"Jam pelajaran hari ini cukup sampai disini, ingat minggu depan kita ulangan matematika". Pesan singkat dari Bu Rini selaku guru matematika pun jadi angin lalu saja. Para murid sudah tak sabar lagi ingin pulang.
Viny pun sama, setelah Bu Rini keluar para murid segera keluar kelas tak beraturan seperti anak ayam. Viny dan Lidya jadi yang terakhir keluar.
"Hari ini jadi kan kring? Awas aja sampe ngaret lagi". Kata Lidya. Viny manggut-manggut saja. "Iya iya, abis ini langsung caw kesana gue". Balas anak tengil itu.
Mereka pun keluar kelas bersama sama.
"Ka Viny". Viny segera menoleh saat ada yang memanggil namanya.
Gadis itu lagi. Ia ternyata menunggu Viny didepan kelas anak itu. Nampaknya ia sudah menunggu cukup lama, pasti dari sebelum mata pelajarannya tadi selesai.
"Lo lagi? Lo ngapain sih ngikutin gue terus?!". Erang Viny kesal. Pasalnya gadis polos itu terus terus saja tak lepas dari matanya.
"I-itu... Hari ini jadwalnya Ka Viny les matematika". Jawab gadis itu takut takut.
"Les apaan? Gue gak pernah ikut les".
"Aku disuruh bunda Ka Viny untuk bantu Ka Viny belajar". Balas gadis itu lagi. Viny mengacak acak rambut frustasi, sementara Lidya disebelahnya nampak tak kuasa menahan tawa.
"Gue gak butuh bantuan lo. Jadi mending sekarang lo pulang. Oke?". Shani nampak manggut manggut, memunculkan senyum merekah pada wajah anak tengil itu.
Gadis itu kemudian mengeluarkan ponsel dari dalam tasnya. Terlihat sedang menekan nomor pada ponselnya. "Kalo gitu aku telpon Bunda Ka Viny aja. Bilang kalo Ka Viny gak mau belajar". Ia lalu mendekatkan ponsel itu ke telinganya.
Viny segera mengambil ponsel itu dari tangan Shani, lalu memutuskan panggilan.
"Balikin hp aku". Viny lalu mengembalikan ponselnya.
"Oke oke gue mau belajar sama lo, tapi dengan satu syarat". Viny menggantungkan ucapannya dengan senyuman sinis.
"Apa?". Tantang Shani.
"Kita belajarnya di warung Bude Jum. Sama Lidya, Ka Kinal, Beby, siapa lagi Lids?". Viny mengangkat dagu pada Lidya. Anak itu malah cengengesan.
"Sama Desy, Acha, banyak deh geng tubir yang lagi pada ngumpul". Lanjut Lidya dengan senyuman tengilnya.
Wajah Shani segera pucat seketika, ia tak dapat berkutik. Nafasnya tak beraturan, dadanya naik turun. Nama nama yang disebutkan oleh Viny dan Lidya tadi adalah nama segelintir brandal brandal sekolahan yang nakalnya luar biasa.
"Eungg... Kalo gitu gak apa deh kalo Ka Viny gak mau belajar. Aku gak akan lapor kok". Kata Shani dengan cengiran canggungnya.
Saat hendak pergi meninggalkan dua anak tengil itu, tangannya segera ditarik oleh Viny.
"Eitt... Mau kemana?".
"A-aku pulang aja,Kak".
"Mau pulang?". Shani mengangguk takut. "Boleh... Tapi gue telpon bunda nih, sama Pak Rahmat deh sekalian. Bilang kalo murid teladannya ini ternyata lari dari tanggung jawab". Kata Viny dengan senyum penuh kemenangannya. Ia mengambil ponsel miliknya dari dalam saku, namun Shani segera menahannya.
"Ja-jangan! Iya deh belajarnya di warung Bude Jum".
Viny tertawa puas. "Nah gitu dong". Katanya sambil mencolek dagu gadis malang itu.
"Ayo!". Ia menarik tangan Shani yang mengikutinya dari belakang dengan enggan.
Mereka bertiga pun sampai di warung Bude Jum. Yang dikatakan Viny dan Lidya bukan sekedar mengada ada, ia serius pasal semua teman temannya berada disana, bahkan lebih banyak dari ekspetasi seorang Shani sendiri. Hal itu makin membuat gadis itu bergidik ngeri.
KAMU SEDANG MEMBACA
JKT48 OneShot Story
FanfictionSemoga anda semua #BAPER dengan hasil coretan iseng saya.