Act 4: Worries

17 0 0
                                    

Pip. Pip. Pip.

Ponsel Gakupo berbunyi ketika ia sedang menaiki lift di apartemen. Gakupo memeriksa, Kaito peneleponnya. Ia mengangkat panggilan tersebut.

Click.

"Gack, lo udah balik?" terdengar suara Kaito dari seberang sana

"Lagi jalan ke pintu"

"Oh, ya udah bagus. Lo jagain Luka sampe malem ya"

"Kenapa?"

"Ini gue lagi ada dosen pembimbing... biasalah" ujar Kaito diikuti dengan suara decakan lidahnya "Semua kuliah sama kerjaan lo udah kelar kan?"

"Udah kok"

"Oke. Jagain Luka ya, Gack"

"Sip" ujar Gakupo sebelum memutuskan hubungan telepon

Hanya dalam hitungan beberapa langkah, Gakupo sudah sampai di depan pintu apartemen yang sudah dihuni oleh mereka bertiga selama kurang lebih dua tahun. Gakupo menekan bel yang terlekat pada dinding pintu.

Kriiing!

Sementara itu, Luka yang sedang memanggang kue di dapur mendengar suara bel itu. Ia langsung mematikan oven dan berjalan menuju pintu.

"Sebentar~" katanya lalu membukakan pintu "Ah, Gakupo! Kupikir siapa..."

Gakupo masuk dan merapikan sepatu yang dipakainya, "Kau pikir siapa?"

"Um... tamu penting?" Luka menjawab dengan nada tanya

"Aku tidak penting?" Gakupo memandang Luka dengan mengerutkan dahi

"E... itu... bukan—" Luka tergagap

Gakupo tertawa lalu mengusap kepala Luka, "Aku bercanda kok" ujarnya "Aku mencium bau kue"

"A-ah iya!" Luka buru-buru ke dapur "Tunggu sebentar!"

"Kau membuat kue?" ujar Gakupo sambil menuju ke sofa dan menonton televisi yang ternyata sudah menyala

"Iya" Luka muncul tak lama kemudian sambil membawa satu loyang kue dengan sepasang sarung tangannya "Ta-da!"

Dihadapan Gakupo nampak kue-kue kecil berbentuk hati pada loyang itu, "Tampaknya enak" Gakupo mengulurkan tangannya untuk mengambil kue.

Luka langsung menjauhkan loyangnya, "Tidak sekarang, Gakupo! Tunggu Kaito supaya kita bisa memakannya bersama" ujar Luka dengan senyum ceria

"Kaito pulang malam hari ini" Gakupo memberitahu sambil mengganti saluran televisi

"Lembur lagi, huh?" tanya Luka

"Iie. Ngurus skripsi" jawab Gakupo

"Hmm..." Luka duduk di samping Gakupo, masih lengkap dengan sarung tangan dan loyang kuenya "Kuliah sesulit itu kah?"

"Sangat sulit" jawab Gakupo sambil masih mencari saluran televisi yang sesuai dengan minatnya "Makanya kau tak usah kuliah"

"Lalu kenapa kalian kuliah?" tanya Luka

"Karena kami ingin penghasilan yang lebih banyak" Gakupo menjawab dengan santai

"Ya kalian cari pekerjaan yang lebih bagus lah"

"Pekerjaan yang lebih bagus membutuhkan ijazah"

"Kalau gitu izinkan aku kuliah"

"Tidak perlu" kata Gakupo santai "Jika aku dan Kaito dapat pekerjaan bagus kita bahkan bisa berpesta setuap hari seperti orang kaya tanpa kelaparan besoknya"

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Aug 16, 2017 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

I'm Sorry I'm In LoveWhere stories live. Discover now