November

29 3 0
                                    

Bulan kelahiranku jadi sial. Segalanya musnah dengan tiba-tiba. Berita gembira tentang kerjaya juga hancur tak mampu kubanggakan dari setiap usaha dan keringat di muka. Tarikh kelahiranku nyata gering dan tertinggal di rumah sakit. Ucapan hari lahir pertamaku dari jururawat tua yang mesra. Terima kasih puan, itulah senyum terakhir yang mampu aku ingat sehingga usai.

Matahari kelabu, bulan keluar memburu. Malam jadi siang jadi malam dan bintang tidur tak terlihatkan. Awan mendung tak hujan, tak berangin malah petir menyabung. Sisa cuma ketakutan yang mengalas wajahku. Aku hilang, dan Tuhan mengulang ujiannya lagi dan lagi. Dia malah lebih ingin mengabulkan doa-doa lelaki jalang berbandingku yang lama membawa sebuah impian.

Jam terus berdetik, waktu jadi luruh, satu demi satu ditelan kesakitan. Ada tubuh yang harus pergi, ada nyawa yang harus kembali.

Takdir telah membunuh setiap harapan, malah doaku yang tergantung di langit turun sebagai hujan; tak akan berhenti mengeja namamu, Anne.

Dua Belas Bulan SehariWhere stories live. Discover now