilir hembus dingin. Naruto berjengit. Ia mengekori Sasuke. Kedua kaki terbelenggu 'bola besi'. Ritme jantungnya bertalu-talu menelusuri.

Srak. Srak. Srak ...

Rumput halaman dibiarkan meninggi. Gemerisik terdengar tiap ia melangkah maju—memperjelas struktur bangunan kuno bertingkat tiga diliput sunyi.

Hampar langit dirudung pekat. Redup sang rembulan bersinar temaram, namun tak mampu menghapus besit gentar melingkupi hati.

Sasuke terus melangkah. Terhenti saat kehilangan langkah si pirang yang mengikut di belakangnya.

KaleidoscopeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang