Disclaimer: Masashi Kishimoto
Pairing: Nejiten
Don't like, don't read.
Enjoy, and don't forget to VoMents!:)>><<
Gadis itu terdiam, tak tau kata-kata apa lagi yang harus ia ucapkan kini. Ia justru menikmati keheningan yang tercipta, dan membiarkan pikirannya mengambang jauh.
Angin membelai wajah putihnya, dan membuat gadis itu merasa geli di bagian tengkuknya yang bergesekan dengan rambut panjangnya yang ia gerai. Pandangannya menerawang jauh ke atas langit, seolah mencari keberadaan sosok yang begitu ia rindukan.
Lagi-lagi perasaan itu menghampirinya. Perasaan yang membuatnya ingin tertawa sekaligus menangis di saat yang bersamaan ketika mengingat sosoknya. Sosok yang membuatnya tersenyum, juga yang membuatnya menjadi seperti ini. Hancur berkeping-keping.
Lagi.
Cairan bening kembali keluar dari pelupuk matanya seolah-olah tak akan pernah habis meski ia terus mengeluarkannya sesering apa pun. Apa waktu sepuluh hari tak cukup untuk menghabiskan semua cairan bening yang kini terus mengalir itu?
Gadis itu berdiri, lalu berbicara dengan suara serak, "Mungkin benar, seharusnya aku tak mengunjungimu."
Tawa dengan nada sumbang keluar dari bibirnya, "Aku membencimu. Seharusnya itu jadi hal yang sudah cukup untuk membuatku melupakanmu."
Gadis itu baru akan kembali berbicara ketika sebuah suara menginterupsinya, "Ah, senang bertemu denganmu, Tenten-san."
Tenten menatap gadis bersurai indigo itu setelah berhasil menormalkan ekspresinya dan menghapus air matanya. "Ah, hai Hinata-chan. Aku juga senang bertemu denganmu. Kau sendirian?"
Nada suara Tenten membuat Hinata prihatin. Ia tau betul bahwa sahabat bersurai coklatnya itu sangat akrab dengan sepupunya. Dan sudah jelas bahwa kepergian sepupunya membawa efek yang begitu besar bagi sahabatnya.
Hinata mencoba mengalihkan pembicaraan, "Ya, untuk sekarang. Karena beberapa saat lagi keluarga besar akan datang. Apa kau mau menunggu dan makan bersama setelah ini?"
Tenten memaksakan senyumnya, "Tidak. Aku hanya ke sini untuk memberikan mawar itu dan melihatnya untuk yang terkhir kalinya," suaranya agak bergetar di bagian terakhir.
Pandangan Hinata beralih kepada benda yang di maksud Tenten. Ia terkejut begitu mendapati setangkai mawar hitam di sana. "Kenapa hitam?" tanya Hinata yang tak bisa menyembunyikan rasa penasarannya.
Tenten berkata dengan nada datar, "Mawar hitam artinya mati. Sama seperti mawar itu, aku pun merasa, mati."
Tenten mulai berjalan, lalu berhenti di dekat Hinata sambil berujar, "Aku pergi dulu."
Hinata terdiam. Ia memandangi mawar hitam itu dengan sedih. "Tenten-san, Neji-nii pasti juga sangat merindukanmu," ucapnya sambil menoleh ke arah di mana Tenten berdiri.
Langkah Tenten terhenti begitu mendengar ucapan sahabatnya. "Maaf, aku harus segera pergi Hinata." Tenten berusaha menyembunyikan suara bergetarnya dan bersuara dengan dingin.
Tangannya terkepal, mencoba memberinya kekuatan untuk tetap berjalan tanpa kembali menoleh ke belakang. Sementara itu, sahabatnya hanya bisa menatap punggungnya dengan tatapan yang tidak terbaca.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sayonara Memory
FanficMereka berkata bahwa aku harus melupakanmu karena kamu sudah pergi. Tapi, bagaimana aku bisa melupakanmu dengan semua kenangan yang terus berputar di kepalaku? Bagaimana aku bisa menghapus namamu dari memoriku jika aku terus melihat ilusi dirimu? Ba...