Part 2

89 24 6
                                    

Koridor ini sama seperti kebanyakan Koridor yang aku dan Lucy lewati selama perjalanan. Bedanya adalah Lorong ini lebih kecil serta gelap, dan hanya diterangi sebuah lampu kuning yang redup di langit-langitnya yang melandai sampai ke dinding, mungkin karena di sini tempatnya lebih tertutup dibanding di luar sana sehingga cahayanya tidak sampai ke sini. Langit-langitnya pun rendah, berbeda dengan semua koridor besar yang tadi aku lewati bersama Lucy. Hal tersebut yang benar-benar menimbulkan kesan menyeramkan. Seperti menyusuri sebuah koridor bangunan besar yang sudah lama ditinggalkan. koridor menuju ruangan rahasia. Anehnya, ada suara keramaian orang di sini. 

Dalam keremangan aku mendapati bahwa di ujung koridor itu ada sebuah pintu, Hanya satu pintu kayu. Namun pintu itu lebih mirip pintu yang sering kau jumpai di kastil-kastil abad pertengahan, terlihat kuno dan sudah berkarat di gagang pintunya yang berbentuk bulat serta di sisi sisi ujungnya yang berlapis logam. Berbeda dengan pintu-pintu sebelumnya yang kulihat karena masih terkesan modern, seperti baru beberapa puluh tahun dan bukannya berabad-abad. Pintu itu terbuka sedikit, cahaya lampu dari dalam keluar lewat celah itu. Suara keramaian itu semakin terdengar keras setiap langkah aku mendekati pintu itu.

Sesampai di depan pintu itu aku mengintip lewat celah pintu itu dan aku mendapati bahwa aku memang benar. Orang-orang di dalam ruangan ini sedang berpesta, ada pria dan wanita. Aku langsung membuka pintu dan masuk ke ruangan itu, namun tidak ada satupun yang memperhatikan kedatanganku, mereka terlalu sibuk bersenang-senang. Aku cukup terkejut dengan ruangan ini karena ternyata ruangan ini cukup besar, berbeda dari tampak luarnya. Dari dekorasinya dapat kukatakan bahwa ini adalah sebuah bar. Atau benarkah begitu?

"Erick?" Aku tersentak karena terkejut lagi dengan suara seseorang yang memanggilku dari belakang, dan anehnya aku langsung mengenali suara itu. Aku berbalik dan mendapati kalau pendengaranku tidak salah. Violet berada dibelakangku. Dia tersenyum lebar.

"Oh, hai Violet. Wow, aku tidak menyangka akan bertemu denganmu di sini." Kataku, ikut tersenyum juga.

"Darimana saja kau? Aku sudah menunggumu dari tadi tau!" Dia mendorong pipiku pelan.

Aku merasa heran dengan kalimatnya barusan, "Menungguku dari tadi? Apa maksudmu? Aku tidak ingat pernah membuatmu harus menungguku disini" Tanyaku.

"Tidak usah dipikirkan kalau begitu, yang penting kau sudah datang saja, itu sudah cukup kok" Ujarnya ceria.

Kami hening sebentar. Aku memandangi seluruh isi ruangan, semuanya orang-orang yang tidak aku kenal.

"Lagipula, yang harusnya bertanya itu aku tau, ini sebenarnya tempat apa?" Lanjutku. Violet hanya terkekeh mendengar perkataanku barusan.

"Ada yang lucu?" Tanyaku polos.

"Kau benar-benar tidak tau ya?" Dia berhenti terkekeh, tapi wajahnya masih nampak geli.

"Menurutmu apa aku akan bertanya padamu kalau aku tau?" Jawabku sinis.

Violet terkekeh lagi, "Kamu benar-benar sudah berada lama sekali di luar sana Erick."

Aku diam saja kali ini, menunggu jawabannya. Sama sekali tak dapat mengerti.

"Di sini tempat kau harusnya berada." Jawabnya setelah selesai dengan kegeliannya itu.

Kali ini aku yang tersenyum geli, "Oke malaikat, memangnya sudah berapa lama aku mati dengan arwah penasaranku ini? Kau di sini untuk menghakimi aku ya?"

"Ini bukan surga idiot, kau belum mati. Lagipula kan kalau kau memang sudah mati dan ada di sini, itu berarti ini bukan surga, ini neraka" Dia tertawa, membuatku juga ikut tertawa.

"Soalnya kau juga sih, berbicara seolah-olah aku sudah mati saja." Cibirku setelah tawa reda, namun masih dengan senyuman di wajahku.

"Well, kalau kau memang sudah mati, dapatkah arwah melakukan ini?" Tanyanya dengan tatapan geli.

MimpiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang