Prolog

7.9K 503 68
                                    

Prolog

Hujan siang ini membasahi area pemakaman yang dipenuhi pelayat. Sorot sendu terarah seluruhnya pada gundukan tanah yang telah dipasang papan nisan. Ada yang meratap, banyak pula yang merunduk memanjatkan sepucuk doa untuk seseorang yang berbaring di dalam sana sejak beberapa menit lalu.

Hujan tampak deras. Namun pelayat tetap bergeming di tempat. Hening, hanya ada tangisan yang terdengar.

Pemuda berperawakan tinggi itu berjongkok. Tangannya tergerak untuk mengusap batu nisan yang bertuliskan nama 'Althan Wardhana Putra'. Pemuda itu menangis histeris, merintih, meratapi sebuah penyesalan yang tidak pernah sedikit pun ia lupakan. Dalam tangisannya, pemuda itu berulang kali berucap kata maaf.

"Gue selama ini begitu bodoh. Kenapa baru sekarang gue menyadarinya. Maafkan gue," ucapnya dengan isak tangis terdengar pilu.

Seorang gadis muda ikut berjongkok di samping pemuda itu, memegang pundaknya dengan pelan.

"Relakan dia, hati gue juga sakit. Penyesalan selalu datang belakangan, lo harus ikhlas."

"Seharusnya dari dulu gue enggak bersikap sejahat itu sama dia! Gue menyesal. Gue teramat menyesal, Win!" racaunya semakin parau.

"Dia udah maafin lo, sebelum lo minta maaf. Dia baik, dan enggak pernah menabur dendam sama siapa pun yang udah menyakitinya. Kita harus ingat kebaikannya. Dan lo harus tetap melanjutkan hidup lo yang lebih baik lagi."

"Ya, Win," jawabnya.

"Ingat pesan terakhir dia, jaga mata ini sebaik-sebaiknya." Gadis itu kembali bersuara, seraya menatap sepasang mata elang cowok di sampingnya begitu dalam.

Sepasang mata elang yang baru saja melekat di mata pemuda tinggi itu. Sorotnya sendu.

Mata itu ... milik seorang yang gadis itu cintai dan paling berharga di hidupnya. Kini, mata itu sudah beralih pada sesosok pemuda di sampingnya ini.

Tetap sama ... itu yang ia lihat.

°°°°

22.08.17

ALTHAN ✅ (Sudah Terbit)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang