(White Rose of Death)

253 20 32
                                    

Chapter 2

Suara retakan tulang yang terputus secara paksa menyelusup di gendang telinga yang baru saja dibuai oleh teriakan pesakitan sang korban. Dia, si pria bermasker hitam melempar sepasang tangan yang usai dia lepas dari tubuh si empu ke ujung kaki meja sambil menyeka sepercik darah yang menodai sudut matanya. Tubuhnya perlahan menegak, berdiri kokoh di antara gelimpangan tubuh tidak berguna yang telah raib jiwanya. Desau angin pantai mengudara aroma karat besi yang tercium begitu pekat.

“Kau sudah selesai? Lekas pergi dari sana, sekitar 15 menit lagi pihak kepolisian akan sampai di tempatmu.”

Sebaris kalimat yang terlontar dari earphone yang terpasang di telinga kirinya menjadi sebuah intruksi bagi si pria bermasker hitam untuk bergegas menjauhi tempat pembantaian setelah sebelumnya mengguratkan serangkaian kata tercetak merah darah di lantai berbahan kayu.

Sorot tajamnya menyorot intimidasi dibalik kaca gelap mobilnya ketika sebaris motor polisi mulai menapaki halaman depan hanok tersebut. Tiba-tiba suara kekehan ringan yang terdengar mencemooh keluar dari bibirnya, kelopak matanya sekejap menyipit semakin menggesturkan aura mencemooh melalui gerak wajahnya. “Bodoh,” gumamnya dingin setelahnya memutar kemudi mobil menjauhi pohon oak tempatnya bersembunyi.

*White Rose*

Donghae terdiam, terpaku kaku di depan pintu geser yang menyeruakkan sebuah pemandangan tragis dari beberapa tubuh yang mempias pucat dengan gugusan tubuh yang tidak utuh; tercabik tidak karuan bersama lemparan potongan tubuh serta organ dalam yang terlempar acak nyaris memenuhi setiap sudut ruangan. Hela panjang terlempar dari bibirnya beriringan dengan gerak jemari mengurut kening.

“Zelo, lekas perintahkan anak buahmu untuk mengamankan tubuh para korban dan kau Bang Yongguk, lekas lakukan penyelidikan di sekitar bangunan hanok ini bersama anak buahmu_.” Donghae kembali menghela napas panjang, sejenak dia memejamkan mata kemudian kembali menyelesaikan runtutan katanya yang belum usai. “_semoga kita mendapatkan secercah bukti yang luput dia lenyapkan,” bisik Donghae ragu terkesan tidak yakin yang direspon dengan anggukan hormat dari Zelo dan Yongguk.

Selepas kepergian Zelo dan Yongguk, Donghae kembali beralih ke ruangan pembantaian tersebut mencoba sekali lagi menelisik keadaan barangkali dia mendapatkan secercah harapannya akan sebuah bukti yang luput dari pengamanan si tersangka, namun rupanya lawan mereka sungguh cerdik kali ini. Donghae tidak mendapatkan apapun bahkan ketika Yongguk dan anak buahnya berderap ke arahnya, mereka pula tidak membawa kabar baik. Tetap sama, seperti kasus pembunuhan yang menimpa Kim Minrae. Tidak ada satupun barang bukti yang berarti kecuali keberadaan Choi baeksil yang menjadi pengalih bukti sementara, setangkai bunga mawar putih dan gugusan kata penuh makna kepemilikan.

‘Mawar putih tak bernoda. Dan aku akan melenyapkan siapapun yang berani menodai milikku’

BLOOD

Sungmin mengusap lembut kepala belakang Minhyun yang tengah menenggelamkan wajahnya ke perut Sungmin sambil terisak pelan. Bibir Sungmin tertarik samar, mengguratkan seulas lekuk hangat ketika wajah Minhyun sesekali bergerak mendongak ke arahnya. “Sayang,” sebut Sungmin pelan sambil menepuk bahu Minhyun. Kepala Minhyun menggeleng dua kali, menolak titah tersirat dari ibunya.

“Minhyunnie, sudah jangan menangis. Mommy, baik-baik saja,” ujar Sungmin ceria mencoba membujuk sang putri yang masih melancarkan aksi rajukannya sebab mendapati dirinya terbaring lemah di ranjang rumah sakit paska menjalani operasi kecil; pengangkatan biji peluru dari lengan kanan atasnya.

“Ani. Mommy, berdarah. Mommy, tidak baik-baik saja,” ronta Minhyun menolak penuturan Sungmin disela senggukan kecilnya dengan gerakan kepala semakin menyorong ke perut Sungmin. Bibir Sungmin kembali tertarik hangat, mengulas satu ulasan indah yang dalam sekejap mampu meluruhkan rajukan Minhyun bila bocah cantik itu melihatnya.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Aug 11, 2017 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

BLOODTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang