Semburat kemerahan di langit menandakan bahwa sang surya akan segera pergi, dan akan digantikan dengan rembulan yang memantulkan sinarnya. Satu persatu penduduk mulai memasuki tempat tinggalnya masing-masing, membuat jalanan semakin sepi.
Sementara itu, kaki seorang gadis terus menendang bebatuan yang ada di jalanan. Matanya menatap ke arah batu-batu yang ia tendang, sambil sesekali menghembuskan napas panjang.
Ia tidak tau mengapa perubahan moodnya akhir-akhir ini begitu ekstrim. Bahkan beberapa orang mengira bahwa ia mengidap bipolar, yang tentu saja dibalas dengan tatapan sinis dari gadis itu.
Moodnya tadi sudah cukup baik ketika ia berbincang dengan Hinata. Tapi semuanya berubah ketika Naruto datang dan mengatakan perkataan yang membuatnya kesal.
Flashback On
"Ah, tadi kau bilang Ino-chan? Kalau begitu, aku akan mengunjunginya dan berterima kasih padanya," ujar Tenten sambil tersenyum tulus.
Hinata mengangguk dengan cepat, membuat poninya sedikit berantakan. "Ya, dan terkadang Sai-kun ikut membantu."
Tenten menjulurkan tangannya, dan merapikan poni indigo Hinata. Hinata yang menerima perlakuan lembut Tenten merasa tersentuh, dan jadi teringat akan sepupunya.
"Hinata-chan, aku membawakan kembang gula untuk--" ucapan Naruto terputus ketika ia melihat Tenten dengan rambutnya yang digerai. "--mu. Nata-chan, kau sedang bersama siapa?"
Tenten yang mendengar ucapan Naruto menjadi sangat kesal. Pria itu bahkan tak menyadari bahwa ia telah merusak suasana, dan justru menanyakan pertanyaan yang bodoh. Ingin sekali Tenten meninju pria blonde itu kalau ia tak ingat bahwa pria itu adalah pasangan dari sahabat bersurai indigonya.
Hinata menoleh ke arah Naruto dan menatapnya dengan pandangan bingung. "Eh? Apa maksudmu, Naruto-kun? Tentu saja dia adalah Tenten-san."
Naruto menggeleng dengan cepat, lalu menunjuk Tenten. "He, perempuan ganas itu tidak berpenampilan seperti dia, Nata-chan."
Tenten yang kesal karena dikatakan sebagai perempuan ganas akhirnya mengeluarkan suara, "Aish, Baka Naruto! Tidak mungkin jika kau tidak mengenaliku hanya karena gaya rambutku. Sudah jelas kalau aku ini Ten-ten. Dan jangan panggil aku perempuan ganas!"
Naruto mengerutkan keningnya, ia memberikan kembang gula di tangannya pada Hinata. "Hee, siapa kau? Kenapa dia mengaku-ngaku sebagai Tenten, Hinata-chan?"
Hinata yang sedang menikmati kembang gulanya diam-diam langsung terkejut. Ia benar-benar bingung dengan sikap Naruto. "Un, kenapa kau berpikir bahwa dia bukan Tenten-san, Naruto-kun?"
Tenten mengangguk-anggukan kepalanya, setuju akan pertanyaan Hinata. Gadis itu benar-benar tidak tau apa maksud di balik kepura-puraan Naruto.
Naruto mengerutkan keningnya, "Bukankah sudah jelas? Tenten selalu mencepol rambutnya. Jadi dia pasti bukan Tenten!"
Hinata yang percaya akan ucapan Naruto langsung sweatdrop, berbanding terbalik dengan Tenten yang sudah siap untuk menghajar Naruto.
Tenten menahan nafsu untuk membunuh Naruto yang seketika memuncak. "Lalu jika aku membotaki rambutmu, maka kau bukan Uzumaki Naruto? Begitu kah?"
"Bagaimana jika aku membotaki Neji? Beberapa orang pasti tidak akan mengenalinya ttebayo." Naruto tertawa, seolah-olah ia tak menyadari perubahan raut wajah dari kedua gadis di dekatnya.
Tangan Tenten terkepal, sementara kepalanya menunduk. Nada ancaman dari suaranya terdengar dengan jelas. "Itu tidak lucu."
Naruto tetap tertawa, dan melanjutkan perkataannya. "Nani? Aku tidak salah kan? Ah, Neji pasti akan mengamuk jika ia mendengar ucapanku tentang dirinya yang botak, hahaha."
KAMU SEDANG MEMBACA
Sayonara Memory
Fiksi PenggemarMereka berkata bahwa aku harus melupakanmu karena kamu sudah pergi. Tapi, bagaimana aku bisa melupakanmu dengan semua kenangan yang terus berputar di kepalaku? Bagaimana aku bisa menghapus namamu dari memoriku jika aku terus melihat ilusi dirimu? Ba...