Sesampainya di hotel mercure london bloomsbury,Paul keluar dari mobil dan membukakan pintu untukku. Sementara itu,beberapa petugas hotel menghampiri Paul.
"Tolong parkirkan mobilku. Dan semua tas yang ada di bagasi"
"Serahkan semuanya kepada kami,pak."
Paul memberikan kunci mobilnya kepada petugas hotel.
"Terimakasih."
Ujar Paul kepada salah satu petugas hotel itu. Ia pun menggiringku memasuki pintu hotel. Dan petugas hotel itu pun menyunggingkan senyumnya kepada kami.
Sesampainya di dalam,Paul langsung ke meja resepsionis dan memesan kamar. Disisi lain,aku duduk santai di atas soffa dan menyandarkan punggungku.
"Hello,aku ingin pesan kamar."
"Sudah boking sebelumnya?"
"Belum."
"Oke,sebentar ya pak,saya lihat dulu daftar kamar yang tersedia."
"Please."
Ketika resepsionis tengah sibuk mencari daftar kamar,Paul mengalihkan pandangannya padaku dan menatapku dengan senyuman di wajahnya. Entah apa yang membuatnya menatapku seperti itu. Hahh.. hari yang melelahkan. Aku hanya berharap dapat segera memasuki kamar dan terlelap di atas ranjangku bersama Paul.
" tersisa lima puluh kamar di Deluxe,pak. Mau pesan berapa kamar?"
"Satu."
Di tengah perbincangan Paul dengan resepsionis,aku mendengar salah seorang yang membicarakan sesuatu,jauh di sebelah kananku.
"Aku berhasil menembaknya."
Ujar salah seorang pria satunya dengan setengah berbisik.
"Bagaimana keadaannya,Bob?"
Tanya pria yang lainnya yang ku yakini adalah orang yang paling penting dalam kumpulan itu.
"Dia tewas di tempat,pak. Tapi sayang sekali kita meloloskan salah satu rekan kerja terdekatnya. Dia selamat."
Jawab pria yang di panggil bob itu.
"Biarkan saja. Itu tidak penting. Karna kau telah melumpuhkan kepelanya,maka buntutnya pun tidak akan berdaya. Mulai detik ini,AR akan menjadi milik kita."
Ujar pemimpinnya yang lalu tertawa,di susul anak buahnya yang lain. Aku pun segera mengalihkan pandanganku pada mereka dan menatap salah satu dari mereka yang ku yakini adalah pemimpin dari kelompok itu.
Aku bangkit dan hendak menghampiri mereka,namun seketika,Paul meraih tanganku dan mengajakku untuk menuju kamar. Sementara itu aku masih terdiam seraya menatap pria yang sejak tadi ku curigai adalah orang yang telah membunuh papa.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Killed Order
Romance"Jangan pernah berhenti mencintaiku." Ketika sebuah mimpi menjadi kenyataan, "Berjanjilah padaku kau akan selalu bersamaku!" Paul melilitkan kedua tangannya di sekitar pinggulku dan menempelkan ujung batang hidungnya di atas batang hidungku. "Aku be...