Akan tetapi, bujang kesuma menahan mereka dengan tangannya. Dengan tenang dihadapinya ketiga pelaut italia. Ada yang mengayunkan tinjunya , ada yang menendang , ada yang menyergap dari belakang . namun, dalam beberapa detik , ketiga pelaut itu jatuh di tanah sambil mengaduh kesakitan . perwira kapal italia muncul sambil marah-marah ke anak buahnya yang tidak berdaya . dipandangnya bujang kesuma dengan penuh keheranan . secara bersamaan muncul petta siburaken mendekati perwira italia . perwira italia itupun menyadari kesalahan Anak buahnya . walaupun dengan bahasa yang tidak dimengerti oleh bujang kesuma dan kawan-kawannya, tetapi mereka tau jika perwira itu minta maaf pada petta siburaken .
Matahari melayari hari kian condong ke barat. Angin utara tetap bertiup mendorong buih-buih putih berayun menghantam halauan kapal. Kini gunung padai muncul di antara puncak-puncak bukit yang berjejer memagari pulau kalimantan. Bentuk gunung Padai yang bundar seperti mangkuk tertelungkup menjadi pedoman bagi Pelaut. Sebentar lagi , mereka akan memasuki muara pantai . perasaan bujang kesuman semakin tidak menentu . rindu dan juga ragu . . . perasaan was-was bertemu dengan lanun solok sepertinya akan segera sirna. Karena kemungkinan berpapasan dengan perompak laut itu semakin kecil jika sudah mencapai muara pantai. Rasa khawatir pada diri bujang kesuma dan teman-temannya semakin menghilang . didepan mereka pulau pegat menghadang, juga pulau soran. aroma daratan yang mereka rindukan mulai tercium bersama hembusan angin yang datang. Rambut bujang kesuma yang menapak bahu berderai-derai di permaikan angin yang datang. jari-jarinya kukuh berpegang pada tali layar. Matanya lurus memandang kedepan. Titik hitam muncul di balik pulau pegat. Dalam hati bujang kesuma berkata bahwa yang muncul itu sebuah kapal layar yang menuju ke arah kapal bintang timur .
" bujang ! " teriak baco yang bergantung di tali layar .
" ada perahu layar !"
" ya . . . . aku juga melihatnya ."
Kemudian , baco memanjat lebih tinggi lagi hingga mencapai pucuk tiang layar . dari atas dari atas diperhatikan dengan cermat perahu layar yang kian datang cepatBujang kesuma menoleh kepada burhanudin yang berdiri di sampingnya . demikian juga dengan awak kapal lainnya . tanpa diperintah, mereka segera menyiapkan persenjataan. Petta siburaken telah siap di anjungan kapal . bujang kesuma segera naik ke anjungan mendekati nahkoda kapal yang mengawasi. Petta siburaken menyerahkan teropong ke bujang kesuma. Bujang kesuma mengarahkan teropong ke kapal layar yang sedikit lebih besar dibandingkan kapal bintang timur . layar-layar mengembang sempurna membuat kapal itu dengan derasnya melaju menerjang ombak yang datang dari lambung kiri kapal. Dari balik teropong bujang kesuma dapat mengamati aktivitas di kapal .
" sepintas seperti kapal dagang biasa . tetapi. . . . ". Bujang kesuma menyerahkan teropong pada petta siburaken ." kalau kita perhatikan jarak geladak kapal dengan permukaan laut , tampak jika kapal itu tidak bermuatan", lanjut bujang kesuma
" itu berarti. . . . "
" benar kraeng . . . . , kalau tidak salah perkiraanku . . . "
Petta siburaken memegang hulu badiknya Dengan keras. Wajah menegang. Matanya menatap bujang kesuma yang mengangguk memberikan meyakinan pada tuannya bahwa ia siap lahir dan batin .
" siapkan kawan-kawanmu , bujang!".
" baik kraeng ! "
Bujang kesuma meloncat ke geladak kapal . burhanudin dan yang lainnya telah paham bahwa perahu layar di depan mereka mempunyai niat yang tidak baik. Baco segera meluncur dari puncak tiang layar, lalu masuk mengambil pedang panjangnya . demikian pula dengan yang lainnya . mereka siap dengan persenjataannya masing-masing. Burhanudin bersama ,ambo ,lala siap di haluan kapal dengan meriam . meriam di buritan di siapkan . senjata-senjata di siapkan dengan mesiu yang terisi . kini semuanya siap di posisi masing-masing . mereka menunggu dengan harap-harap cemas dan butiran doa. semoga kapal layar yang berlayar ke arah mereka bukan kapal bajak laut . petta siburaken berdiri di samping juru mudi . ia siap memberikan komando pada anak buahnya .
Matahari mulai hilang di balik kaki gunung simarua. Sembarat merah mewarnai langit. Awan-awan semu kemerah-merahan tergantung bergerak pelan . ombak tetap mengalun. Derai air menimbulkan suara dengan irama tetap saat menerpa dinding kapal. Angin utara tetap bertiup dingin membawa butiran-butiran air . alam demikan bersahabat.Sore yang penuh kedamaian. Burung-burung camar terbang rendah pulang kesarang setelah seharian bermain di permukaan ombak mencari makan. Di atas kapal layar bintang timur suasana tampak kontras sesekali dengan keadaan alam . wajah-wajahnya tegang penuh butiran keringat . degup jantung membentur keras rongga dada. Jari-jari tangan kaku memegang keras senjata yang siap menyongsong maut . awak kapal bintang timur merasakan waktu seakan berhenti berjalan . ketegangan demikian hebat mereka rasakan. Bukannya mereka pantang menentang ajal . tetapi ada cinta yang mereka tinggalkan. Cintanya kepada kekasih yang menanti mereka di dermaga. Rindunya anak dan istri setia menunggu di rumah . Atau kedua orang tua yang kini mulai renta . semua ini memberatkan mereka . tidaklah mereka takut menentang maut . tidak ada kamus takut , dalam dada mereka. Kami adalah laki-laki yang tak pernah surut hanya karna sebutir peluru secabik badik. Namun, karena rasa takut itulah membuat mereka jadi berani. tidak ada kata mundur, yang ada hanya maju. Membunuh atau dibunuh . tidak ada pilihan lain .
Kedua kapal semakin mendekat . jaraknya tak lebih dua ratus meter. Beberapa saat lagi kedua kapal tersebut akan saling berhadapan . kecurigaan petta siburaken memanglah benar . hal ini tampak dari manuver kapal layar di depan mereka kini siap melakukan serangan" bujang siapkan anak buahmu " teriak petta siburaken di anjungan
" siap , kraeng ! Burhanudin ! Siapkan meriam kalian." perintah bujang kesuma pada burhanudin yang berada di haluan
" siap! " balas burhanudin sambil mengacungkan jempol ke udara
" kamu? Ambo, lala " teriak bujang kesuma pada ambo dan lala
" siap ! , daeng !" sahut ambo mengacungkan obor di tangan kanan sedangkan lala dengan peluru yang siap diisi ulang
Bujang kesuma menatap ke atas , tempat baco berada . baco mengacungkan tangannya tanda siaga . bujang kesuma mendekati satu persatu awak kapal . semua awak kapal menatap bujang kesuma dengan pasti, kini. Tak ada lagi kata mundur bagi mereka. Semua akan dihadapi sampai titik darah penghabisan .Jarak kedua kapal kian dekat . petta siburaken bukanlah pelaut kemarin sore. Banyak asam garam serta petualang laut telah dilaluinya . melihat pergerakan itu , sadarlah petta siburaken jika kapal itu tidak bermaksud baik.
" dengar perintahku rakka ! "
" baik, kraeng.!" jawab rakaliu
Tangannya kuat memegang kemudi kapal . matanya awas memandang ke depan .
Petta siburaken mmemperhatikan terus arah kapal yang kian dekat di depannya , dan sesekali diperhatikannya alur glombang yang datang .Bagaimana yak nasib kapal bintang timur ???
:vTetap read my story
Voted and comment im need this !
#SAMBALIUNG MEMBARA
H a.s
KAMU SEDANG MEMBACA
SAMBALIUNG MEMBARA
Historical FictionSebuah cerita sejarah tidak identik dengan paparan sejarah .akan tetapi, bingkai kisah sejarah akan sangat kental di dalam sebuah cerita sejarah yg mencuatkan makna historigrafi .cerita SAMBALIUNG MEMBARA merupakan sebuah kisah heroisme dan patrioti...