Raina Gracessaila

76 10 1
                                    

Rai diam, sembari matanya menatap iris cokelat milik lelaki itu yang kini melayu. Jantungnya berdebar kencang, keringat dingin mulai mengucur di dahinya.Lelaki itu mendekat, menyatukan hidung lancipnya dengan hidung Rai. Di gudang sempit begini, Rai tidak bisa berbuat apa-apa. Tubuhnya terkunci oleh dada bidang milik lelaki tersebut. Rai menelan ludahnya kasar. Ia tidak bisa berpikir lagi, tubuhnya begitu lemas barang sekedar mendorong lelaki itu. Sedangkan lelaki di hadapanya memejamkan mata, deruan nafasnya menerpa wajah Rai. Hangat. Refleks Rai pun ikut memejamkan matanya, semakin merasakan deru nafas lelaki tersebut bersahutan dengan degup jantungnya yang meletak.

"NENG RAI ADUH NENG RAI GEURA BANGUN ATUH NENG, SUDAH SIANG ENENG NGGAK AKAN SEKOLAH?"

Terikan rempong nan rusuh itu merusak suasana di dalam gudang. Rai menoleh, dan terbelalak.

"Mbok, kok Mbok disini?!" Rai berkata dengan panik, tetap dalam posisinya.

"Mbok teh bangunin Eneng, kan Neng Rai sekolah hari ini. Ayo atuh bangun Neng, ini Mbok lagi masak ditinggal," jawab Mbok Asih dengan logat bicaranya yang campuran.

Raina diam.

Bangun? Masak? Sekolah? Rai lantas melihat sekitarnya, teriakanpun meledak seketika. "MBOK KOK RAI ADA DI KAMAR?!"

Mbok Asih terlihat bingung, "loh, emang Neng ada di kamar. Kan tadi Neng lagi tidur atuh."

Rai menutupi wajahnya dengan selimut, lalu meringis. Jadi tadi itu cuma mimpi?! Sialan. Kenapa terasa nyata sekali?

"Mbok, sekarang jam berapa?" tanya Rai sekali lagi.

"Tadi mah sudah jam 6 lewat 30 Neng."

Sekali lagi teriakan Rai meledak. "MBOK RAI KESIANGAN ADUH!" Rai melompat dari kasur, langsung ngibrit ke kamar mandi, meninggalkan Mbok Asih yang meringis melihat anak majikanya yang rempong abis ini.

SJS (1) - Rai And RayTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang