20. Kumohon

3.2K 380 15
                                    

"Sungguh, aku sudah lelah. Tapi, cintaku padamu lebih besar daripada rasa lelah itu. Jadi, kurasa, aku tidak akan pernah berhenti."

-Draco Malfoy

-----

Hermione's Point of View

Dua bulan dan tak pernah sekalipun aku berbicara dengan Draco Malfoy. Ya, sejak malam itu. Itu terakhir kalinya. Dia mencoba mengejarku, tapi aku terus menghindarinya.

Apakah aku terlalu bodoh? Memangnya, salah jika kau ingin menyelamatkan hatimu yang sudah di ambang kehancuran?

Aku menyayanginya. Aku mencintainya. Aku sangat sangat sangat merindukannya. Tapi, aku hanya tidak bisa lagi menyakiti diriku.

Aku hanya...

"ARGHHHH! KEMBALILAH! KUMOHON!"

Suara teriakan itu membuyarkan lamunanku di tengah malam. Aku memang sedang tidak bisa tidur.

Seketika, aku langsung berlari keluar dari kamarku dan berhenti tepat di depan pintu kamar Draco Malfoy. Sedikit ragu untuk mengetuk, tapi akhirnya aku melakukannya.

Tok tok tok

Teriakan itu masih berlanjut.

Brak brak brak

Aku mulai menggedor pintu itu. Tapi, pemiliknya masih sibuk dengan fantasinya. di alam mimpinya itu.

"DRACO! BUKA PINTUNYA!" teriakku.

Percuma saja aku berteriak. Dia tidak akn bangun.

"Alohomora!"

Pintu itu terbuka dan dia tidak ada di sana. Dia tidak lagi di tempat tidurnya. Teriakkan itu hilang seketika, berganti dengan isakkan kecil dan gumaman yang tidak dapat kudengar jelas.

"Draco?" panggilku.

Tidak ada jawaban darinya.

Aku mulai melangkah masuk perlahan-lahan. Aku menerawang seisi ruangan dan...di sanalah anak itu, meringkuk di sudut ruangan. Dia memeluk erat lututnya.

Aku masih bisa melihat dengan jelas bekas-bekas airmatanya. Bahkan, masih ada airmata yang masih menetes. Matanya terbuka besar.

Dia tidak sedang tidur. Atau, dia terbangun dari mimpi buruknya.

"Draco?" panggilku.

Dia menoleh dan mendapati aku berdiri dengan tongkat di tanganku. Isakannya langsung terhenti. Dia segera bangkit dan duduk.

"Hermione," katanya.

Aku mengangguk sambil menahan airmataku. Sebegitu sayangnya dia padaku? Apakah aku terlalu jahat dan egois?

Ya. Aku terlalu egois. Aku hanya memikirkan untuk menyelamatkan hatiku dari ambang kehancuran, sementara dia, hatinya benar-benar sudah hancur.

Aku segera berlari ke arahnya dan memeluknya erat. Airmataku lolos. Aku tidak tahan lagi melihat orang yang kusayangi seperti ini.

"Pelukanmu membuat aku tenang," gumamnya.

Draught of Living Death (Dramione)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang