Korban Kecelakaan Masal

2.7K 231 33
                                    

WARNING!!!

Typo, banyak pakai bahasa medis, banyak lawakan garing, ga suka? silahkan pencet tombol keluar.

Oke, waktu istirahat makan siang sudah habis.

Sebenarnya tidak ada yang namanya istirahat makan siang untuk dokter, karena percayalah pasien bisa datang bahkan saat kamu belum menelan suapan pertama makananmu.

"Yuk balik!" aku menepuk tangan Risa.

"Bentar bales chat pelanggan dulu." Risa masih sibuk mengetik di HP nya.

Aku dan Risa memang 1 jaringan bisnis, tau perusahaan besar yang huruf awalnya O? Kami sama-sama berbisnis online disana.

Aku mengambil HP ku juga dan membuka aplikasi chat dengan grup residen bedah digestif. 'Tumben si Bian ga heboh' pikirku.

Fabian itu terkenal 'biang rusuh' sebenarnya, jadi agak bingung ngeliat chat grup sepi gini.

"Ris, kok tumben si Bian ga ngerusuh ya? Biasanya mau dimarahin sekeras apapun sama Dokter Angga tetep aja mulut sama tangannya julid" kataku sambil memasukkan HP ke saku Snelli

Risa mengangkat kepalanya dari Hp, kemudian ikut memasukkan HPnya ke Snelli, "iya ya, tumbenan banget. Balik deh yuk, kayaknya lagi hectic deh mereka."

Aku dan Risa bangun dan membayar makanan masing-masing. Berjalan cepat ke UGD, karena aku pikir ada sesuatu yang terjadi atau mungkin akan terjadi?

------------------------------------------------------

Di UGD kami menghampiri Fabian dan Nanda. Wajah mereka tegang, sebenarnya bukan hanya wajah mereka tapi seluruh tenaga medis UGD tampak tegang. Perawat sibuk mondar-mandir dengan membawa pesediaan infus dan beberapa menelepon, entah bagian apa.

"Kenapa lu berdua? Dimarah sama Dokter Angga?" Tanya Risa berusaha santai, padahal aku tau dia juga mulai tegang.

"Sa, Ris, tadi lu berdua denger suara Ambulans ga?" bukannya menjawab, Nanda balik bertanya pada kami.

Aku melirik Nanda sebentar, kemudian mengalihkan pandanganku keluar UGD, "Engga, belum ada sih sirine ambulan tadi waktu aku dikantin sampe balik UGD lagi, ya kan Sa?" tanyaku pada Risa.

Risa mengangguk dan bertanya kembali, "Kenapa sih? Emang siapa yang mau dibawa ke sini sama ambulans?"

Fabian menggerakkan kepalanya untuk melemaskan otot-otot lehernya yang tegang, "Tadi waktu kita balik, kita sempat dimarah sama Dokter Angga"

"kan udah biasa.." selaku cepat. Bian langsung menampar dahiku pelan, "Gue belom selesai upil!" balas bian cepat.

Aku mengusap-usap dahiku sambil cemberut. "Jadi baru 1 menit Dokter Angga marahin kita, telepon UGD bunyi. Ternyata itu telepon dari kepolisian, mereka bilang mau ngirim pasien kecelakaan."

'lah? Kan udah biasa juga' pikirku, aku ga ngucapin biar ga kena pukul lagi. Kan bahaya kalo aku gegar otak gara-gara terlalu sering dipukul teman seperjuangan.

"Laluuu?" Tanya Risa penasaran.

"itu kecelakaan bus, dan ada 2 bus yang terlibat. Ada sekitar 50 orang yang jadi korbannya. Korban ada yang mengalami patah tulang, trauma abdomen dan trauma thoraks." Jelas Nanda.

Aku menelan ludahku kasar. Sejak aku menginjakkan kaki sebagai residen disini, ini pertama kalinya RS Vaisnu mendapatkan pasien kecelakaan sebanyak ini.

Mereka Memanggilmu 'Dokter'Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang