PERTAMA

8 1 0
                                    


Kau seperti nyanyian dalam hatiku
Yang memanggil rinduku padamu
Seperti udara yang kuhela
Kau selalu ada

Dealova – Once



    Entah sudah cangkir keberapa yang pria tersebut habiskan. Pria yang lebih akrab disapa Abi ini menjatuhkan pandangannya kearah luar kaca, kearah hujan yang sedang mengguyur kota Bandung dengan deras. Menatap lengangnya jalanan yang hanya terisi oleh banyaknya genangan air. Kembali mulutnya menyesap cairan hitam pekat Americano ketika sebuah suara menghancurkan harmonisasi dan imajinasi dalam pikirannya.

“ aku datang.” Pandangan Abi seketika beralih kearah suara yang mengganggu kesunyiannya.

“ kamu ini, kenapa tidak tunggu hujannya reda dulu sih? Liat bajumu basah kuyup.” Tatapan Abi terpaku kepada lengkungan tawa dari wanita yang terlihat kuyup karena sengaja menerobos hujan.

“ sudah, aku mau ganti bajuku dulu.” Dengan sedikit jengkel, Abi kembali menatap kearah hujan yang belum nampak akan berhenti dalam waktu dekat. Kembali mendengarkan harmonisasi alam yang dikeluarkan oleh bumi.

“ mas, mas.”

“ halo mas yang berjaket denim.”

excuse me. Mas?” dengan reflek, Abi menepis sebuah tangan yang menepuk ringan bahunya.

“ eh, maaf mas. Maaf jika saya membuat mas terkejut.” Senyuman tersebut kembali Abi lihat dari wajahnya. Wajah dan tubuh yang tadi terlihat basah kuyup kini tergantikan oleh pakaian yang kering meskipun rambut sebahu wanita itu masih terlihat basah. Ditangannya terdapat sebuah daftar menu yang ia peluk dengan erat dan sebelahnya lagi terisi oleh sebuah kertas dan bolpoin.

“ begini mas, tadi kata mba Tami, waiters yang tadi melayani pesanan mas, mas belum pesan makanan. Hanya memesan 5 cangkir Americano sejak restoran dibuka. Jadi apa mas butuh makanan atau sekedar pengganjal perut?” Abi menatap rolex yang melingkar di pergelangan tangannya. Jam 3 sore dan perutnya hanya baru terisi oleh 5 cangkir Americano. Pantas perutnya mulai terasakan sedikit sakit dan mulutnya mulai mencecap rasa asam.

“ ada apa saja disini?” dengan tersenyum wanita tersebut memberikan daftar menu kepada Abi.

“ untuk hari ini kami memiliki menu spesial Chincken Katsu.”

“ saya ambil itu. Ditambah satu gelas air putih.”

“ silahkan ditunggu beberapa menit.” Wanita tersebut menganggukan kepalanya sebelum melangkah menuju pantry dan kembali meninggalkan Abi bersama kesunyiannya.


*


“ pria itu sedari kafe buka sudah memesan 5 cangkir Americano, As.”

“ pria yang mana mba?” tanya Asyfa sambil mencoba merapihkan rambutnya yang masih basah menggunakan jarinya.

“ itu yang dipojokan. Tanpa makanan.”

“ tanpa makanan?” Tami menganggukan kepalanya.

“ bisa sakit perut itu mba.” Asyfa menatap kearah pria berjaket denim yang ditunjuk tadi oleh Tami.

“ maka dari itu mba bilang ke kamu. Sana kamu tanya dia mau order makanan gak? Nanti kamu yang repot kalau ada apa-apa sama dia.” Asyfa yang memang mendapatkan shift sore mengambil daftar makanan, kertas beserta bolpoin yang ada di atas meja pantry sebelum berjalan menuju kearah si pria berjaket denim yang masih setia menatap kearah jalan.

“ mas, mas.” Sapa Asyfa pelan. Takut membuat pria yang disapanya terkejut. Tapi yang disapa tidak kunjung menjawab membuat Asyfa sedikit lebih mendekat kearah si pria berjaket denim tersebut.

I Can(t) Stop Loving YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang