Dulu dan Sekarang
by: Shin Chunjin
Warning: cerita ini based on author's true story, tidak mengambil keuntungan apapun dan tidak berniat menyinggung siapapun.
Enjoy~
~~~~~~~~
Dilahirkan dari sepasang suami-istri yang berbeda suku membawa keuntungan tersendiri untukku. Ibuku adalah orang Jakarta, sedangkan ayahku adalah orang Jawa. Kami sekeluarga memiliki darah Tionghoa, demikian pula dengan keluarga besarku. Lahir di Jakarta, otomatis kampung halamanku adalah Jakarta. Namun, aku menganggap tempat kelahiran ayahku adalah kampung halamanku juga karena sedari kecil kami sekeluarga pasti 'pulang kampung' ke sana. Satu-satunya transportasi yang kugunakan dari dulu hingga sekarang adalah kereta api.
Pertama kalinya aku naik kereta api adalah saat aku berumur dua setengah tahun. Memoriku tidak ingat sampai sejauh itu, tetapi aku masih ingat pengalamanku pada saat berumur empat atau lima tahun. Setiap kali pulang kampung, aku pasti akan menghabiskan waktu di perjalanan selama kurang lebih lima belas jam. Karena membawa anak kecil, bisa dibayangkan seperti apa bawaan orang tuaku saat itu. Termos untuk membuat susu, pispot untuk aku buang air kecil, makanan untukku, dan juga matras untuk aku tidur. Ya, aku tidur di lantai gerbong – dekat kaki kedua orang tuaku – bukan tidur melintang yang memakan jatah kursi dua orang.
Dulu, pihak kereta api memberikan makan malam atau makan siang secara cuma-cuma. Aku masih ingat kedua orang tuaku menyantap nasi goreng dengan telur mata sapi diatasnya. Aku tidak bisa ikut makan karena masakannya pedas. Ketika aku bosan menatap langit-langit gerbong saat berbaring beralaskan matras, aku mengubah posisi badanku ke samping. Tak jarang aku melihat banyak makhluk hidup yang menemaniku. Kecoak kecil, semut, laba-laba kecil, bahkan kecoak besar. Mereka ada di kolong kursi atau bahkan merayap di dinding dan menghilang di balik gorden jendela.
Dulu, kebersihan gerbong sangat memprihatinkan. Ketika aku sudah cukup umur sehingga harus membeli karcis sendiri, aku memang tidak memperhatikan kolong kursi lagi. Kurasa aku sudah kenyang akan pemandangan kolong kursi. Ketika aku melangkah masuk dengan semangat ke dalam gerbong dan mencari tempat dudukku, aku disajikan pemandangan banyak sampah yang bercecer di lorong gerbong. Bahkan masih ada sampah dari penumpang sebelumnya yang tergantung atau terselip di tempat persediaan majalah. Padahal kereta api eksekutif yang harganya lebih mahal dibandingkan dengan kelas ekonomi maupun bisnis, tapi mengapa kebersihannya menyaingi kereta api ekonomi?
Seiring berjalannya waktu, aku mulai menyadari perbedaan yang perlahan namun pasti. Sekarang, harga karcis kelas eksekutif sangat mahal. Apalagi ketika musim liburan seperti saat Lebaran atau Natal dan Tahun Baru. Habis uang jajan beberapa bulanku. Namun, pepatah 'Ada Harga, Ada Kualitas' yang sering kudengar entah dari siapa memang benar. Harga memang semakin mahal, tapi fasilitas, kualitas pelayanan, dan kebersihannya sangat memuaskan. Kursinya pun jauh lebih empuk dan nyaman. Pendingin udaranya berfungsi dengan baik. Bahkan, selimut yang dibagikan dimasukkan ke dalam plastik satu per satu. Intinya, kereta api sekarang sangat memprioritaskan kenyamanan penumpangnya.
Meskipun pelayanannya membaik, ada satu hal yang hilang. Sekarang sudah tidak ada lagi makan siang atau malam yang dibagikan secara cuma-cuma. Kita harus membayar jika ingin memesan makanan. Namun, pilihan makanan sekarang sangat beragam. Tidak hanya nasi goreng atau nasi rames saja, melainkan ada nasi kotak dari rumah makan yang dikenal dengan slogan 'harga kaki lima rasa bintang lima'.
Selain perubahan pada kereta api eksekutif, kelas bisnis dan ekonomi pun juga membaik. Sekarang sudah memakai pendingin udara sehingga penumpang bisa mendapat rasa nyaman meskipun membayar murah. Karena semahal-mahalnya harga kelas bisnis, masih lebih mahal kelas eksekutif sehingga akupun mulai beralih menggunakan kereta api bisnis untuk pulang kampung. Kebersihan sama terjaganya seperti kelas eksekutif. Aku senang karena selain harganya terjangkau, akupun bisa merasa nyaman naik kereta api bisnis.
Kereta api sudah menjadi bagian dalam hidupku. Dulu dan sekarang, dengan segala kelebihan dan kekurangan yang ada, telah berjasa mengantarkan aku dan keluargaku sampai di tempat tujuan dengan selamat. Aku berterima kasih pada semua pihak yang berperan dalam memajukan transportasi di Indonesia. Semoga kereta api terus memberikan yang terbaik untuk masyarakat dan lebih baik lagi kedepannya.
~ TAMAT ~
KAMU SEDANG MEMBACA
Aku
Short StoryKumpulan Cerita Pendek yang ditulis dari sudut pandang orang pertama sebagai pelaku utama. Tiap bab akan berbeda tema. SIP ada prompt harian, aku buat untuk tema bulanan saja kalau sempat :) Cerpen yang diajukan untuk lomba akan dipublish setelah pe...