“suara mengaji dari arah Masjid”.
Suasana terdengar sangat sunyi, angin berhembus begitu lembut menyentuh tubuh, tak berapa menit kemudian terdengar suara mengaji yang diputarkan melalui kaset di sebuah masjid, dan terdengar juga langkah demi langkah, yang ternyata itu adalah pengawas asrama yang memakai sandal yang terbuat dari kayu. Dalam tidur Adrian terbangun, ia menoleh melihat jam dinding yang ternyata telah menunjuk pukul 4 pagi. Dalam hatinya berkata, pasti sebentar lagi pengawas asrama datang ke kamarku dan membangun para santri yang sedang menikmati gulungan selimut karena dinginnya suasana di pagi subuh. mata Adrian terlihat sayu, masih terbayang suasana di rumah tak ada yang mengganggu ketika tidur di subuh hari.
“tok tok tok”. Suara itu terdengar begitu keras.
“ayo bangun.. banguun. Subuuuh, ayo ke masjid” ungkap pengawas asrama dari luar kamar.
“ia ustadz” jawab para santri dengan nada yang sayu.
Para santri itu pun bergegas menuju kamar mandi dan antri untuk berwuduk, terlihat juga ada yang duduk menahan kantuk, sebagian ada juga yang mengganti baju dan memakai baju koko, sarung beserta kopiah. Begitulah suasana dipagi hari di pesantren.
Dingin masih terasa menusuk ketulang, memang pagi yang sangat dingin. Seusai shalat berjamaah, beberapa santri ada yang kembali tidur dan beberapa lagi ada yang berolah raga, berbagai macam aktifitas di pagi hari.
***
Pagi itu jadwal pelajaran...
“Ian, buruan kita ke lokal, ada jadwal Nahwu Sharaf niih”, teriakan Khairul dari luar kamar Adrian.
Di pesantren kaligrafi selain belajar kaligrafi juga di selingi dengan limu-ilmu pendukung seperti Bahasa Arab, nahu Sharaf, Hadis, Fiqh dan lain-lain.
“Iya rul, bentar”. Sahut Adrian sambil memasang tali sepatunya.
Melihat semangat Adrian menyala-nyala, Abdi teman sekamarnya mencoba mematahkan semangat itu.
“Adrian… kita di kamar aja, belajar Nahwu sharaf itu gak gampang, mending kita tiduran di asrama”. Ungkap Abdi mematahkan semangatnya sambil tidur-tiduran dan membaca Majalah.
“udah, gak usah di dengerin kata orang Majnun itu”. Teriakan Khairul sambil tertawa dan berlari.
“Woi You yang majnun”. Ungkap Abdi kesal.
Khairul dan Adrian pun berlari sambil mentertawakan sikap Abdi yang dicemoohkan.
“haha, eh bro, emang Majnun itu apaan ya?” Tanya Adrian kepada Kahairul yang belum begitu mengeri Bahasa Arab.
“majnun itu bahasa Arab artinya orang gila”. Jawab Kahairul santai.
“owhh hehe ada-ada aje, oh ya nahwu sharaf itu apaan ya bro? emang sulit ya belajarnya?”.....
“nahwu sharaf itu sebagai penunjang aja, ya mempelajari cara membaca arab gundul dan barisnya gitu, aku juga belum begitu paham bro, haha”. Jawab Khairul.
Khairul dan Adrian Asik berbincang mengenai pelajaran nahwu sharaf yang akan dipelajari, tiba-tiba Naila Amirah cewek yang dari Minang baru ia kenali kemaren menyapanya lagi.
“Assalamualaikum Uda Adrian, lucu ya Rocker belajar Nahu Saraf”. Ungkap Naila.
“walaikumsalam, eh kamu Naila”. Jawab Adrian sambil senyum-senyum.
“kok aku gak di panggil ya”. Ungkap khairul cemooh.
“hehe, Khairul”.
“by the way, kalian udah saling kenal ya?.....”. Tanya khairul kepada mereka.
“iya bro, Samo-samo urang Awak, baru kemaren aku kenal, Naila tu orangnya manis dan periang gitu”. Ucap Adrian ngegombal.
“ah kamu bisa aja ian, hmm dasar seniman rocker”. Cemooh Naila dengan gayanya.
“tumben kamu sendirian Nai, mana Zahra?....”. Tanya Khairul.
“tadi dia udah duluan, mungkin udah di lokal kale,” jawabnya, “oh ya kita kenalin Zahra sama seniman rocker ini yuk”. ajak Naila pada Khairul.
“iya, iya, mana Zahra?, ntar aku jadiin bini deh hahaha”. Ungkap Adrian bercanda.
“wadaw, hebat deh kalau gitu, semua cowok disini segan sama dia, gak ada yang berani dekat-dekat”. Sahut Naila dengan Nada cemooh.
“hufft, segitunya. Mana ada cewek yang tidak bisa ditaklukan oleh Adrian bin Malik, haha”. Ungkap Adrian.
Adrian, Khairul, Naila. Mereka bertiga pun memasuki lokal untuk belajar. Ternyata benar, Najla Zahra telah dahulu duduk di bangku paling depan yang tertunduk asyik membaca kitab. Mereka bertiga pun menghampirinya.
“Zahraaa, kenalin ini Adrian seniman rocker ala barat”. Teriakan heboh dari Naila.
Najla Zahra pun menoleh ke Adrian, Adrian terpana terdiam melihat wajah Zahra yang begitu manis dan terpancar bagaikan Ayat-Ayat kaligrafi yang terukir indah di taman-taman Syurga.
“salam kenal, aku Zahra”. Ungkap Zahra padanya.
Adrian hanya terdiam dan terpana saking terpesonanya melihat Zahra, terbayanglah lah lagu-lagu romantis dalam ingatannya.
“Ayo kenalan”. Sahut Khairul sambil menepuk pundaknya Adrian.
“ehhh, sorry, sorry. Kenalin nama saya Muhammad Adrian”. Ungkapnya sambil memberikan tangannya mengharapkan salam dari zahra.
“haha, sejak kapan namamu pake Muhammadnya”, kata Khairul dalam Hati.
Beberapa detik…
“Assalamualakum”. Terdengar suara dari pintu masuk ruangan.
Ternyata ustadz datang, terlihat semua Santri mengambil tempat duduk masing-masing, namun Adrian masih tetap berdiri mengharapkan salaman dari Zahra, tanpa menyadari bahwa ustad telah memasuki lokal.
“ian, Ustadz Daus datang”. Bisik Khairul pada Adrian, namun Adrian masih tidak menyadarinya.
“ehem-ehem, apa yang terjadi Adrian?”. Tanya Ustadz.
“eh, ma ma ma’af Ustad saya khilaf”. Jawab Adrian agak kaku. Dan mencari kursi kosong.
“hahaha”.
Semua santri yang ada di lokal tertawa melihat Adrian. Zahra hanya senyum kecil dan mengelengkan kepalanya melihat tingkah Adrian.
Itulah pertama kali dia melihat wanita yang membuat darahnya berhenti mengalir, tak seperti wanita-wanita yang pernah ia kenali sebelumnya. Apakah ini cinta yang membuat hal yang tak mungkin menjadi mungkin, dan apakah ini cinta yang tergores hingga ke jantung. Pancaran wajah Zahra yang ditutupi kerudung sekan-akan telah menghentikan nadinya.
______
“haha. Adrian tu ya, selalu bikin ketawa kalau di lokal”, cerita Fauzan kepada Abdi sambil mengganti bajunya setelah selesai mengikuti pelajaran Nahwu sharaf.
“memangnya apalagi yang dilakukan sama anak tak punya moral itu?”. Tanya Abdi yang lagi baca novel serta tidur-tiduran diatas dipan tingkat dua itu.
“dia berdiri depan mejanya Zahra sampai gak nyadar kalau ustad udah masuk lokal, haha semua kita ketawa melihatnya”. Jawab fauzan.
“apa!!!” ungkap Abdi tercengan sambil menghentikan kegiatannya membaca novel.
“lho, kok kaget gitu?.............
“wah, dia mulai berani kayaknya, kamu kan tau zan, kalau aku suka sama Zahra Gadis cantik dari tanah Rencong itu, jadi dia tidak boleh suka sama Zahra”. Jawab Abdi serius.
“waaaah, kayaknya ia sih, Adrian suka sama Zahra, dari gayanya aja udah kelihatan, masa ia sampai gak nyadar kalau ustad masuk lokal karena dia melihat tatapannya Zahra, hahaa aneh”. Ungkap fauzan.
Ternyata Abdi menyimpan rasa terhadap Zahra, dan ia merasa tidak senang dengan kejadian itu, Abdi merasa punya saingan. Bunga yang ia simpan untuk mengungkapkan keindahanya, ternyata ada orang lain yang seakan-akan ingin memetik bunga itu.
***
Malampun tiba..
Sunyi mulai mendekap hati Adrian, ia tidak bisa tidur. Tak seperti Santri yang lain yang sudah terlelap dalam mimpi. Ia hanya duduk sambil menyandarkan tubuhnya ke dinding. Ia bertanya pada hatinya, kenapa rasa itu berbeda? Mengapa ingatanku selalu membayangi wajah yang anggun. Apa ini cinta? Atau hanya fikiran yang menghalangiku untuk menggapai mimpiku.
Tiba-tiba Fauzan terbangun..
“Ammm, tengah malam gini maunya ke toilet melulu”. Ungkapnya sendiri sambil berdiri melepaskan selimut yang membaluti tubuhnya.
“ehh Adrian, kok belum tidur? Mendingan temenin aku ke toilet yuk?” ajaknya.
“aku belum bisa tidur, mikirin seseorang. Sono ke toilet, penakut”.
“huuuft, pasti mikirin wanita”. Ungkap Fauzan.
sok tau Ang, den tampa ko.
Lagi-lagi Adrian bertanya-tanya pada dirinya, kenapa aku merasa begitu resah, namun keresahan itu terkadang berganti kebahagiaan ketika mengingat namanya dan wajahnya. Apakah ini cinta yang buta?
Lama-lama kelamaan pun ia tertidur. Mimpi pun menghampirinya.
Dalam mimpinya ia bertemu dengan Nando.
“Ian, Asyik ya kamu bisa nerusin bakatmu, hmmm sedang aku harus bekerja siang malam membantu orang tuaku”. Ungkap Nando dalam mimpinya kepada Adrian.
“hahaha, ya asyiklah. Bro, aku jatuh cinta disini”.
“dulu kita dikeluarkan gara-gara minuman keras, ni ambil minuman keras”. nando melemparkan minuman keras kepadanya sehingga membasahi wajahnya.
“apa, kamu suka minuman setan itu Adrian? Tanya Zahra yang juga masuk kedalam mimpinya.
Ia terbangun…
Dilihatnya jam sudah menunjuk pukul dua pagi, hatinya begitu resah.
“aduuh, untung hanya mimpi”. Ungkapnya.
Mimpi itu mengingatkannya tentang masa silam dengan minuman keras, ia merasa Gadis secantik Zahra tak mungkin bisa bersamanya yang dulu pernah bergelut dengan minuman keras.
Kisah-kisah suram dimasa lampau akan terus menghantuinya selagi Adrian tidak memiliki keyakinan dan iman yang cukup. Setan akan selalu menggoyahkan hatinya dan akan merasa hina dan terus hina. Berbagai cara setan untuk mengahncurkan manusia. Meski kita anak cucu Adam tidak pernah menganggu kehidupannya, itulah yang dinamakan dengan dendam yang tak pernah hilang meski sudah jutaan tahun yang silam.
KAMU SEDANG MEMBACA
Qalam Cinta
RomanceApa jadi jika cinta dan cita-cita bertumburan, mana yang harus diutamakan