Sekilas Catatan (Syifa Amelia)

183 21 25
                                    

Mencintai atau dicintai itu sama. Sama-sama tergantung pada balasan.

Mereka tidak pernah punya kedudukan yang pasti apalagi sampai menetap.
Yang hanya mencintai pada dasarnya memang berharap untuk juga dicintai dan yang merasa dicintai pada akhirnya berusaha untuk bisa mencintai.

Tolong jangan lagi berfikiran kalau dicintai itu lebih baik daripada mencintai atau beranggapan bahwa menjadi yang dicintai adalah keberuntungan. Kalau masih ada yang berfikiran seperti itu, artinya dia adalah tipikal orang yang serakah.

Mencintai tanpa dibalas itu memang menyedihkan tapi dicintai tanpa bisa membalas itu lebih mengerikan.

Kalau yang mencintai hanya berpegang pada waktu maka yang dicintai harus bertaruh dengan waktu.

Aku pernah memulai kisah dengan menjadi yang mencintai.
Aku bahagia lalu terluka.
Cintaku berujung tanpa balasan dan kisahku berakhir dengan menyedihkan.
Kemudian seiring berjalannya waktu aku menjadi lupa dengan bermodalkan satu alasan, ikhlas. Sesederhana itu.

Pada lembaran yang baru aku memulai kisah dengan menjadi yang dicintai.
Aku dihantui dua pilihan. Sambut atau tinggalkan?
Aku pernah meninggalkan dan berakhir menjadi yang dibenci.
Aku juga pernah menyambut namun kalah bertaruh dengan waktu. Saat aku sudah mencapai puncak keyakinan untuk membalas, ternyata yang mencinta sudah memutuskan untuk mengikhlaskan.
Akhirnya, aku terlempar kembali pada kisahku yang dulu ketika aku menjadi yang mencintai.

Bisa katakan padaku, dimana letak beruntung menjadi yang dicintai?

Jika mencintai itu berat resikonya maka dicintai itu rumit pada prosesnya.

Mencintai atau dicintai itu sama. Sama-sama melelahkan, menurutku

MemoryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang