SENDIRI BUKAN BERARTI SEPI

20 0 0
                                    

      Wulan sibuk memilih jam tangan Fossil yang sedang diskon di Mall Takhashimaya. Dia kebingungan karena ada beberapa model yang dia suka. Eli memperhatikan sahabatnya dengan kesal, “Lu mau yang mana, sih! Ribet!" sungut eli sambil menyikut lengan Wulan.

      “Bingung nih, lu bantuin dong,” ucap wulan sambil menunjukkan dua buah jam tangan. Eli mengamati keduanya sambil menarik napas, “ Kalau yang talinya logam kesannya elegan, sedangkan yang talinya terbuat dari kulit  lebih fleksibel. Lu bisa memilih sesuai kegunaannya.” Akhirnya Wulan memutuskan memilih jam tangan Fossil model terbaru yang talinya terbuat dari kulit.

      Eli menggandeng tangan Wulan, mereka berjalan menyusuri Jalan Orchard yang ramai. Pusat perbelanjaan di daerah ini selalu penuh sesak terutama saat hari libur nasional seperti ini.

      Wulan tiba –tiba menarik tangan Eli memasuki galeri H&M. “Lu mau beli baju?” tanya Eli sambil menatap wajah sahabatnya. Wulan hanya tersenyum sementara matanya tidak berkedip melihat blus tunik berwarna pink yang tergantung di jajaran pakaian wanita.
Eli menggelengkan kepalanya. Kali ini dia membiarkan Wulan memuaskan hatinya karena dia tahu sahabatnya sedang bersedih. Belanja merupakan pelampiasan Wulan menghilangkan kegundahan hatinya.

      Wulan membawa tiga potong blus yang akan dicoba. Dia melambaikan tangan ke arah sahabatnya. Eli hanya menggelengkan kepala. Kakinya terasa pegal, mereka telah berjalan hampir sepanjang hari. Wulan sudah datang sejak kemarin pagi. Sebenarnya, Eli terkejut karena Wulan tidak memberi tahu terlebih dulu kedatanganya kali ini. Meskipun dia juga senang bertemu kembali dengan sahabatnya.

      Sejak tinggal di Singapura, mereka jarang bertemu. Hanya sesekali Wulan datang untuk berlibur menemui Eli. Mereka berteman baik sejak di kampus. Persahabatan Eli dan Wulan merupakan persahabatan yang unik. Meskipun hobi keduanya berbeda, namun kesamaan sifat dan karakter yang membuat persahabatan keduanya tetap awet. Eli lebih suka menghabiskan liburannya menikmati keindahan alam. Sementara Wulan lebih suka menghabiskan liburannya berbelanja barang-barang bermerek yang harganya menguras kantong.

      “Gue lapar, Wul. Kita cari makan dulu, yuk,” ucap Eli sambil membantu Wulan membawakan barang belanjaannya. “Iya deh, sebenarnya aku masih mau cari tas,” Wulan berkata sambil memandang deretan tas Miu-Miu yang terpajang di etalase.

      Eli menarik tangan sahabatnya, “Lu sudah belanja banyak sekali, kita makan kemudian kita istirahat. Hari ini, Gue sudah capek.” Melihat wajah Eli yang kelihatan kesal, Wulan tersenyum dan mencoba menggoda sahabatnya, “Kapan lagi Lu nemeni Gue main, masa Lu tega melihat sahabat yang sedang patah hati harus main sendiri.” Eli menoleh dan tertawa lepas. Wulan selalu punya cara untuk membuatnya tertawa.

      Mereka merupakan perempuan mandiri, kehidupan metropolitan membuat mereka menikmati kesendiriannya. Di usia yang tidak lagi muda, mereka tidak memusingkan urusan jodoh yang belum menghampirinya. Bahkan Wulan baru saja memutuskan pertunangannya dengan Arik. Inilah alasan Wulan menemui Eli untuk mengobati luka hatinya.

      “Kita makan di sini saja, ini masakan Indonesia,” ajak Eli. Mereka memilih tempat duduk di pojok agar bisa leluasa menyimpan barang belanjaannya sehingga tidak mengganggu pengunjung lain.

      “Gue suka mie ayam di sini, rasanya benar-benar seperti mie ayam Jakarta,” ucap Wulan sambil mengaduk mie ayam hijau yang dipesannya. Eli tersenyum melihat sahabatnya makan dengan lahap.

      Wulan pandai mengobati luka hatinya. Seandainya Eli yang mengalami hal ini, dia belum tentu setegar Wulan. Arik dan Wulan sudah bertunangan sejak tahun lalu, mereka akan menikah dua tahun lagi, namun Arik ingin mempercepat pernikahannya. Wulan merasa belum siap, akhirnya mereka memilih berpisah.

BROKEN ANGELTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang