PART 1. Lukisan dan Sebotol Tuak

4.6K 67 1
                                    

Dinding-dinding gedung dihiasi dengan ukiran tradisional, alunan nada terdengar dari kanan dan kiri bak kicauan burung di hutan nan suram. Angin yang berlarian membuat semua pepohonan menari-nari seakan-akan mengikuti alunan nada, bukan taman, bukan pula syurga. Tapi itulah suasana kampus yang dihinggapi dengan keindahan dunia.


Siang itu merupakan puncak dari kesibukan Adrian dan kawan sejawatnya, tugas akhir semester pukul tiga nanti sore harus dikumpulkan kepada dosen. Terlihatlah Adrian sibuk dengan lukisan pemandangannya yang beraliran Ekspresionisme (sebuah lukis yang datangnya dari hati).


"waaaaik, serius amat men". Sahut Nando yang baru pulang dari ruangan dosen, setelah mengantarkan tugasnya. Wajahnya cukup menampakkan kebahagian, mungkin tugasnya di terima oleh dosen seni lukis.


"eh bro.. iya lah, Aku kan juga mau dapetin nilai bagus bro", ungkap Adrian serius, sambil menggerakan tangannya dengan kuas dilukisannya, ia harap tugasnya selesai sebelum waktu yang ditentukan berakhir.


Mendengar jawaban itu Nando ketawa, mungkin lucu karena mahasiswa lain satu minggu sebelumnya sudah mengumpulkan tugas kepada dosen, namun Adrian baru membuatnya dua jam sebelum waktu akhir mengumpulkan tugas.


"kalau mau dapetin nilai bagus, kenapa gak dari dulu kamu kerjain, tugas ini kan dikasih empat bulan yang lalu, awal semester tujuh kemaren kan?" Tanya nya dengan nada cemo'oh.


"ya sih bro, tapi hati aku lagi maunya sekarang". Jawab Ian santai sambil tetap menari-narikan tangannya dengan kuas.


Anak gondrong itu terlihat begitu santai dan merasa tidak begitu ketakutan jika lukisannya harus ditolak, sesekali ia usapkan rambutnya yang terkadang menutupi matanya. Dan terkadang cat yang ia pakai selalu mengenai rambutnya.


"ya deh, tapi ingat sekarang udah jam dua, tinggal satu jam lagi".


"tenang aja bro, jika lukisan ini selesai satu jam lagi, malam nanti kita pesta, oke bro???. tantangnya kepada Nando.


Ini adalah tantangan kenakalan Nando dan temannya yang menganggap pesta dengan minuman keras adalah hal yang biasa-biasa saja. Selain suka menganggap remeh sesuatu, mereka juga akrab dengan minuman keras. dan menyatakan minuman keras adalah penyejuk jiwanya ketika gundah menghampiri hati


"Okeee,..". ucap Nando yang begitu bangga ketika akan melakukan pesta minuman keras itu.


Adrian memang orangnya cuek dan santai, tidak seperti mahasiswa lainnya yang sibuk dan fokus jika ada tugas dari dosen, memang dia terlahir dari sebuah keluarga yang berdarah seni, Ayahnya seorang dosen seni rupa di Institut Seni Indonesi (ISI Padang Panjang) sekaligus pengusaha Lukis yang terkenal, sedangkan ibunya dosen teater di tempat yang sama. Dua orang kakaknya juga sedang proses Magister di luar negeri pada bidang lukis. Memang darah ayahnya mengalir padanya, jiwa seni yang teramat tinggi.


"waaaaah, udah pukul tiga niiih". Ungkap Adrian sambil sibuk membereskan cat-cat yang bertumpukan.


Ia berlarian menuju ruangan dosen sambil membawa kertas lukisannya berharap dosen masih mau menerima lukisannya sebagai tugas akhir, meski tugas itu baru selesai di kala itu. Tibalah ia didepan ruangan dosen...


"halooo, haloo..", ucap Adrian sambil mengetok ruangan dosen tersebut, tanpa sedikitpun merasa ketakutan jika lukisannya ditolak dan ujian akhirnya gagal.


"ia masuk" teriak dosen dalam ruangan yang sedang berdiri dan berjalan kecil melihat beberapa lukisan mahasiswa yang telah dikumpulkan. Dan terlihat dosen itu pun cuek menghadapi Adrian, mungkin dosen itu telah tau dan terbiasa dengan tingkah laku Adrian.


"ma'af pak, saya telat". Ia kelihatan kebingungan sambil menggarut-garut kepalanya, terlihat juga beberapa cat yang mencoret rambutnya, celana dan bajunya. Dosen itu tau persis bahwa Adrian baru menyelesaikan tugasnya.

Qalam CintaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang