Four - Berusaha Lebih Dekat

90 15 7
                                    

Senyummu kurindu
Kehadiranmu kutunggu
Ketika kau jauh dariku
Hatikupun merindukanmu

-LAKUNA-

"Boleh gue gabung di sini?" tanya seseorang.

Vanya mendongakkan kepala, menatap cowok yang berdiri di samping tempat duduknya dengan tangan yang memegang nampan berisi makanan dan minuman yang dia beli.

"Van?" ucapnya. Vanya menganggukkan kepalanya singkat kepada Andra.

Andra meletakkan nampannya dan menduduki kursi di depan Vanya, cowok itu menatap Vanya yang sedang memakan makanannya dan bersikap tak acuh padanya.

"Tumben lo gak sama Sabrina?" tanya Andra membuat Vanya tidak jadi menggigit nasi yang ada di genggamannya.

"Lagi ada urusan dia," jawab Vanya. Andra hanya ber-oh ria.

Vanya kembali sibuk menghabiskan makanannya dan ingin segera pergi dari restaurant fastfood itu untuk kembali ke rumah, mengistirahatkan badan serta pikirannya yang lelah.

"Mau kemana Van?" tanya Andra saat Vanya beranjak dari kursinya.

"Mau cuci tangan lah."

"Kok bawa tas sih," kata Andra.

"Biar sekalian langsung pulang," balas Vanya lalu berjalan meninggalkan meja itu.

"Eh tunggu. Gue anterin Van." Andra meletakkan burgernya yang baru dimakan setengah itu dan langsung mengejar Vanya.

"Ngapain lo di sini?" Vanya memandang Andra dengan tatapan heran saat cowok itu berdiri di depan toilet.

"Nungguin lo lah, ayo pulang," ajak Andra yang tak diacuhkan Vanya. Cewek itu berjalan cepat keluar dari restaurant fastfood tersebut.

Sampai di depan pintu, Vanya berhenti melangkah saat titik-titik air hujan jatuh menyentuh jalanan yang tadinya kering, aroma petrikor menyeruak di indra penciuman. Vanya menarik napasnya dalam menikmati udara sejuk siang ini. Andra yang sudah berdiri di samping Vanya ikut menghirup oksigen yang terasa lebih segar itu seraya memandang hujan yang mulai deras.

"Lo suka hujan?" Vanya menoleh mendengar pertanyaan Andra, mata mereka bertabrakan membuat Andra tenggelam dalam tatapan mata meneduhkan milik Vanya.

"Ya sukalah. Hujan itu bikin sejuk, bisa nenangin hati juga," kata Vanya lalu mengalihkan pandangannya kearah jalanan dimana kendaraan bermotor masih berlalu lalang, berharap ada angkutan umum yang bisa membawanya kembali ke rumah.

"Oke, jadi seorang Vanya Claretta Azkia suka sunset sama hujan," ujar Andra membuat Vanya meliriknya sekilas. "Suka gue kapan Van?" lanjutnya yang membuat Vanya refleks menginjak kaki cowok itu.

"Ngarep lo?"

"Iya dong." Andra mencolek dagu Vanya dengan telunjuknya.

"Ih pegang-pegang, dasar tukang modus." Vanya mendengus kesal.

"Gue gak mau jadi tukang modus. Gue maunya jadi pencuri hati lo aja."

"ANDRA!" kata Vanya menekan ucapannya karena ingat ini masih di tempat umum.

"Apa Sayang?" Andra malah menaik-turunkan alisnya menggoda sambil tersenyum penuh kemenangan.

"Ngeselin."

"Udah ayo pulang aja." Andra menarik tangan Vanya ke tempat dimana motornya diparkir.

"Masih gerimis Ndra," ucap Vanya.

"Katanya suka hujan," balas Andra sambil menaiki motornya dan mengeluarkannya dari barisan motor lain di sana.

"Ya tapi kalo gerimis gini sih bisa bikin pusing, mending deres sekalian," elak Vanya.

"Naik," perintah Andra.

Vanya masih diam, berdiri di tempatnya tanpa ada niat untuk naik ke atas motor Andra. "Gue bisa pulang sendiri kok."

"Naik aja sih Van, buruan." Andra menarik tangan Vanya agar mendekat ke motornya.

"Dasar pemaksa!" gerutu Vanya yang sedang berpegangan pada kedua bahu Andra untuk menaiki motor sport cowok itu.

"Udah bener duduknya?" tanya Andra menoleh ke belakang melihat Vanya yang sudah nyaman dengan posisi duduknya, cewek itu bersedekap santai.

"Apa lihat-lihat."

"Pegangan Van." Setelah mengatakan itu Andra menjalankan motornya pelan keluar dari area parkir.

Di jalan raya yang terlihat agak lenggang Andra menambah kecepatan motornya membuat Vanya mau tidak mau memegang jaket di bagian pinggang cowok itu, dalam hati ia mengumpat karena kelakuan Andra membuatnya sedikit was-was.

"Modus banget sih lo. Basi tau gak," kata Vanya melepas cengkramannya di jaket Andra saat motor itu sudah berhenti karena lampu merah.

"Dikit doang elah," balas Andra, "rumah lo dimana?" lanjutnya bertanya.

"Makanya kalo gak tau tuh gak usah sok mau nganter gue pulang."

Bunyi klakson yang bersahutan membuat Andra kembali menjalankan motornya membelah jalanan siang ini. Sesekali Andra mendengarkan intruksi dari Vanya untuk menuju alamat rumah cewek itu.

"Makasih Ndra," ucap Vanya setelah turun dari motor Andra, saat ingin membuka pagar rumahnya terdengar ucapan yang membuatnya kembali menoleh ke belakang.

"Gue gak disuruh mampir? Kali aja mau dikenalin sama orang tua lo hehe."

"Dih najisin."

Dengan cuek Vanya kembali melangkah masuk ke rumahnya, meninggalkan Andra yang masih memandanginya dari atas motor dan menggelengkan kepala melihat kelakuan cewek itu. Andra kembali memakai helmnya dan meninggalkan rumah bergaya minimalis itu dengan suara deruman motornya.

***

"Siapa Van yang barusan nganterin kamu?" tanya Rini, saat anaknya baru saja mencium punggung tangannya.

"Oh, itu Andra Ma."

"Kok gak mampir sih," kata Mamanya sambil mengikuti Vanya yang menghempaskan pantatnya di sofa ruang tamu.

"Anaknya rada ajaib, nanti Mama ribet ngeladenin omongan dia yang gak bermutu," jelas Vanya seraya menyandarkan punggungnya ke sofa dan memejamkan matanya.

"Mama jadi penasaran sama dia. Kapan-kapan ajakin main ke sini Van," pintanya. Vanya membuka matanya, menggelengkan kepala menolak ucapan Mamanya.

"Ogah Ma, nanti dia makin kepedean," balas Vanya.

"Dia suka sama kamu ya?" tanya Mamanya kepo.

"Gak tau, dan Vanya gak mau tau sih." Mamanya terkekeh kecil melihat ekspresi anaknya yang menandakan bahwa ia tak suka pada lelaki itu.

"Vero masih gak ada kabar ya Van? Mama kangen sama dia." Rini menatap anaknya yang tiba-tiba terdiam.

"Vanya gak tau Ma. Aku juga kangen dia," lirihnya. "Udah ah aku mau tidur bentar," pamitnya beranjak dari sofa menuju kamarnya yang berada di lantai dua.

Sampai di kamar bukannya tidur seperti apa yang dia katakan tadi, tapi Vanya malah memikirkan sesuatu. Tangannya menggenggam handphone, layar flat itu menampilkan sebuah akun instagram yang sudah lama tidak aktif.

"Nomor telepon gak aktif, akun sosmed juga gak aktif, terus gimana caranya aku bisa tau kamu ada dimana Ver."

Vanya jadi tertarik untuk stalking akun instagram milik Vero, membuatnya melihat berbagai foto maupun video yang rata-rata memperlihatkan cowok yang dia rindukan itu, Vanya tersenyum kecil saat memutar video beberapa tingkah aneh Vero yang malah dirasanya terlihat lucu.

'Aku cuma bisa nunggu takdir tuhan mempertemukan kita lagi, semoga aja masih ada kesempatan,' batin Vanya dengan seulas senyum yang menghiasi bibirnya.

***

Aku tida akan bosan untuk mengingatkan vommen gaes wkwkwkk :'))

~7 September 2017~

LakunaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang