Ku Ditakdirkan untukku

1.3K 16 1
                                    

Malam ini adalah malam sunyi dimana hanya terdengar suara jangkrik yang seolah bernyanyi merdu, sunyi dan sepi, kini yang kurasakan yaitu cape bagaimana tidak hari ini bergelut dengan waktu dan pekerjaan yang sangat melelahkan, tapi aku tetap bersyukur setidaknya aku bukan termaksud kategori pengangguran.
“ Loh!! Vina kamu sudah pulang, kenapa tidak langsung masuk “ sapa seorang wanita sebayaku.
“ Eh Dini, tadi aku udah ucapkan salam tapi tidak ada jawaban “
“ Perasaan bukan itu yang aku tanyakan, sepertinya kamu belum minum ya vin ? kamu seperti pucat kekurangan darah “ bercanda temanku.
“ Sepertinya kamu benar “ balasku lemas.
“Yasudah ayo masuk, mandi dan istirahat “
Dini adalah teman seperjungaan ku saat kuliah dan kini dia menjadi teman satu tim di tempat pekerjaan, dia merupakan sahabatku dan keluargga keduaku ditempat perantauan ini, dia juga terkadang seperti Ibuku suka cerewet dan menasehati, badan ini terasan benar-benar cape aku paksakan mandi, karena terika badan cape setealh mandi atau terkena air tubuh ini serasa rileks dan segar, ku kerebahkan tubuh ini di kasur dan asik memaenkan handphone .
“Vin, memangnya tadi lagi banyak pasien ya, semua bad pasien penuh ?”
“Iya penuh”
“ Ruang VIV juga ada pasien ? “
“ Iya ada “
“ Siapa yang menjadi pasien diruang VIV ?”
“ Liat aja besok, kamu besok dines pagi kan ?”
“ Iya kok tahu aku besok dines pagi “
“Karena besok aku juga dines pagi saat cek teman sedines dan tercantantum namamu, aku langsung tidur ya “
“Iya kamu tidur duluan saja masih ada yang harus aku kerjakan “ ucap vina.
***
Udara begitu sejuk, udara yang sangat nikmat untuk di hidru itu adalah udara waktu  subuh, karena udara di waktu subuh belum terkontaminasi dengan namanya asap polusi, ketika ku buka jendela lalu kuhirup udara sebanyak-banyaknya biar aliran darah lancer dan otak segar, kulihan Dini masih sibuk menyetrika seragam putih-putih seragam kebanggaan kita sebagai perawat karena kita tidak akan terlepas dari seragam ini kecuali kebijakan dari ruangan yang membiarlan kita memakai seragam yang berbeda warna itu juga hanya hari-hari tertentu saja.
Sesampai di tempat kita bekerja kita disambut teman yang bertugas malam atau dines malam kita lalu berkumpul untuk membacakan doa lalu berkeliling melihat pasien, perawat yang dines malam melaporkan perkembangan pasien dan melaporkan apa saja tugas yang sudah dilaksanakan dan tugas yang belum dilaksanakan. Kita lalu masuk ke ruangan pasien mulai dari kelas 3 sampai riang VIV.
“ Sebelumnya saya beritahu kalau di ruang VIV ada seorang pasien dia merupakan Artis, jadi kita berikan pelayanan yang sebaik-baiknya karena akan banyak wartawan yang lalu lalang “ Ucap kepala ruangan.
Semua teman-teman satu tim saling menatap satu sama lain dan penasaran siapa artis yang sedang dirawat. Kita lalu di bagi tugas oleh kepala ruangan dan aku kebagian menjaga ruang VIV, entah aku senang atau tidak mendapat amanah ini, aku lebih suka menjaga ruang kelas 3 karena mereka suka bersosialisasi namun aku juga tidak bisa menolak ketika aku ditugaskan menjaga dan memberi perawatan ruang VIV.
“ Wah beruntung ditugaskan di ruang VIV berarti bisa ketemu dengan artis itu “
“ Aku tidak senang sama sekali, aku malah lebih baik menjaga kelas 3 “
“ Vina, saya harap kamu bisa menjaga amanah ini, dan jaga nama baik Rumah sakit “
Ucap kepala ruangan.
“Siap bu “
Tugas pertama yang harus dikerjakan yaitu mengejek tempat tidur, oksigen, infus dan lainnya, kulangkahkan kaki ini menuju runagan itu lalu kuketuk dan mengucapkan salam.
“ Selamat pagi “
Kucoba memberi salam seramah mungkin. Kulihat seorang yang sedang berbaring wajahnya putih matanya sipit idungnya manjung dan dia sangat ganteng, ku coba memberikan senyuman.
“ Maaf sebelumnya pak saya harus mengganti seprey “
“Iya “ ucap pasien tersebut,
lalu dia bangun walau agak kesusahan kubantu berlahan membangunkannya, lalu kubantu dia sampai duduk di sofa, karena sepatu yang dapai pasien tersebuh sehinga sebelum nyampe sofa pasien tersebut hamper terjatuhm terjatuh. Aku coba menariknya namun kita aku malah terbawa dan kita terjatuh bersama di atas sofa kini posisiku di bawah tubuhnya seketika kita salung memandang satu sama lain, entah apa yang sedang aku rasakan jantung ini serasa berdetak begitu cepat dan terasa perasaan yang aneh.
“ Maaf pak “ ucapku sambil merasa bersalah.
“Iya tidak apa-apa “ pasien itu lalu duduk dan aku segera berdiri,  langsung mengganti serpey.
“ Apakah bapak mau tidur nanti saya bantu “
“Tidak saya mau duduk saja “
“ Baiklah saya permisi dulu kalau ada apa-apa bapak tinggal pencet bel saja “ aku langsung pergi namun ketika mau menutup pintu.
“Tunggu “ ucap pasien tersebut
“ Iya pak kenapa ?”
“Terimakasih tadi kamu telah menolongku, kalau tidak kamu tarik mungkin aku akan jatuh ke lantai “
“Iya pak “ ucapku sambil menunduk.
“ dan satu lagi kamu jangan manggil saya pak panggil nama saya aja mengerti suster Vini “ ucapnya sambil tersenyum.
Rasanya jantung ini semakin berdebar apalagi setelah melihat senyumnya, sampai-sampai aku lupa tadi tidak memperkenalkan namaku, namu mungkin dia membaca name tag saya, akupun terus bulak baik kamar tersebut untuk memberikan pelayanan dan mengerjakan tugasku dari mulai menyuntikan obat sampai membantu aktivitasnya yang masih di toleransi dan aku sudah mulai akrab dengan pasien itu.
***
Sesampainya di kosan aku langsung mandi dan membaringkan tubuhku, entah kenapa kejadian tadi pagi masih terngiang dipikiranku kadang aku suka memukul-mukul kepalaku karena tidak bisa melupakan kejadia tadi.
“Vin, kamu melamun saja “ Aku kaget mendengarnya.
“ ayo lagi mikirin siapa vin, oia bay the wey pasien di VIV itu sering membintangi film bioskop, coba deh sini liat nih aku lagi nonton film yang baru-baru ini tanyang di bioskop ternyata pemeran pertamanya pasien VIV itu, dan satelah aku cek di balik layar film itu saat syuting dia sempat pinsan “
“ Serius kamu Din ?” karena penasaran aku langsung liat film tersebut dan ternyata benar di dalam film tersebut ada sosok yang sedari terus menghantui pikiranku, sosok yang sangat ganteng dengan mata sipit, idung manjung, kulit putih pasti beruntung wanta yang menjadi kekasihnya
“Oh tuhan apa yang aku pikirkan ini” bisikku dalam hati sambil memukul-mukul kepala.
“Vina tadi gimmana setelah kamu masuk ruang VIV tersebut pasiennya cerewet tidak, atau galak biasanya pasien VIV itu manja dan apa-apa harus kita yang melayani?” ucap dini.
“ kamu itu nanya tapi jawab sendiri “
“ yaudah sekarang kamu yang jawab dong “
“ pasien VIV dia baik kok, gak neko-neko juga “
“ wah aku jadi mau masuk keruangan itu hehe “
Percakapan kita selesai disini karena aku tidak mau membicarakan pasien VIV tersebuh, aku juga lagi bingung dengan apa yang sedang aku rasakan.
***
Kaki ku mulai melangkah suasana sangat sunyi maklumlah aku sekarang kebagian jaga malam jadi sepanjang menyelusuri jalan rumah sakit tidak ada yang berlalu lalang kecuali petugas rumah sakit setelah sesampainya di Ruangan tempat aku kerja seperti biasa perawat yang dines siang sebelum pulang melaporkan apa yang sudah dikerjakan dan apa yang belum dikerjakan juga menjelasan satu per satu kondisi pasien. Mulai dari kelas VIV sampai kelas 3 dan dari laporan tersebut bahwa pasien dikelas VIV sudah pulang karena kondisinya sudah membaik,
Biasanya mendengar salah satu pasien pulang aku selalu senang namun apa yang kurasakan saat ini berbeda dengan saat ini entah kenapa perasaanku sedih mendengan pasien VIV sudah pulang, tapi lagi-lagi aku menyakinkan hatiku bahwa harus membuang perasaan ini jauh-jauh.
“Vini sekarang kamu kebagian bertugas dikelas 3 ya “ ucap kepala ruangan.
“Siap bu “
Unuk melupakan perasaanku yang aneh ini aku sibukan diri dengaan mengontrol pasien yang ada dikelas 3 satu per satumuali dari mengganti semua seprey sampai menyunguntikan obat sesuai jadwal yang telah diintruksikan setelah itu aku tidak diam aku langsung menbuat laporan. hari ini sangat lelah sampai-sampai tidak terassa waktu sudah menunjukan jam 04:30 WIB tandanya sudah waktu shalat subuh, aku langsung bergegas shalat subuh dan berdoa kepasa Allah SWT.
“ Ya Allah perasaan apa yang sedang hamba rasakan ini, perasaan ini sungguh menyiksa ya Allah tapi hamba percaya engkaulah yang menumbuhkan rasa ini dan engkaulah juga yang akan menghilangkan rasa ini, kalau memang hamba berjodoh dengan dia maka dekatkanlah ya Allah namun kalau tidak hialngkanlah perasaan yang hamba rasakan ini “
Pagi ini aku masih menjalankan tugas yang tersisa dan menberikan obat sesuai jadwalnya, namun tiba-tiba datang seorang  teman yang yang menyampaikan kalau aku disuruh segera kelapang.
“ Emang dilapang ada apa ? “ ucapku yang penuh dengan tanda Tanya.
“ Aku juga tidak tahu tapi disana banyak wartaawan, apa kamu melakukan kesalahan saat merawat pasien VIV ?”
“ Hah, aku hanya melakukan sesuai tugasku “ ucapku dengan perasaan kaget.
“ Yaudah cepat sana temui dulu “
“Tapi aku takut “ ucapku.
“ Kenapa harus takut, keasana dulu aja temuin mereka “
Aku langsung melakahkan kaki menuju lapangan dengan peraan penuh dengan tanda Tanya dan sedikit takut, apa karena aku telah membuat pasien VIV terjatuh, Ya tuhan apa lagi ini, setelah sampai dilapang aku melihat banyak wartawan dan semuanya sekarang melirik kearahku, namun diantara kerumuhan itu ada seseorang yang aku kenal, yah dia adalah pasien VIV yang aku rawat dia terus melangkah menuju arahku.
“ Will you merry me ?”
Terlihat pasien VIV tersebut sedang berada dihadapanku sambil membaawa bunga, apa aku sedang mimpi, aku mencoba mencubit tanganku dan aku merasakan sakit ternyata ini benar bukan mimpi ini kenyatan, dan kini semua kamera yang waartawan bawa sedang mempotret kita berdua.
“ yes, I will “
Tuhan menciptakan manusia berpasang-pasangan, terimakasih ya Allah kau telah mengirimkan dia kau telah mengabulkan semua doaku ( alhamdulillah seperti lagu nasyid tkau ditakdirkan untuku.

Kumpulan Cerpen Perawat Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang