Naruto milik Masashi KThis story my Idea.
Flashback
.
.
.
.
.
.
.
.
."Tou-san... aku tidak bisa." Lirih seseorang kepada lelaki yang dipanggil Tou-san.
"Bisa atau tidak bisa. Kau harus mau." Jawab 'Tousan' dengan tegas.
"Tapi tou-—."
"Pembicaraan kita sudah selesai, kau bisa keluar."
"Tou-san. Dengarkan aku dulu!!." Teriak sang pemuda bersurai blonde.
"Naruto!!. Sudah ku katakan kau tidak boleh membantah!!." Ucap ' Tou-san' tidak kalah tajam.
"Ini. Hidup. Ku. Kau tidak perlu repot repot mengurusiku lagi." Jawab seseorang bernama Naruto.
"Seperti bisa hidup tanpa uang. Dengar ya, nak. Selama ini kau tidak bisa lepas dari fasilitas yang tou-san berikan. Dan sekarang kau bilang 'tidak usah mengurusimu lagi?'. Cih.. memang kau bisa!??." Jelas 'Tou-san' panjang lebar disertai mendecih.
"Aku akan buktikan." Jawab Naruto seraya meninggalkan ruang tersebut beserta Tou-sannya.
Brak
Pintu yang tidak bersalah itu menjadi korban kekesalan Naruto.
"Ini demi kita semua Naruto." Gumam sendu 'Tou-san'.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.Naruto's POV
Sial. Ini semua benar-benar.......
'Kenapa tou-san harus membuat acara perjodohan segala. Sialan, jika mau acara perjodohan. Kenapa bukan dia saja yang menikahi gadis itu. Menjadikan istri mudanya.'
Kuso!!!
Sialan.
Brengsek.
Bajingan.
Sialan!sialan!
'Aku benar-benar ingin— Sial. Aku tidak akan bisa apa-apa jika sudah berurusan dengan pak tua itu. Jika benar dia akan mencabut semua fasilitasnya— mati saja aku. Double Sialll.
Tapi jika aku mengikuti permintaannya— !??
Aku akan kehilangan seseorang yang aku cintai.
Tapi, jika aku tidak menuruti perkataan pak tua itu. Aku akan kehilangan semuanya.
Dan mungkin juga semuanya. Ya semuanya..
Sial.!!!
Uhh—
Kepala ku akan meledak jika seperti ini.
Apa yang harus aku lakukan.
Hhhh.. hidupku benar-benar kacau.'
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
Naruto pov end"Aku ingin bicara— tapi tidak disini." Ucap seseorang.
"Akan ku tunggu kau diruanganku." Jawab seorang lelaki.
.
.
.
.
.
.
."Sudah kukatakan. Aku. Tidak. Merestuimu. Kau masih paham bahasa manusiakan.!?" Seseorang berkata dengan nada tajamnya.
"Hahh— tapi aku tidak mencintainya tou-san."
"Aku tidak memaksamu untuk mencintainya. Aku hanya menyuruhmu menikahinya, Naruto." Jawab seseorang yang terpanggil 'Tou-san'.
"Tapi tou-san. Menikah harus dilandasi oleh Cinta. Ibaratkan rumah yang kuat pastilah memiliki pondasi yang kuat. Tou-san kau tau maksud ku." Jawab seseorang bernama Naruto.
"Dengar ya Naruto, sudah ku katakan bukan. Kau hanya menikahinya. Bereskan."
"Tou-san, kenapa kau berbicara seolah olah pernikahan adalah sebuah permainan. Tou-san—"
"Tau apa kau kau tentang pernikahan. Aku lebih tau. Aku lebih berpengalaman. Jadi kau tidak usah menasehatiku."
"Tidak. Bukan itu maksudku. Aku tidak menasehatimu."
"Cih. Kau tidak boleh membantahku." Jawab sang tou-san seraya mendecih.
"Tou-san. Berapa kali aku katakan. Aku sudah memiliki kekasih. Dan aku mencintainya. Sangat." Tegas Naruto pada tou-san.
"Tau apa kau tentang cinta. Kau bahkan masih meminta uang padaku berbicara soal cinta. Tidak ku sangka. Anak yang aku besarkan dengan keringatku berkata soal cinta di depan orang tuanya." Ucap sinis sang Tou-san pada Naruto.
"Tou-san. Cobaalah mengerti aku." Jawab pasrah Naruto seraya menundukkan kepalanya.
"Dan cobalah untuk tidak membantahku !!!." Bentak sang tou-san pada Naruto.
"Tou-san—"
"Selama ini aku membesarkan mu sendirian. Aku sudah berperan menjadi tou-san dan kaa-san mu. Aku sudah membiayai hidupmu dengan keringatku sendiri. Aku selalu menjadi orang yang bertanggung jawab disaat kau berulah. Aku yang selalu menjadi orang yang menemani mu saat kelulusan. Aku yang selalu menjadi orang yang mengabulkan semua permintaan mu. Aku akan selalu mempergaruhkan nama baikku sendiri untuk melindungimu. Aku Naruto. Aku yang selalu menemanimu secara tidak langsung. Selalu Tou-san, Naruto. Sendirian. Selama ini." Teriak sang tou-san meluapkan semua emosinya.
"Tou-san, aku—"
"Dan apa aku pernah meminta sesuatu selama ini? Jawabannya tidak. Sekarang aku hanya ingin meminta kau untuk menikahi gadis pilihan Tou-san. Anggap saja ini permintaan pak tua yang sekarat. Bagaimana?." Tanya tou-san.
"Aku—" Jawab ragu Naruto.
"Cih. Sudah kuduga kau masih pada bantahanmu."
Sang tou-san berbalik melangkahkan kakinya untuk keluar ruangan dan seketika berhenti mendengar putra semata wayangnya berbicara pelan. Sangat pelan dan cepat.
"Aku akan menikahinya." Ucap Naruto pelan dan cepat seraya menundukkan kepalanya.
" Demi. tou-san." Lanjutnya.
Sang Tou-san??
Jangan ditanya.
Dia pun tersenyum tipis. Sangat tipis.
Dan sendu.
Mungkin menyesali peebuatannya kepada sang putra.
Atau entahlah.
Yang pasti ia bahagia.
Tapi di lain sisi ia kecewa. Kecewa pada dirinya sendiri karena memaksa putranya.
Flashback end
.
.
.
.
.
.
."Sampai saat ini aku masih mencintaimu. Sangat memcintakmu, Hinata." Ungkap seseorang kepada gadis bernama Hinata.
"K-kau—!!!"
—TBC—
See you Next Chap

KAMU SEDANG MEMBACA
Sad Or Happy?
Fanfiction'Aku mencintaimu sampai melukaiku sendiri' 'Aku percaya, jika aku bisa melupakannya. Karena kau selalu ada untukku' 'Aku masih mencintaimu' 'Maafkan aku, aku tidak bisa' 'Aku sangat mencintaimu, meski kau hanya melihatnya' 'Aku mencintaimu, Sasuke-k...