chapter 2: sebuah persiapan ,bagian 4

44 7 2
                                    

" benar ! Perahu layar kerajaan!" kata daeng pattowani menjelaskan pada orang- orang yang berada diatas kapal .
     " syukurlah kalau begitu ," sahut pembakal yusuf lega. Memang ada kekhawatiran pada mulutnya. Karena bisa saja yang datang itu perahu bajak laut atau kapal perang belanda.

Salah seorang tukang yang masih memegang ketam segera naik keanjungan dan berteriak pada penduduk yang harap- harap cemas ditepi pantai.
     " kapal layar kerajaan dari batu putih." teriknya keras.
     Orang- orang yang berdiri ditepi pantai segera bersorak gembira setelah tau kapal layar yang datang ternyata kapal layar kerajaan dari batu putih. Mereka segera melambai- lambaikan tangannya ke arah perahu layar ditengah laut. Anak- anak semakin gembira.  Melompat - lompat dan berenang dengan riangnya. Riuh suasana pantai di siang itu. Terik matahari tak lagi dirasa oleh mereka. Semua larut dalam kebahagiaan.
     Dibawah bayang pohon kelapa , bujang kesuma hanya duduk memperhatikan kegembiraan orang- orang sedang meluncurkan kapal yang baru selesai dikerjakan ke laut . suara sorak sorai terdengar dari tempatnya dengan jelas. Awalnya ia sempat heran dan bertanya- tanya mengapa dipulau yang kecil ini , penduduknya mampu membuat perahu- perahu penisi dengan ukuran yang cukup besar dan dalam jumlah yang banyak pula. Walaupun ia merasa heran, tetapi ia sungkan untuk bertanya. Sepertinya baik pembakal yusuf maupun pelaut - pelaut bugis lainnya enggan untuk menceritakan tujuan pembuatan perahu ini. akhirnya, bujang kesuma tak mengusik mereka dengan pertanyaan- pertanyaan untuk apa kapal- kapal itu dibuat sampai saat kapal pertama ini diluncurkan. Kadang bibirnya tersenyum jika melihat pemandangan lucu didepannya . sebenarnya ingin juga ia larut bersama masyarakat dalam kegembiraan itu, tetapi ditahan nya. Luka didadanya belum begitu sembuh. Dukanya atas nasib sahabat- sahabatnya yang belum diketahui nasibnya masih mengayut dihatinya.
  " melamun lagi, kak?" tanya aini
   " eng.   .    .    .  , ah tidak ?" jawab bujang kesuma kaget.
   " kakak ini rupanya seorang pelamun . apa sih yang dilamunkan , kak?" tanya aini sambil tersenyum .
     " tidak juga. Aku tidak melamun. Aku hanya asik memperhatikan kegembiraan orang - orang disana."
       " kudengar ada perahu layar yang datang ."
       "Benar. Kalau tak salah katanya perahu layar kerajaan."
Dari tempat bujang kesuma berada , dapat disaksikannya kedatangan perahu layar yang kini semakin jelas . perahu penisi bertiang dua.  Layarnya mengembung sempurna. beberapa saat lagi memasuki teluk tempat dermaga berada. Di puncak tiang agung berkibar bendera bewarna kuning bergambar macam melompat yang merupakan lambang kerajaan sambaliung.
     " kakak tidak kesana ?."
      " kedermaga ?"
      " mungkin yang datang pembesar kerajaan sambaliung."
      " kalau yang datang pembesar kerajaan, apa hubungannya dengan aku, aini. Aku ini hanya pelaut kecil yang tak lagi berkapal. Jadi, apalah artinya aku kesana."
       " ya, barangkali saja kakak ingin mengenal pembesar kerajaan. Siapa tau ada yang kakak kenal. Bukankah kakak juga dulu berasal dari sungai Kelay.'
      " benar juga." bujang kesuma kemudian bangkit " kalau begitu aku kesana. Kamu mau ikut?" ajak bujang kesuma pada aini.
   Aini menggelengkan kepala menolak ajakan bujang kesuma
   " aku mau membantu emak di dapur. biasanya kalau ada tamu yang datang, maka bapaklah yang menjamu mereka . Aini pulang , dulu kak."
    Kemudian, aini meninggalkan bujang kesuma . bujang kesuma mengebas pasir yang menempel dicelananya , lalu berjalan menuju kedermaga.
    " assalamu'alaikum" sapa lelaki  yang berada diatas kapal sambil mengangkat tangan kanannya.
    salam lelaki berkumis lebat itu disambut serempak oleh orang- orang yang menunggu didermaga.
    " walaikumssalam" balas daeng pattowani. " selamat datang tuan dakula." hormat daeng pattowani .
    Syarif dakula menyalami satu per satu orang - orang yang. menyambutnya didermaga . dibelakangnya turut nahkoda kapal bahar mataliu dan daeng posuma. Tampaklah jika ketiganya mempunyai kedudukan yang cukup tinggi. Hal ini terlihat dari cara penyambutan yang dilakukan daeng pattowani.
" kulihat kalian telah menyelesaikan pembuatan sebuah perahu." kata syarif dakula sambil memperhatikan ke arah timur tempat perahu penisi yang baru mereka luncurkan " sungguh cantik." komentar syarif dakula melihat keindahan perahu penisi. "Kita kesana. Aku ingin melihatnya." ajaknya kepada daeng pattowani.
     " silahkan, tuan ," kata daeng pattowani mempersilahkan.
  Bergeraklah rombongan menuju ketempat perahu Pinisi yang baru diluncurkan. ditengah perjalanan rombongan berpapasan dengan bujang kesuma. Bujang kesuma berhenti sejenak , ditundukannya kepala memberi hormat pada rombongan yang melintas didepannya. Syarif dakula dan juga yang lainnya membalas penghormatan yang dilakukan oleh bujang kesuma. Sepintas bujang kesuma memperhatikan syarif dakula yang berjalan didepannya . sinar matanya tajam, tetapi senyumnya penuh dengan persahabatan . keris dibalik kain sarungnya bertahtakan permata . keris itu berkilau saat diterpa sinar matahari
    " mari ikut kami ke perahu, bujang," ajak daeng pattowani pada bujang kesuma.
     " terima kasih , daeng . saya hendak berjalan- jalan kedermaga ."
     " kalau begitu , kami keperahu dulu ,bujang."
     " silahkan tuan ," bujang kesuma mengangkat tangan kanannya mempersilahkan sambil menundukkan kepalanya memberi hormat .
     rombongan melanjutkan perjalanan . bujang kesuma menatap kepergian mereka. Ia berjalan menuju dermaga.
     " siapa pemuda gagah tadi ?" tanya syarif dakula pada daeng ppattowani yang berjalan disebelah kanannya.
       " namanya bujang kesuma . dia bersama kapalnya dirampok kalapati," jawab daeng pattowani menjelaskan .
     " lalu , dimana yang lainnya ?"
     " hanya dia yang selamat. Yang lainnya entah ."
     " kapan kejadiannya ?"
      " dua minggu yang lalu, didekat pulau semama."
       " kalau perahulayar ini telah siap . baiknya kauadakan penyisiran disekitar sini. Kalau ada hancurkan saja para bajak laut itu."
        " baik tuan."
     Rombongan syarif dakula naik keatas perahu penisi. Di atas geladak, mereka berdiri melingkar , saling berhadapan . syarif dakula menatap satu per satu dengan serius orang - orang yang berdiri dihadapannya . semua menunggu kalimat yang akan keluar dari mulut syarif dakula sebagai tangan kanan sultan raja alam.
















Tetap read my story

Jangan lupa Voted dan comment im need this !

#SAMBALIUNG MEMBARA
H a.s

Tambahan: updatenya gak menentu :v

SAMBALIUNG MEMBARA Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang