part 8

199 9 0
                                    

♡jangan lupa baca Sholawat 10 kali pagi hari♡10 kali malam hari. ♡syukur lebih banyak.

"Assalamualaikum" ucap Al setelah sampai di depan pintu.

Ketiga temannya mengekor dari belakang. Sebenarnya kecuali Eduard sih. Dia mengurus mobilnya dulu biar kagak di jambret orang. Walaupun di komplek perumahan Al terdengar aman-aman saja tapi apa salahnya berjaga-jaga. Itulah pemikiran dari seorang Eduard.

Setelah sebelumnya di cafe terjadi berdebatan yang cukup panjang dengan masalah sepele. Akhirnya mereka sampai juga di rumah Al. Kalo debatnya tidak selesai-selesai sudah di pastikan mereka tidak ada di sini.

"Eh mau pada kemana gue ikut" kana masih mengikuti Al dari belakang.

"Lo ngga perlu ikut. Ini ngga ada hubungannya sama sekali sama lo" sergah Eduard langsung.

Walaupun dia tahu sebenarnya Al tadi akan menjawab pertanyaan Kana.

"Kenapa sih? Ko gue ngga boleh ikut. Lagian gue tanyanya ke Al bukan ke elo"

Kana tidak kalah nyolot jika berhadapan dengan siapapun yang menghalanginya untuk lebih dekat dengan Al. Meskipun itu teman dekat Al sendiri.

"Karena lo bukan siapa-siapanya Al. Kan gue udah bilang tadi. Makannya kuping lo di pake dong jangan buat pajangan doang".

Eduard menyentak Kana dengan tatapan tajam dan suara yang meninggi. Tapi tak melemahkan benteng keras kepala Kana. Gadis itu akan tetap kuat menghadapi siapapun. Kana justru balik menajamkan matanya untuk mengintimidasi Eduard.

"Eh jaga yah ucapan lo. Ngga usah bentak-bentak temen gue. Ini urusan Al sama Kana. Jadi lo ngga usah ikut campur"

Tiba-tiba Aiken yang sedari tadi diam. Kini justru maju melewati Kana dan berdiri paling depan membela Kana. Tepat di hadapan Eduard.

"Terus lo apa hah. Lo juga udah ikut campur urusan gue sama temen lo yang ngga bener itu. Lo sama aja. Lo wanita ngga bener dan ngga pantes berteman sama kita".

Hati Aiken mencelos. Benar-benar tidak menyangka dengan laki-laki ini. Bicaranya sungguh menusuk. Menusuk hati dengan sangat dalam. Bahkan sampai menimbulkan bekas. Itulah yang dia rasakan.

Bunda anakmu ngga kuat..ini pertama kalinya bagi Aiken adu mulut dengan nada tinggi.

Matanya mulai berkaca-kaca.

Kenapa sikapnya berubah. Bukankah tadi di dalam cafe sangat baik. Atau mungkin sikapnya itu hanya bualan saja.

"Sudah. Kalian ini apa-apaan sih. Malu diliatin orang ken Eduard".

Al mencoba melerai pertengkaran mereka dengan ucapan. Jika tidak bisa maka Al akan melakukannya dengan tindakan.

Dan sekarang memang mereka menjadi tontonan pengunjung cafe. Karena baru saja keluar beberapa langkah dari pintu cafe. Mata mereka tertuju pada perdebatan panas ini.

Huff

Al menghela nafasnya kasar. Tapi syukurlah mereka mau diam walaupun dengan keadaan yang menurut Al. Aneh. Ya aneh. Mereka saling menatap satu sama lain. Seperti sedang mencari kesalahan.

Hadirnya CINTA SuciTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang