Menyapamu

194 18 2
                                    

Rasa cemas nampak jelas sedang mengganggu Minhyun. Kakinya di bawah meja tak mau berhenti bergerak. Kedua tangannya memegang erat buku catatan warna biru yang tergeletak di atas bangkunya. Ia menggigit bibir bawahnya. Matanya bergerak acak mencari kenyamanan. Beberapa kali ia akan meninggalkan bangku, sebanyak itu pula pantatnya kembali mendarat di tempat duduknya.

Di sekitarnya, teman sekelasnya sibuk dengan urusan masing-masing. Sebagian bercengkerama ringan tentang drama yang tayang kemarin atau grub idol populer yang baru saja merilis album baru. Beberapa anak laki-laki tampak bergerombol terpisah sambil menertawakan lelucon temannya. Sebagian besar tertunduk di bangku dengan sibuk menyelesaikan tugas fisika yang akan dikumpulkan hari ini. Mereka yang berperingkat tinggi tenggelam dalam buku materi, tak mau kehilangan tahta peringkatnya.

Minhyun sama sekali tidak tertarik dengan kegiatan teman-temannya. Perhatiannya sedang tertuju pada gadis berambut panjang yang duduk dua bangku di sebelah kanannya. Gadis itu sibuk mengotak atik angka dan rumus fisika, tugas dari Yoon-ssem empat hari lalu. Sesekali ia bertanya pada teman perempuan yang duduk di depannya.

Pria pemalu itu melihat jam dinding yang tergantung di salah satu sisi kelas. Kurang sepuluh menit sebelum bel masuk. Minhyun tak mempunyai banyak waktu. Dia tak mau kehilangan kesempatan yang mungkin tidak akan ia peroleh lagi. Minhyun terdiam sejenak, memastikan kata-kata yang sudah ia pikirkan masih tersusun rapi di ingatannya. Dia menarik nafas panjang, mengumpulkan keberanian kamudian bangkit dari tempat duduknya. Tak lupa ia raih buku catatan miliknya.

Dengan segenap keberanian ia melangkah malewati bangku-bangku yang ditinggal pemiliknya menuju gadis berambut panjang yang sedari tadi ia perhatikan. Namun, keberanian Minhyun menyusut seiring pendeknya jarak dengan gadis itu. Pun kata demi kata yang telah ia siapkan menguap entah ke mana. Semakin dekat jarak mereka semakin cepat detak jantung Minhyun.

Kini Minhyun hanya berjarak satu langkah dari gadis itu. Sudah terlambat untuk membatalkan aksinya. Minhyun membuka mulutnya untuk menyapa gadis itu. Tapi tiba-tiba mulutnya terasa kering dan lidahnya tercekat, suaranya sulit keluar. Ia menelan ludah, berharap kata-katanya bisa meluncur dengan lancar. "O..Oh..Oh Hayoung" sapanya.

Gadis itu menoleh. Tangannya yang sibuk menulis terhenti. Ia sedikit menajamkan mata begitu mendapati pemilik suara yang menyebut namanya. Tampak tak percaya siapa yang sedang mengajaknya bicara.

Minhyun berusaha bersikap tenang dan menyembunyikan kegugupannya. Ia tak terkejut dengan respon yang didapat. Ia sudah menduga sebelumnya. Hal yang wajar ketika seseorang Hwang Minghyun yang hampir tak pernah bicara dengan teman perempuan tiba-tiba menyapamu dengan sengaja.

"Hmmm.." Minhyun dalam hati meruntuki bibirnya tak mau mengucap sepatah katapun.

Tangan kanan Minhyun menyodorkan buku catatan yang sudah digenggamnya dari tadi, "Ini..aku sudah selesai mengerjakan. Kalau... menurutmu sudah benar kau bisa menyalinnya."

Hayoung masih tertegun, tak mengambil buku dari Minhyun. Keduanya sama-sama tanpa respon. Lebih tepatnya sama-sama tak tahu harus memberi respon seperti apa. Minhyun semakin kikuk karena tak tau apa lagi yang harus ia katakan. Minhyun tak suka terjebak di situasi canggung yang tak bisa ia kendalikan. Di sisi lain ia merasa lega akhirnya ia bisa bicara dengan Oh Hayoung. Gadis yang ia kagumi.

Minhyun tersenyum, berusaha mencairkan suasana. Juga menumbuhkan lagi keberaniannya. Serta keberanian lain yang akan ia perlukan lagi dikemudan hari.
-fin-

MenyapamuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang