Dari Jendela Bambu Reot

18 1 0
                                    

Dunia semakin kejam. Orang-orang yang mencari kebenaran terpental oleh sang penolak kebajikan. Terbuang, terdampar, dan menerima kekalahan menyedihkan. Para pencari keadilan terdepak dari peradaban fakta. Kebenaran bisa dibeli, hukum bisa dibeli, kebebasan dapat dibeli. Pencari keadilan hanya menjadi penonton sandiwara sang bertahta. Dalam hati mereka geram, berdoa agar Tuhan lekas tamatkan kehidupan.

Tak terpungkiri masih banyak terjadi perbudakan di muka bumi ini. Puluhan juta manusia di seluruh bagian dunia hanya merintih. Mereka inginkan kebebasan, keadilan, keamanan, uluran tangan, dan santunan dalam kesusahan.

Namun permintaan mereka tak kunjung datang. Mereka merengek-rengek pada alam. Berharap Tuhan mendengar jerit-jerit kesedihan itu. Mereka hendak hidup dengan tenang. Mereka ingin merasakan keindahan menikmati hidup ini. Menikmati sari pati kehidupan.

Kepada Tuan sambutlah permintaan para pencari keadilan

Bebaskan mereka mencicipi kehidupan selayaknya kehidupan

*****

Bagi kami Zam adalah pembela kaum-kaum lemah di kampung kami. Dia pernah memarahi pegawai di puskesmas kampung yang tidak sigap menagani pasien. Misalnya, kejadian menimpa Mak Ros. Saat itu, keadaan panik karena tidak lama lagi ia hendak melahirkan. Pihak puskesmas malah meminta keluarga Mak Ros terlebih dulu menyelesaikan adminstrasi persalinan. Mereka malas menunaikan kewajiban sebelum pihak keluarga mengurus biaya adminstrasi.

Jangankan melunasi, membayar separuh dari biaya persalinan bagi seorang kuli pasir bukan perkara gampang. Zam tidak tega melihatnya. Dia datang ke puskesmas itu.

"Kalau terjadi sesuatu ibuk harus bertanggung jawab. Aku laporkan ke menteri HAM," kata Zam pada salah seorang pengurus puskesmas.

Bidan dan staf pegawai puskemas yang congak itu merinding mendengar ucapan Zam. Mereka pun memutuskan untuk segera mungkin mengurus persalinan Mak Ros. Semua berjalan dengan lancar, Mak Ros melahirkan dengan selamat. Andai waktu itu Zam tidak turun tangan entah bagaimana nasib Mak Ros. Kejadian ini sudah lama-lama sekali berlalu, dan pada tahun-tahun berikutnya tiada lagi terdengar perkara serupa.

NEGERI 3805Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang