Boyfriend? [Revisi]

(Extra) A Lil Bit Secret

Padahal pengen saya gantungin aja, tapi takut dosa 😅😅

Maafkeun, kalo gaje banget 😂😂

Happy Reading!

.

.

.

Memasuki tahun kedua perkuliahannya, Jimin diperbolehkan untuk mengambil satu mata pelajaran di luar jurusan kuliahnya.

Dan Jimin memilih menejemen bisnis.

Betapa itu membuat Yoongi jantungan.

Kekasih masa bodohnya itu, mengambil mata pelajaran menejemen?

Jimin pasti sudah gila.

Begitulah pikirnya.

"Kau yakin?"

Jimin mengangguk santai.

"Kenapa memangnya noona? Aneh sekali bukan aku mengambil mata kuliah ini?" renggutnya

Yoongi meringis

"Iya" katanya blak-blakan

Jimin memajukan bibirnya, berekspresi sok imut yang membuat Yoongi mengernyit jijik. Wajah Jimin memang baby face, tapi dia tidak imut, astaga. Setidaknya bagi Yoongi yang sudah terlalu mengenal namja itu.

"Atas dasar apa kau mengambil mata kuliah itu?" heran Yoongi

Jimin tersenyum polos.

"Hanya iseng saja" katanya santai

Yoongi menjitak kepalanya.

Jimin hanya mengulum bibirnya. Yoongi tidak perlu tahu, kekasihnya itu tidak perlu berpikir mengenai apa alasannya.

Karena Jimin akan menyimpannya seumur hidup.

.

.

.

Flashback..

Satu minggunya di Daegu tiga tahun yang lalu..

(Kejadian yang tidak diketahui Yoongi)

Jimin memainkan jemarinya dengan random, wajahnya yang gemuk nampak terlihat lesu, perasaannya sedang gundah saat ini.

Jimin ingin menolong Yoongi, namun ia bingung bagaimana melakukannya.

Setelah kemarin ia pergi bersama dengan Yoongi, semakin sadar pula kalau perasaanya pada gadisitu sungguh amat besar. Hati Jimin berdenyut sakit saat Yoongi mencoba menutupi kesedihannya dengan bersikap tidak peduli.

Jimin pikir, ia harus melakukan sesuatu untuk membuat Yoongi bisa menggapai impiannya.

Apa pun itu.

Tapi ia tidak tahu apa yang sebaiknya ia lakukan.

"Jimin"

"Eh, eomanim"

"Kau melamun?" Ny. Min menyipitkan matanya, memandang Jimin curiga. Jimin nyegir lebar dengan wajah meringis.

"Tidak apa-apa kok, eomanim. Oh iya, apa Yoongi noona belum bangun?"

Ny. Min menggelengkan kepalanya

"Kau tahu sendiri bagaimana cintanya anak itu pada kasur" ujarnya

Jimin tersenyum geli, ia tahu itu, tentu saja.

"Apa eomanim mau masak untuk makan siang?"

Ny. Min mengangguk

"Aku akan membantu"