EIGH

12 3 0
                                    

Enjoy

*******

"Rey kita duluan ya!!"

Orang yang bernama Rey hanya mengangguk dan kembali membereskan alat yang tim-nya pakai latihan karena hari ini jadwal piketnya.

'Huft.. Menyebalkan! Kenapa harus pulang?!'

Rey menggerutu dalam hati walau dia hanya sendiri dalam aula itu. Setelah semua rapi, dia mendukung tasnya dan turun kelantai dasar parkiran gedung itu.

Dalam perjalanan menggunakan motornya, Rey memikirkan segala tempat yang bisa ia singgahi agar tak cepat pulang ke 'rumahnya'. Dan seketika matanya menangkap pemandangan Taman komplek rumahnya.

'Mungkin itu pilihan yang bagus?'

Rey membawa motornya ke Taman tersebut. Membuka helm-nya dan menelusuri jalan setapak yang dipenuhi anak-anak bermain. Seketika kenangan masa kecil memenuhi pikirannya. Rey tersenyum, ingin rasanya ia kembali saat umurnya 4 tahun. Pikirannya yang masih polos dan masanya untuk bermain.

Tapi semua hancur karena kejadian itu. Rey mendengus dan berjalan cepat melewati gerombolan anak itu. Sepertinya dia harus mencari tempat yang sepi untuk menenangkan pikirannya.

Rey berhenti saat matanya menangkap sebuah pohon yang cocok untuk disinggahi. Ia tersenyum tipis dan melangkah kesana.  Mengenakan earphone putihnya, Rey mengeluarkan buku sketsanya serta ponselnya dari dalam tas. Setelah menyetel lagu,  dia beralih ke galeri dan mencari gambar yang akan di redraw-nya. Yap, Rey seorang otaku. Mungkin di dalam laptopnya sudah penuh dengan segala hal berbau animasi dari negeri sakura itu.

Ia mulai menggores pensil mekaniknya sesuai dengan gambar yang ada di ponselnya. Mata, rambut, hingga pose dari karakter itu ia gambar hingga mendetail. Sesekali ia menghapus goresan yang tak sesuai atau melenceng dari bentuk. Dia sungguh serius dengan hobby-nya yang satu ini.

'Not bad.'

Ia tutup buku sketsanya setelah sketsa akhir selesai, ia akan mewarnai gambarnya dirumah karena ia tidak membawa pensil warna.

Rey menutup matanya ketika angin berhembus lembut. Rasa tenang menghinggapi membuat tubuhnya rileks ditambah hangatnya mentari senja yang bersinar, inilah yang dia inginkan.

Saat matanya terbuka, ia kembali disuguhkan sesuatu yang untuk pertama kalinya ia lihat.

Sebuah senyum tulus nan polos dari seorang gadis dengan minidress berwarna peach yang sangan pas dengan warna kulitnya serta surai coklatnya yang melambai lembut tertiup angin. Matanya terpejam serta bibirnya membentuk bulan sabit.

Cantik.

Satu kata itu terucap dibenak Rey untuk gadis Bulan sabit itu.

Tak lama gadis itu menoleh kesebelah kanannya dan bibir nya bergerak mengatakan sesuatu. Rey baru menyadari sebuah headset mengantung di kedua telinga gadis itu.

Telponan?

Tapi gelagat gadis itu seperti mengobrol dengan 'sesuatu' disebelahnya. Dia selalu menoleh kesebelah kanan dan juga mengeluarkan berbagai macam ekspresi.

Rey mengerjab saat sadar, sudut bibinya terangkat sedikit melihat gadis itu berekspresi cemberut dengan menggembungkan kedua pipinya.

Aku tersenyum?

*****

Ia tersadar dari lamunannya karena suasana kelas menjadi sangat ribut karena bisikan-bisikan teman sekelasnya. Kerutan tercetak di dahinya.

Ada apa?

Meelihat kedepan kelas, dan melihat gadis itu berdiri sambil menghadap papan tulis. Dia sedang menulis sesuatu dan ketika selesai, dia berbalik lalu membungkuk dan kembali ke tempat duduknya.

Semua pasang mata yang ada dikelas menatap satu tujuan, yaitu papan tulis. Dan semua membulatkan mata, termasuk dirinya.

'Perkenalkan namaku Ashiela Kokonoe(read:Kokonoe Ashiela), umurku 16 tahun. Aku dari SMP Xaverius 3 saat kelas 7, dan melanjutkan homeschooling. Aku memiliki masalah dengan pita suaraku yang menyebabkan pengecilan volume suara. Mohon bantuannya.'

###

Palembang, 27 September 2017
AsokaFlower 🌸

You Like A SiriusTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang