TKO Part 4 : (BLOODSHED) When My Father Die

5 3 0
                                    

Ke esokan harinya..

Hembusan partikel udara segar dari ventilasi jendela meloloskan diri ke dalam ruangan megah ini. Ku hirup sedikit demi sedikit dan menghembuskannya kembali.

Ini hari pernikahan keduaku. Ku putar tubuhku menghadap Paul yang masih terlelap. Tak pernah berubah. Semakin hari kian bertambah cintaku padanya.

"Aku mencintaimu."

Ujarku berbisik di samping wajahnya. Aku mencintaimu di setiap harinya. Kau lah Adensorku dan hanya ada satu dalam dunia dan alamku. Selamanya. Kini mau pun nanti.

Ini yang ku harapkan selamanya. Selama lamanya. Indahnya pertemuan kita,indahnya pernikahan impianku. Ini bagaikan mimpi,dan jika itu benar,aku berdoa kepada tuhan agar tak pernah membangkitkanku hingga ajal menjemputku.

Ku raih tangannya yang ia letakkan di atas tubuhnya,ku genggam erat dan tak ingin ku lepaskan. Seandainya aku bisa,berbuat sesuatu yang bisa membuat seluruh kebahagiaan ku dapat kau lihat,maka aku akan membawamu ke dalam duniaku yang paling dalam.

Kan ku tenggelamkan kau dalam dunia yang tak pernah gelap. Aku mencintaimu,Adensorku. Selalu mencintaimu.

Paul pun membuka matanya dan menatapku. Sepertinya ia sadar kalau aku menyentuh tangannya. Ku tarik kembali tanganku,namun seketika,ia kembali meraihnya dan menahan tanganku di dadanya.

"Apa aku membangunkanmu?"

Tanyaku cemas. Ia memutar arah tubuhnya menghadapku tanpa melepaskan genggamannya.

"Kau menggenggamku dengan erat. Ku kira kau membalutku dengan sebuah selimut,tapi setelah aku sadar,ternyata hanya tanganmu."

Ujarnya seraya tersenyum dan menatapku dengan lirih. Ia mengangkat tanganku dan meletakkannya pada bibir manisnya,dan berkata.

"Aku bahkan lupa kalau aku sedang pakai selimut dari semalam. Kau tau apa artinya?"

Tanya Paul sesekali menciumi punggung tanganku. Aku menggelengkan kepala.

"Kaulah kehangatanku. Jika dengan selimut saja aku masih merasa kedinginan,lalu bagaimana dengan satu tangan yang kau letakkan di atas tanganku?"

Ya tuhan.. benarkah Paul yang mengatakan itu? Itu sungguh membuatku melayang entah kemana. Aku pun tak kuasa menahan kebahagiaanku hingga aku tersenyum dan seketika meloloskan tawaku. Begitupun dengan Paul yang ikut tertawa merayakan keberhasilannya membuat bulan sabit di wajahku.

"Bagaimana kau bisa melakukan itu?"

Tanyanya yang seolah dia tidak tau apa yang telah ia perbuat terhadapku. Lalu bagaimana caranya dia bisa membuatku tenang dengan tatapannya? Kehangatan itu.. kini pun masih bisa aku rasakan. Tapi,bagaimana caranya aku untuk mengungkapkan itu?

Paul meraih wajahku dengan lembut. Ia mendekatkan wajahnya ke wajahku,batang hidungnya mulai menempel pada permukaan pipiku dan pada akhirnya,benda kenyal itu berhasil menempel sempurna di bibirku.

"Mhh.."

Tanpa sadar,desahan lolos begitu saja di sela lumatanku. Kau membuatku kacau,Adensorku.

 Kau membuatku kacau,Adensorku

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
The Killed OrderTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang