6. Apa yang Kau Inginkan, Malfoy?!

5K 624 30
                                    

"Kisah ini seharusnya merupakan kesalahan. Tapi, semua kesalahan itu menjadi kebenaran ketika kau terlibat di dalamnya."

-----

Sejak malam itu, Draco menjadi lebih canggung dari biasanya. Dalam seminggu ini, ia bertingkah seakan-akan tidak terjadi apa-apa pada malam itu. Bahkan, dia menunjukkan bahwa dia menyesali malam itu. Memangnya salah jika mereka berdua duduk bersama memandangi bintang di sebuah tribun di lapagan Quidditch? Apakah itu benar-benar sebuah kesalahan?

Jika iya, itu akan sangat melukai harga diri Hermione tanpa alasan. Hanya terasa sedikit sakit memikirkan itu.

Contohnya saja, hari setelah hari itu.

Pagi itu, Hermione bangun dari tidurnya yang nyenyak. Dia segera bersiap untuk belajar. Dia membersihkan dirinya, memasukkan bukunya ke dalam tas, dan keluar dari kamarnya. Di luar kamarnya dia mendapati Draco sedang duduk di sofa.

Ketika Hermione keluar dari kamarnya, Draco menoleh dengan wajah datar. Tidak ada senyuman seperti sebelumnya. Dia bahkan tidak berkata apa-apa. Membuka mulutnya saja tidak pernah.

"Malfoy," sapa Hermione.

Draco hanya menatapnya dan segera berbalik ke arah pintu. Dia melangkah keluar dari pintu itu bersama Hermione yang mengikutinya dari belakang. Dia melangkah cepat membuat Hermione kesusahan untuk menyejajarkan langkahnya.

"Malfoy, bisa sedikit pelan kalau jalan?" tanyanya dengan sopan, sambil kesusahan mengikuti Draco.

Draco tidak menjawab apa-apa. Tidak ada anggukan atau gelengan, tidak ada iya atau tidak. Tidak ada tanggapan apa-apa. Menoleh saja tidak.

"Malfoy, kau--"

"Granger, bisa kau diam seidkit? Telingaku sakit mendengar semua perkataanmu," tukas Draco, menghadap ke pintu Aula Besar di hadapannya.

Contoh yang lain, ketika Hermione sedang menonton Ginny latihan Quidditch.

Dia duduk di salah satu tribun berwarna merah milik Gryffindor. Ginny sedang meneriaki anggota-anggotanya yang lain. Mereka kelihatan takut ketika melihat Ginny. Ginny memang terlihat galak, tapi setelah kau kenal dengannya, dia adalah orang terbaik di dunia.

Ketika matanya sedang fokus pada Ginny, beberapa bayangan melewatinya. Tirai-tirai hijau lewat dengan cepat bagaikan kilat. Awalnya, dia tidak menyadarinya. Tapi, ketika dia melihat sepercik warna rambut platinum, matanya langsung terfokus pada orang itu. Itu Draco Malfoy, terbang melewatinya. Tanpa sapaan 'Granger' atau 'Hai'.

Hermione mencoba tersenyum padanya. Tapi, dia terlalu cuek. Bahkan, hanya untuk menoleh saja sangat sulit. Mungkin, dia benar-benar tidak menghendaki malam itu.

Mungkin saja dia yang terlalu berharap bahwa Draco akan menganggap malam itu adalah sesuatu. Mungkin saja, Hermione terlalu berharap.

Dia tahu seharusnya, dia tidak mengatakan semua itu malam itu. Tapi, setelah dia memikirkan semuanya kembali, itu bukan hal yang terlalu buruk. Karena akan terdengar sedikit aneh jika dia berteman baik dengan seorang Malfoy.

Tapi, tetap saja. Harga dirinya terluka karena Draco Malfoy mencuekkannya hari ini.

Sudahlah. Kau Hermione Granger. Kau tidak butuh seorang Draco Malfoy untuk mebuat harimu menyenangkan. Terlalu banyak memikirkannya juga tidak baik untuk kesehatan pikiranmu, bisiknya dalam hati. Dia mencoba menguatkan hatinya meskipun tidak bisa sepenuhnya kuat. Tapi, pada akhirnya, dia berhasil menepis semua pikiran-pikiran bodoh itu.

Draught of Living Death (Dramione)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang