Pada jaman Edo di Hokaido, Jepang. Lahirlah seorang gadis kecil bernama Chisuzu Ran. Dia adalah putri seorang kepala keluarga sebuah Klan yang memiliki pengaruh yang kuat pada jamannya. Chisuzu adalah seorang gadis periang dan memiliki hati yang selembut salju. Chisuzu setiap hari selalu mengunjungi perbukitan dekat dengan kediamannya untuk melihat bunga yang mekar disana. Ketika Chisuzu masih kecil, dirinya selalu melihat bunga di atas perbukitan bersama ibunya.
...
"Okaa-san(1), Ini bunga apa?" Sembari melihat bunga yang berada di depannya.
"Ini adalah bunga kebahagian. Di mana bunga ini melambangkan kesucian dan kebahagian, seperti ibu yang sangat bahagia memiliki anak semanis Chisuzu"
"Umh.. Demo ne Okaa-san(2) kenapa sampai saat ini bunga itu tak mekar kembali?"
"Karena bunga ini hanya mekar 10 tahun sekali, Namun Chisuzu tidak perlu khawatir lagi karena saat ulang tahun Chisuzu akan bertemu bunga itu mekar kembali. Jadi maukah Chisuzu mau menunggu sebentar lagi?"
"Jadi Shisuzu akan melihat bunga ini 10 tahun lagi?
"Umh..." Chisuzu berlari memeluk ibunya "Nee.. Okaa-san apakah kita akan melihat bunga ini bersama lagi"
"Ii yo(3)"
...
Namun janji tersebut hanyalah sebuah kenangan sampai di mana ibu kandung Chisuzu di bunuh oleh beberapa pemberontak yang menentang dengan keputusan Kepala Keluarga sekaligus ayah Chisuzu yang menentang serangan balasan atas konflik yang membunuh beberapa keluarga didesanya.
Hingga 2 tahun yang mendatang tanpa melupakan janji ibunya, Chisuzu tetap sesekali mengunjungi sambil menunggu bunga itu mekar pada saatnya.
"Nee okaa-san, bagaimana kabarmu di alam sana Chisuzu baik baik saja. Sesuai janji kita dulu Chisuzu akan melihat bunga itu meskipun tak bersama Okaa-san. Semoga okaa-san selalu bahagai dialam sana karena Chisuzu bahagia meskipun tak bersama okaa-san." tanpa di sadari Shisuzu seorang anak laki laki berdiri di belakangnya.
"Eee.. mezurashi desu ne(4). aku tak menyangka ada seorang anak kecil berada di pegunungan ini" dengan santainya. Terkejut mendengar seseorang berbicara di belakangnya Chisuzu langsung menjauh dari anak laki laki itu. "Etto.... Siapa kamu? dan bukan kah kau sama saja anak kecil"
Muka anak laki laki itu pun menjadi merah padam akibat apa yang di ucapakan Chisuzu. "Urusai na omae(5)"
Tanpa mempedulikan apa yang dikatakan anak laki laki tersebut Chisuzu pergi dari tempatnya untuk pulang. "Eh... Matte(6)" menarik lengannya yang hendak berjalan. "Ahhh... Gomen gomen(7), hanya saja bagaimana bisa gadis bangsawan seperti dirimu berada di sini ?"
"Aku sedang melihat bunga?" balasannya dengan sedikit berhati hati.
"Ouh bunga kukira kau tersesat. bukankah bunga ini belum mekar? kenapa kau sangat ingin melihatnya ?" Berjalan mendekati Chisuzu yang memandang bunga tersebut.
"Karena ini bunga yang sangat spesial, kau hanya bisa melihat bunga ini sekali dalam satu malam" Chisuzu menunjukan senyuman tipisnya ketika menjelaskan bunga yang ada di depannya.
"Souka, jadi besok kau akan kembali lagi untuk melihat bunga itu kembali?"
"Un" Jawaban Chisuzu menjadi jawaban terakhir dari percakapan yang mereka lakukan. Chisuzu langsung beranjak dari tempatnya dan pulang sebelum matahari terbenam.
...
Disisi lain anak laki laki tersebut kembali ketempat tuannya kembali. Dia adalah salah satu anggota keluarga sekaligus salah satu anak didik dari pemimpin di desanya yang bernama Suzuki Yukimura.
"Suzuki kau sudah pulang" tanya seorang kakek tua yang sekaligus pemimpin di desanya "Bagaimana apakah kau sudah bertemu putri tuan Ran?"
"Hai" duduk menghadapi tuannya.
"Dou datta, Kawaii desu yo(8)" tanya tuannya dengan menggoda Suzuki.
"Uruse na ojii-san!" memalingkan mukanya yang memerah. Dengan sedikit kesal dengan kalimat tuannya Suzuki langsung berdiri dari tempatnya.
Sama seperti biasanya Suzuki mengantar tuannya menuju kediaman sahabatnya tersebut dan disitu alah kesempatan di mana dirinya adapat bertemu dengan anak perempuan tersebut. Setelah mengantar tuannya Suzuki segera pergi ke tempat mereka pertama kali bertemu yaitu di perbukitan tempat bunga itu tumbuh. Tanpa banyak membuang waktu secepat mungkin berlari ketempat tersebut. Dan rupanya seperti yang dirinya harapakan bahwa anak perempuan itu sudah berada di sana sambil menulis sebuah beberapa puisi.
"Oi.. nani shiteru desu ka(9)" tanyanya sambil mengejutkan anak perempuan itu. "huuaahh.." kaget "bisakah kau menyapa seperti orang pada umum nya?" bergerumu.
"Hai hai.. apakah kau masih menunggu bunga itu mekar?"
Tanpa mengucapkan apapun anak perempuan itu hanya mengangguk sebagai balasan pertanyaan Suzuki. Dari sikap yang ditunjukkan oleh Chisuzu, Suzuki melanjutkan pertanyaanya tanpa menunggu jawaban dari Chisuzu sendiri. "Jadi bolehkah aku ikut melihat bunga itu mekar bersamamu?"
Mendengar ucapan yang dikatakan Suzuki, anak perempuan terkejut dan tersenyum tipis karena untuk saat ini dirinya tidak akan menunggu bunga itu mekar sendirian lagi. Melihat reaksi yang ditunjukan anak perempuan itu Suzuki tersipu malu.
...
"Bagaimana konflik yang terjadi si luar sana? Apakah kekuasan Shougun(10) masih berdiri kokoh?"dengan penuh kecemasan yang tersirat di wajah pemimpin Yukimura tersebut. "Aku pun tak tau kita sebagai kepala keluarga hanya bisa memprediksikan apa yang akan terjadi di masa yang mendatang"
"Benar yang hanya bisa kita lakukan melindungi anak-anak kita dan para rakyat kita, tetapi apakah kau tak akan pergi dari tempat ini?"tanyanya dengan cemas
"Meskipun diriku tau malam ini akan ada pemberontakan namun diriku sebagai pemimpin aku harus tetap berdiri di tempat ini bagaimanapun situasinya" ucupan seorang pemimpin keluarga Ran yang mengetahui bahwa akan terjadi pembunuh di tempat kediamannya. Mendengar ucapan kepala keluarga Ran, kepala keluarga Yukimura hanya bisa memahami apa yang sedang sahabatnya percayai.
"Baik lah jika itu keinginanmu, diriku hanya bisa menghormati keputusanmu"
Bersambung...
Note : (1) ibu (2)Tapi bu (3)Boleh (4) Eehh.. tumben sekali (5)Berisik kamu (6)tunggu (7)maaf-maaf (8) bagaimana, lucu bukan? (9)apa yang sedang kau lakukan?
YOU ARE READING
Kimi no Yakusoku Hana o Miru (Melihat bunga Janjimu padaku)
Storie d'amoreMenceritakan seorang gadis yang bertemu dengan seorang ronin (samurai tanpa tuan) 10 tahun yang lalu dan mereka membuat janji akan bertemu 10 tahun yang akan mendatang untuk melihat bunga mekar itu bersama sama. Namun apakah mereka akan ditakdirkan...