I tought you already know that i love you, so why did you leave?
>>Sayonara Memory<<
Udara malam terasa begitu mencekam, membuat Tenten merasa menyesal tidak membawa syal ke luar rumah. Tubuhnya tidak terlalu tahan terhadap udara dingin, sehingga pada musim gugur pun ia sudah agak kedinginan.
Toko-toko sudah mulai tutup, membuat gadis itu memikirkan tempat lain yang menjual pakaian hangat. Ia belum mau kembali menjejaki kakinya ke dalam apartemen sunyinya, dan memilih untuk berjalan di jalanan kota.
Kotak kue yang diberi bibi penjual bubur masih tertutup rapat di genggamannya, sama seperti bibirnya yang terkatup rapat sejak tadi. Kakinya melangkah dengan pelan, diiringi sinar rembulan yang mengintip dari balik awan.
Di dalam hati, ia menyenandungkan sebuah lagu demi menghibur dirinya sendiri. Lama kelamaan, bibirnya ikut melantunkan lagu dengan suara yang pelan.
Ketika ia hendak memikirkan tempat mana yang akan ia tuju, suara seseorang mengusiknya.
“Tenten!” Sang pemilik nama menoleh, sambil menyunggingkan segaris senyum tipis.
Manik coklat gadis itu langsung mengenali siapa yang memanggilnya. Sakura, sahabat bersurai pinknya bersama kedua sahabatnya dan sensei berambut perak.
“Rupanya kau, Sakura.” Tenten berjalan mendekati mereka. Ia tersenyum geli karena sempat berpikir bahwa ia akan bertemu Hinata untuk ketiga kalinya setelah ia memikirkan saudara dari gadis itu.
Tenten mengira bahwa mereka baru saja dari kedai ramen ichiraku. Bukannya gadis itu bisa meramal atau apa, tapi semua itu terlihat dari wajah senang pria bersurai kuning yang tak ingin ia sebutkan namanya itu.
“Senang bertemu kalian di sini, Sasuke-kun dan Kakashi-sensei.” sapa Tenten pada kedua orang yang sedari tadi tak bersuara.
“Hn.” Bukan jawaban yang mengejutkan di pendengaran Tenten. Gadis itu tau betul sifat Uchiha bungsu satu itu dan berusaha untuk tidak mempermasalahkannya.
“Yare, apa kau sedang berjalan-jalan, Tenten? Kami baru saja dari kedai ichiraku.” Tenten berusaha mendengarkan dengan baik suara samar Kakashi akibat masker yang dipakainya.
Tenten mengangguk, agak tak yakin dengan apa yang ditangkap pendengarannya. Ia sebenarnya bingung, untuk apa sensei bersurai perak itu mengenakan masker setiap saat? Tapi ia tau bahwa itu bukanlah pertanyaan yang akan dijawab oleh Kakashi.
Satu-satunya orang yang tak disapa Tenten protes, “Are? Kenapa aku tidak disapa, ttebayo?”
Tenten memicingkan matanya kesal, “Gomen ne, [Maaf] aku tidak kenal siapa kau.” Gadis itu tengah balas dendam terhadap perkataan Naruto kala itu.
Naruto cemberut, “Tenten-san jahat ttebayo. Aku tidak mau lagi bertemu Tenten-san.”
Urat-urat di kepala Tenten terlihat jelas, membuat author bertanya-tanya apakah Tenten sebenarnya adalah salah satu anggota klan Hyuuga. Tapi sebenarnya, itu semua hanyalah karena Tenten ingin membunuh Naruto saat itu juga.
Sakura yang menyadari perubahan suasana di antara keduanya berusaha mencairkan suasana, “Ini sudah begitu malam. Kami akan mengantarmu pulang, Tenten.”
Gadis itu hendak menolak, namun kata-katanya tak bisa keluar dari tenggorokannya karena Sakura tampak begitu senang untuk mengantarnya. Sementara Sasuke, Kakashi, dan Naruto mengikuti dari belakang sambil larut dalam kesibukan mereka masing-masing.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sayonara Memory
FanfictionMereka berkata bahwa aku harus melupakanmu karena kamu sudah pergi. Tapi, bagaimana aku bisa melupakanmu dengan semua kenangan yang terus berputar di kepalaku? Bagaimana aku bisa menghapus namamu dari memoriku jika aku terus melihat ilusi dirimu? Ba...