Berawal dari ketidaksengajaan aku bertemu dengannya lagi, lalu terpikat oleh pesonanya dan kemudian mulai melupakan status yang sedang dijalani. Bukan ingin mengkhianati hanya saja hati tak lagi bisa pungkiri. Aku terjerat olehnya, oleh dia yang juga punya status yang sama dengan ku. ~Devania Rumita
*
**
"kita mau bertemu dimana?"
Aku tersadar oleh suara yang muncul dari telfon yang kini sedang kupegang."café biasa ya" jawab ku dan segera kumatikan telfon genggam setelah mendengar balasan oke dari seberang, beranjak dari tempat duduk di tempat ku bekerja.
Nama ku Devania Rumita, mereka yang kusebut teman biasa memanggilku Rumi. Umurku baru 24 tahun dan sudah menikah. Menikah dengan teman kuliahku dulu yang kini sudah bekerja di usaha miliknya sendiri.
Kini aku langsung duduk saja pada kursi yang memang biasanya kutempati dengan ali. Ya dengan ali, aku tak sedang berjanji bertemu dengan suamiku, Andra. Ali temanku dari SMA tapi kita sudah tidak pernah bertemu lagi setelah lulus dan kuliah, kudengar dia pindah ke luar kota untuk kuliah. Dan baru beberapa bulan kami bertemu kembali dengan tak sengaja saat sama-sama memesan sebuah kopi di suatu kedai di wilayah Jakarta.
Aku tau kini ali sudah menikah, sama dengan sepertiku. Wanita beruntung itu bernama Sandria, aku tak seberapa mengenalnya karna memang dia teman kuliah ali pada waktu itu.
"ada apa rum, maaf aku sedikit telat. Bahkan kau sudah hafal jika Jakarta sangatlah macet pada jam-jam seperti ini"Ya aku memaklumi itu, karna aku tak satu atau dua bulan tinggal dijakarta. Aku hanya tersenyum melihatnya yang setengah berlari dari arah pintu masuk.
"kenapa kau malah tersenyum. Kau tak sedang sakit kan?" Tanya nya dengan melihatku dan menempelkan punggung tangannya pada dahiku.
Dia memang konyol dari sma, salah satu alasan ku untuk mengangumi nya. Tak ada status diantara kami berdua pada waktu itu. Hanya dua orang yang mengakui pada dunia sebagai sahabat. Iya sahabat hidup. Dua orang tanpa komitmen yang selalu bersama kemana-mana. dan itulah masa lalu ku dengannya. Betapa sedihnya dulu saat mengingat hari kelulusan dan pada saat yang sama ali pamit untuk pindah keluar kota.
"aku tak apa li, kau lucu" jawabku dengan menyingkirkan tangan ali dari dahiku.
"iya aku tau, makanya kau tak bisa lupakan aku kan?" godanya.Aku tau ali hanya menggoda ku. Dan aku sudah sangat biasa mendengarkan ucapan seperti itu dari bibir ali.
"ah sudah, itu-itu terus yang selalu kau bilang li. Ingat sandy dirumah." Ucapku menyadarkan pada kenyataanku.
Rasanya tak ingin terbangun pada kenyataan bahwa kita sudah memiliki status yang berbeda. Aku tak pernah bisa mengerti, ali menikah tanpa mengundangku. Aku dulu sempat mengirimkan undangan pernikahanku padanya, tapi ternyata dia tak bisa hadir dalam acara ku. Ku pikir memang dia sibuk pada waktu itu.
"setelah kau ingatkan begitu aku jadi ingat lagi dengannya. Lalu ada apa kau menelfonku dan ingin mengajak bertemu?" Tanya nya sambil membenarkan duduk nya.
"mas andra li..."
"kenapa dengan dia?" jawabnya langsung.
Dia selalu begini. Bersedia menjadi tong sampahku dalam berbagai hal. Masih tetap sama seperti jaman sma dulu.
"aku tadi dibentak mas andra, gara-gara aku mengganggunya waktu sibuk. Padahal aku hanya ingin ditemani mencari kado untuk anak temanku yang baru lahir."
Ali langsung tertawa. Dan mulai berhenti ketika aku menyetil dahinya.
"aww.." eluhnya, mungkin sedikit keras hingga dia mengaduh.
KAMU SEDANG MEMBACA
One Short Story
Kort verhaalini tentang aku, kamu dan mereka. tentang bagaimana itu cinta dan luka. tentang cara mengenang yang biasa disebut kenangan.