Chapter 2 - Feelings

16 4 0
                                    

Jam kuliah Reysa sudah berakhir sejak beberapa menit yang lalu, dan Resya sudah berada di parkiran sembari menunggu kehadiran kekasihnya. Namun hingga saat ini nampaknya batang hidung Gerald belum ada tanda - tanda akan hadir.

Sampai tak sengaja ia melihat salah satu anggota geng Gerald yaitu, Fadhilo Arfadhia Rexa atau biasa dipanggil Arfa. Sebenarnya Arfa dulu tak ingin di panggil dengan sebutan itu tapi demi sebuah nama geng akhirnya Arfa mengalah.
Kini Reysa sedang memanggil Arfa lalu berlari untuk menghampiri Arfa dan menanyakan dimana keberadaan Gerald kekasihnya.

"Arfaaa" teriak reysa sembari berlari menghampiri arfa

Sedang yang dipanggil pun berhenti lalu menoleh kearahnya.

"Widih tumben manggil lo nyet" ucap arfa tertawa.

"Setan lo! Gue manggil cuma mau nanya doang" ucap reysa sambil mengatur nafasnya.

"Sialan lo manggil gue setan. Gue udah tau apa yang mau lo tanyain. Pasti Gerald kan?" ucap arfa sambil menaik turunkan alisnya.

Reysa mengangguk "Gece kasih tau gue dimana dia" ucapnya tak sabaran.

"Selow dong haha. Dia masih di ruangan lagi nungguin sesyl beresin buku diruangan." ucap Arfa

Reysa mengangguk lagi "Lah, Fatan udah balik?" ucapnya lagi menanyakan teman se geng Gerald.

"Kunyuk kagak kuliah hari ini" ucap Arfa sambil membenahi jambulnya.

"Why?" ucap reysa

"Gosah sok inggris lo monyet" ucap Arfa menonyor pelan kepala Reysa.

Disaat Reysa ingin menjawab ucapan Arfa dan membalas tonyorannya. Tiba - tiba Gerald datang bersama Sesyl, menghampiri keduanya lalu Gerald menatap Arfa tajam. Sedangkan yang ditatap seperti itu hanya menampakkan wajah tanpa dosanya, Reysa dan Sesyl hanya menggelengkan kepalanya melihat kelakuan mereka berdua. Setelah melihat kelakuan mereka berdua, Reysa pun mengajak Gerald untuk pulang karena dia sudah terlampui tidak sabar ingin segera jalan - jalan.

Baru saja Reysa melangkah tetapi lengannya ditahan oleh Gerald, dan Gerald berkata bahwa ingin mengantar Sesyl pulang terlebih dahulu. Kata Gerald hari ini Sesyl tidak membawa mobil dan tidak ada yang menjemputnya. Reysa tidak keberatan jika Gerald terlebih dahulu mengantar Sesyl, Reysa tidak mungkin melarangnya karena Sesyl juga sudah ia anggap sebagai sahabatnya.

"Aku ngantar Sesyl dulu ya sayang, kamu hati - hati di jalan. Jangan ngebut nyetirnya, habis nganter Sesyl ntar aku langsung kerumah kamu." ucap Gerald tersenyum dan mencium puncak kepala Reysa

"Uhuk uhuk keselek kodok gue" ucap arfa pura - pura batuk

"Bego dasar. Mana ada keselek kodok" ucap Sesyl tertawa sambil menonyor kepala Arfa

"Sakit Sesyl bego" ucap Arfa kesal.

"Bodo wlek" ucap Sesyl kembali.

"Awas lo ya . . ." ucap Arfa terhenti.

"Udah ayo gue anter pulang Syl, lo juga pulang sana nyet" ucap Gerald memotong ucapan Arfa dan menyuruhnya pulang.

"Iye iye gue duluan ya Gerald sayang, dah Reysa, dah Sesyl." ucap Arfa tertawa melihat ekspresi Gerald lalu berjalan menuju mobilnya.

Sedang Gerald hanya memutar bola matanya malas melihat betapa gesreknya otak Arfa. Dan kembali berpamitan kepada Reysa.

"Duluan ya, inget jangan ngebut nyetirnya" ucap Gerald menatap Reysa

Reysa hanya mengangguk dan tersenyum.

"Pinjem pacar lo bentar ya Reys haha" ucap Sesyl tertawa lalu melambaikan tangannya dan melangkah bersama Gerald menuju mobilnya.

FeelingsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang