"Ding..dong..deng...dong.." bel tanda jam istirahat menggema di seluruh penjuru sekolah. Para guru yang tadinya sibuk melakukan tugasnya segera mengakhiri pelajaran. Para murid tampak gelisah di bangkunya. Mereka bergegas meninggalkan kelas begitu sang guru sudah mempersilahkan istirahat. Kebanyakan mereka pergi ke kantin. Beberapa memilih bertahan di kelas, untuk mengobrol, mengerjakan tugas, atau menambah jam tidur siang.
Di kelas 3-2 Oh Hayoung duduk di bangkunya. Ia sengaja menolak ajakan teman-temannya pergi ke kantin. Ada hal harus ia lakukan. Sesuatu yang sudah dia rencanakan dari semalam. Dia akan berjanji akan menyusul mereka tatkala urusannya selesai.
Setelah teman-temannya sepakat menunggunya di kantin, Hayoung memulai rencananya. Ia merogoh tas hitamnya, menarik sebuah buku tulis bersampul merah. Hayoung meletakkan buku itu di atas meja. Lalu ia menindih buku itu dengan bungkusan plastik berisi roti isi coklat. Pagi tadi, selagi berangkat sekolah Hayoung menyempatkan mampir di toserba dekat sekolah. Membeli beberapa bolpoin cadangan serta beberapa buah roti isi coklat favoritnya.
Buku itu berisi catatan dan rangkuman materi pelajaran sejarah milik teman Hayoung. Hayoung sudah meminjam buku itu sejak dua minggu lalu, setelah ia tak bisa masuk sekolah karena sakit. Seharusnya buku itu sudah kembali pada pemiliknya. Bahkan sebenarnya Hayoung telah selesai menyalin catatan materi yang ia perlukan sehari setelah ia pinjam. Namun, gadis pelupa itu baru ingat bahwa ia belum mengembalikan buku itu tadi malam. Saat ia membuka kamus Bahasa Inggris dan menemukan buku itu terselip di dalamnya. Sekarang ia harus mengembalikannya. Sebab seminggu lagi ujian akan di mulai dan sang pemilik buku pasti sangat membutuhkannya.
Setelah memastikan tas ranselnya tertutup sempurna, Hayoung beranjak dari bangkunya. Ia mendekati seorang teman sekelasnya yang duduk beberapa baris di sampingnya. Teman laki-lakinya itu tampak bersiap berdiri. Sepertinya akan menghabiskan jam istirahat di suatu tempat bersama pria yang biasa duduk di belakangnya, satu-satunya teman dekatnya di kelas ini.
Hayoung menahan kepergian temannya ini, "Hai, Hwang Minhyun!"
Pria yang sudah bangkit dari tempat duduknya itu menoleh ke arah Hayoung. Ia urung melangkah pergi. Rasa terkejut tersirat dari raut mukanya. "Oh, Hayoung. Apa.. kau memerlukan sesuatu?" tanyanya canggung.
"Aku hanya ingin mengembalikan buku sejarahmu.", Hayoung menyodorkan buku tulis bersampul merah bersama sebungkus roti isi coklat. "Dan ini sebagai permohonan maafku karena meminjamnya terlalu lama."
Minhyun tampak enggan menerima pemberian Hayoung,"Kau tak perlu seperti ini. Aku baik-baik saja."
"Kenapa? Apa kau marah karena aku terlalu lama mengembalikan? Aku tak berniat begitu, tapi aku lupa begitu saja. Maaf" cerca Hayoung sebelum Minhyun bisa menjawab apapun.
"Bukan begitu..."gumam Minhyun, lirih. Tapi cukup bisa untuk didengar Hayoung.
"Sepertinya kau benar-benar marah. Lain kali sepertinya aku harus pinjam buku pada yang lain. Sekali lagi aku minta maaf," sesal Hayoung. Sebenarnya bukan ini yang diharapkan Hayoung. Berhenti meminjam buku Minhyun berarti memulai membuat jarak antar mereka. Hayoung tak ingin hal itu terjadi. Bagi Hayoung, Minhyun adalah teman yang paling cocok dengannya dalam urusan pelajaran. Kemampuan akademik mereka yang hampir setara membuat Hayoung tak merasa digurui saat mereka belajar bersama.
"Oh Hayoung!" Hayoung telah berbalik badan saat mendengar sahutan Minhyun. Hayoung kembali menatap Minhyun. Wajah pucat pria itu berubah bersemu merah. "Terima kasih untuk rotinya",ucap Minhyun sambil mingambil roti coklat dari tangan Hayoung.
Hayoung tersenyum senang. Memamerkan deretan gigi putihnya.

KAMU SEDANG MEMBACA
Menyapamu
FanfictionHwang Minhyun yang pemalu, Oh Hayoung yang easy going dan cerita-cerita kecil mereka Just short stories