Aku kira semua yang ada di masa lalu telah usai, namun aku salah. Pada kenyataannya, semesta telah menghendaki kembali masa lalu itu untuk kembali diulang.
-Allison B.Collins-
Allison Bryne Collins memandang kosong hamparan langit biru di luar jendela pesawat. Setelah tujuh tahun meninggalkan negara dimana tempatnya dilahirkan, kini dia harus kembali.
Madrid. Kota yang tidak akan pernah ia lupakan.
Mungkin tujuh tahun Madrid mengalami kemajuan pesat namun tidak dengan memori yang dia dapatkan. Dunia mungkin bisa berubah namun tidak dengan memori.
"Ally?" suara bas disampingnya membuyarkan lamunannya seketika.
"Aku sudah pernah bilang, jangan memanggilku dengan sebutan itu Jo." Karena nama itu akan membuatku mengingat setiap kesakitanku dimasa lalu.
Perempuan itu memberikan tatapan mematikan kepada Jo atau tepatnya Jonathan, pria yang menemaninya selama ini, sebagai ayahnya, ayah angkatnya.
"Baiklah Ms. Collins. Lalu, kenapa kau tidak mendengarku ketika aku memanggil namamu? Jelaskan kepada Ayahmu ini." Jonathan menghadapkan tubuhnya ke samping, mencari posisi nyaman untuk mendengar putrinya berbicara.
"Aku hanya sedang berpikir, kenapa kita harus kembali ke Madrid?" Sebagai seseorang yang menemaninya selama tujuh tahun terakhir, membuat Jonathan dan istrinya mengetahui apa yang dihadapi putri angkatnya.
Pria itu mengelus putrinya -Allison- dengan sayang lalu menangkup kedua tangannya ke wajah Allison sehingga perempuan itu bisa melihat wajah Jonathan dengan kumis tebalnya.
"Do you trust me? Aku akan menjagamu, kau sekarang putri ayah. Tidak ada yang bisa menyakitimu. Aku dan ibumu akan menjagamu Bryne. Semuanya sudah berubah, tidak ada lagi kesakitan yang kau alami, sekarang hanya ada aku, Hannah, kau serta Madrid di jaman ini." Bryne tersenyum tipis mendengar jawaban Jonatahan. Pria itu benar, semuanya sudah berubah.
"Seandainya Hannah tidak dipindahkan kerja di Madrid aku tidak akan pindah kemari. Aku sangat menyayanginya Bryne." Bryne mengangguk setuju, pasangan suami istri yang sekarang menjadi orang tua angkatnya sangat serasi.
Dikarenakan Hannah tidak bisa memiliki anak, tidak membuat Jonathan membencinya, namun sebaliknya, dia tetap menyayangi Hannah sepenuh hati, seperti sumpah pernikahan yang telah diucap keduanya di hadapan Tuhan.
"Hei, kau bisa meneruskan sekolah kedokteranmu. Kau tahu, aku sangat mendukungmu menjadi dokter." Allison tiba-tiba melepaskan kedua tangan Jonathan di pipinya.
"Jo, not again, ok? Aku sudah mengubur itu tujuh tahun lalu. Dan bukankah aku sekarang menjadi designer yang cukup terkenal di Perancis?" kata Ally dengan nada yang dibuat-buat sehingga membuat Jonathan mencubit kedua pipi putrinya.
"mungkin aku bisa memulai karirku di Madrid dan tentu saja menghubungi beberapa temanku." Jawab Bryne dengan senyum menenangkan. Bohong! Dia tidak ingin berhubungan lagi dengan masa lalunya, semuanya.
"Kau memang anak Ayah. Baiklah, aku akan mendukung apapun keputusanmu. Jika kau menemukan kesulitan, kau tahu harus kemana kan Bryne?" Jonathan menaik turunkan salah satu alisnya sambal tersenyum nakal.
Bryne mendengus kecil lalu tertawa ringan, "Aku sungguh tidak percaya, bagaimana bisa Hannah sangat mencintai pria sepertimu? Baiklah Ayah."
"Anak baik." Jonathan menepuk pipi Bryne sejenak, lalu melanjutkan kegiatan membacanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
When We Were US
RomanceSejauh apapun aku pergi , takdir akan mempertemukan aku dan kamu. Seperti benang tipis yang selalu menghubungkan kisah di dalam takdir. Takdir tidak akan berhenti di tengah jalan. Karena takdir akan menyelesaikan apa yang seharusnya di selesaikan. H...