DuaCtakk
"Auw ...."
Althan tersungkur di lantai ketika seseorang dengan sengaja menyentak kaki kanannya. Kemudian ia menoleh sejenak pada si pelaku yang telah membuatnya jatuh. Zian ... si pelaku itu, menunjukan seringaian yang menakutkan dan tidak ada sedikit pun rasa bersalah.
"Sorry... gue sengaja," kata Zian tanpa berniat menolongnya. Zian sedikit membungkukkan badan. Wajahnya mendekat ke wajah Althan berjarak lima centi. Tatapan cowok itu sangat tajam."Itu pantas buat lo, si pembawa malapetaka!" tekannya lagi. Kemudian ia melengos pergi begitu saja, meninggalkan Althan yang masih dalam posisi terduduk di lantai sambil memegang betisnya yang sakit. Althan hanya diam, matanya memerah menahan liquid bening agar tidak keluar, bersama rasa sesak kian menumpuk di dadanya.
"Sabar Althan," gumamnya pelan mencoba untuk tersenyum meskipun itu sulit.
"Den Althan ...." Seorang wanita tua muncul dari dapur, berlari tergopoh-gopoh hendak menghampiri majikan mudanya. Wanita tua itu terlihat panik, tanpa aba-aba ia segera membantu Althan untuk berdiri perlahan. Tangan Althan bertumpu pada dinding agar tidak oleng saat ingin berdiri. Lalu ia berjalan tertatih-tatih menuju sofa panjang, duduk dibantu oleh wanita tua itu yang merupakan tak lain adalah pembantunya.
"Terima kasih, Bik Iva," ucap Althan.
"Kenapa bisa begini, Den? Ini pasti ulah Den Zian, 'kan?" tanya wanita tua itu dengan gurat wajah jelas terlihat panik.
Althan hanya tersenyum tipis, sebagai jawaban mutlak karena ia tidak mau memperpanjangkan masalah ini lagi. Baginya, Zian adalah saudara yang ia sayangi melebihi dari segala-galanya.
"Althan enggak apa-apa, Bi Iva. Lagian kak Zian enggak sengaja, kok," jelasnya.
"Den Althan enggak usah masuk sekolah dulu. Nih, kakinya masih sakit, 'kan?"
"Enggak bisa, Bi. Hari ini Althan ada rapat OSIS. Althan masih bisa jalan kok," ucap Althan mencoba untuk berdiri meski kaki bagian betisnya masih terasa sakit. "Oya Bi, jangan bilang ke Tante Flora, ya?"
"Tapi Den .... "
"Please." Althan memohon, menunjukan wajah memelas sambil mengatupkan kedua tangannya. Bi Iva mendesah pasrah, lalu mengangguk meski hanya terpaksa.
"Ya allah Den... hati kamu begitu baik, seandainya Den Zian tahu pengorbanan Den Althan lakukan untuknya, mungkin Den Zian tidak akan bersikap sekasar ini pada Aden," ucap Bi Iva dalam hati.
°°°°
"Bagaimana ulang tahun sekolah kita. Kita adakan pensi?" tanya seorang gadis berambut panjang. Maura sang anggota OSIS yang menjabat sebagai sekretaris OSIS. Gadis itu menatap satu persatu anggota OSIS, meminta pertimbangan akan usulnya tersebut.
Semua anggota OSIS yang hadir dalam rapat itu saling pandang. Mereka sejenak berpikir atas usulan itu, sebuah ide brilians yang langsung tercetus begitu saja keluar dari mulut Maura.
Althan sang ketua OSIS mengangguk. "Ide yang bagus, bagaimana yang lainnya? Apakah ada usulan lain?"
Satu orang cowok dengan rambut kriwil mengangkat tangannya.
"Ya ... Deni?"
"Kalau hanya mengadakan pensi saja, apakah terlalu monoton, ya? 'kan tahun lalu kita juga mengadakan pensi. Takutnya pada bosan. Gimana menurut lo, Al?" sahut cowok rambut kriwil bernama Deni.
KAMU SEDANG MEMBACA
ALTHAN ✅ (Sudah Terbit)
Teen FictionCover by @ramviari ^^ Kisah sederhana seorang pemuda remaja bernama Althan Wardhana Putra. Althan adalah .... Tampan .... Pintar .... Baik .... Althan sosok yang sangat sempurna. Namun, ia buta akan sebuah kehidupan yang membuatnya harus memilih. Ba...