THREE

18 4 0
                                    

Enjoy.

*******

Aku membuka mataku perlahan, mengedip beberapa kali agar terbiasa dengan cahaya lampu. Aku menyipitkan mata saat pandanganku tak fokus juga. Ku lihat ke arah nakas di sebelah kiri dan menemukan benda yang kubutuhkan, kacamata.

Setelah memakainya dan pandanganku mulai fokus, Aku melihat jam dinding yang berada di dinding sebelah kiri.

12.20 dini hari.

Ya ini tengah malam. Terlihat dari semua jendela di ruangan ini tertutup dan tiga orang saat aku pertama kali bangun sedang tertidur pulas. Terlihat dari kantung mata mereka yang besar, mereka pasti sangat kelelahan dan kurang tidur. Aku mengedarkan pandanganku ke sekeliling rumah ini.

"Yo!"

Aku terkejut saat melihat gadis bersurai putih pasir, beriris hijau daun dan menggunakan minidress putih berenda, berdiri di sebelah kanan tempat tidurku yang ternyata adalah Faora-sang pembimbing yang menyebalkan.

"Huh... kau membuatku terkejut! Aku pikir kau hantu-tunggu kau memang hantu atau lebih tepatnya malaikat, mungkin? Ah bodo amat."

"Hihihihi!"

"N-nee jangan seperti itu! Kau membuatku semakin takut!" Aku semakin menatap horot Faora. Sungguh dia membuat bulu kuduk-ku berdiri.

"Ma~ sudah cukup bercandanya." Kata Faora sambil mengibas-kibaskan tangannya. "Aku ke sini untuk menjelaskan sedikit tentang Kokonoe Ashiela." Lanjutnya.

Aku mengerutkan dahi. "Choto matte*, kenapa hanya sedikit? Kenapa tidak kau jelaskan semuanya?" Tanyaku jengkel.

Faora menghela nafas lelah dan tersenyum lebar-paksa. "Sekarang aku tanya, jika aku menjelaskan 'Semuanya', apa kau akan langsung mengerti dan menyerap semuanya?" Tanyanya dan menekankan pada kata 'semuanya'.

Aku mengerjabkan mata beberapa kali. Benar juga yang dia bilang. "Tidak."

Ekspresi Faora berubah datar. "Baka!"**

"Nee!!!"

"Jja hajimeru yo!"*** Kata Faora dengan ekspresinya yang kembali ceria. Mendokuse!****

Faora membuka buku kecil bersampul merah, yang didapatkannya entah dari mana. "Biodatamu, nama lengkap Kokonoe Ashiela. Umur 15 tahun, lahir di Indonesia tepatnya Palembang tanggal 6 April 2002. Anak kedua dari Akari,Kokonoe dan Aliandra,Kokonoe, yang tak lain adalah kedua orang paruh baya yang disana." Jelas Faora dan menunjuk sepasang paruh baya di sofa yang sedang tertidur. Aku sudah menduga dari awal bahwa mereka adalah orang tua dari Ashiela. Lalu aku melihat ke arah remaja lelaki yang tidur dengan buku menutupi wajahnya.

"Dan siapa remaja lelaki itu? Apa dia kakak Ashiela?"

Faora mengangguk. "Yeah, dia kakak-mu. Namanya Kokonoe Arata, umur tujuh belas tahun."

Aku mengangguk paham. Sudah kuduga bahwa tadi mereka menangisi Ashiela yang sudah 'pergi'.
Dan aku adalah Kokonoe Ashiela yang 'sekarang'.

"Oh ya dan satu fakta dari Ashiela." Aku kembali memperhatikan Faota yang sedang melihat isi buku merah itu. "Ashiela dinyatakan Koma dan dipindahkan dari Indonesia ke Tokyo, Jepang 3 tahun lalu."

"Heehh!! 3 tahun lalu?!"

"Ashiela?"

Aku langsung menoleh ke sumber suara, dan yang memanggilku adalah seorang yang sekarang aku panggil dengan sebutan...

"Kamu memerlukan sesuatu?" Tanyanya sambil berjalan ke arahku.

"Nandemonai, Okaa-san."***** Dia berhenti sejenak dan kedua alisnya naik. Dan tak lama dia tersenyum kecil.

Aku tak peduli dan kembali melihat ke arah Faora, dan... yang kulihat hanya udara kosong.

Sialan kau Faora!, batinku menggeram.

Saat 'Ibu' mendekat dia kembali bertanya. "Yakin? Kamu seperti mencari sesuatu."

"Etto.. sebenarnya aku ingin ke toilet." Bukan untuk mengalihkan perhatian, aku memang ingin ke toilet. Sebenarnya aku bisa pergi sendiri, tapi tubuh dan kaki-ku masih sangat lemas dan kaku. Mungkin karena aku tidur selama '3 tahun' ini.

"Baiklah, mari Okaa-san bantu." Dia merangkul pundakku dan membantuku menuju toilet yang ada di ruangan ini.

Saat sampai aku melepas rangkulan dan bilang aku bisa melakukannya sendiri, Ibu tersenyum dan menutup pintu.

Dan... inilah dia. Aku melihat pantulan diriku pada cermin. Tanganku bertumpu pada pinggiran wastafel.

Kuperhatikan setiap jengkal yang ada ditubuhku. Tubuhku agak pendek mungkin sekitar 150 cm, rambut berwarna coklat gelap sebatas punggung, mata hazel berwarna coklat, dan kulit kuning langsat walau agak pucat mungkin karena tidak pernah terpapar sinar matahari selama aku koma. Oh dan jangan lupa dengan kacamata berbingkai colat gelap dan kuperhatikan lensanya sedikit tebal.

Dan dapat aku simpulkan, nerd.

###

*Tunggu sebentar.
**Bodoh.
***Ya aku mulai.
****Menyebalkan
*****Bukan apa-apa, ibu.

*********
Hai ketemu lagi sama Inggit di chapter 3 YLAS. Prok..Prok..Prok.. #tepuktangan

Karena ini hari lebaran, aku kasih THR dua chapter. Aku baik kan???
#PedeAbisLoNgit

Jja nee!!!

AsokaFlower

You Like A SiriusTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang