4

2.2K 134 3
                                    

Dari awal Fatih sudah kekeh tidak mau ikut campur urusan orang lain sekeras apapun usahanya menolak Syillah, adeknya itu akan terus memaksanya hingga mau tidak mau ia menuruti kemauan yang tidak masuk akal baginya.

Caffe itu besar dan ramai dengan remaja yang sedang berkumpul, mereka sampai sambil berlagak seperti pencuri agar tidak ketahuan ia mengumpat dibalik pohon yang cukup besar namun masih bisa melihat kearah dalam caffe.

"Kesinian bego! pala lu masih keliatan kecilnya enggak pernah main petak umpet ya?" umpat syillah yang kesal sedari tadi abangnya susah sekali menurut.

"Ck!" Fatih memutar bola mata kesal. "lagian kenapa si ngajak gua kesini kerajinan banget ngintipin orang selingkuh. Sumpah males banget kya enggak ada kerjaan tau gak!"

"Stttt!" Syillah melotot. "diem, nanti ketauan" suruhnya.

Ditempat lain Lea sudah rapih ia duduk sebentar diteras rumah lagi berfikir naik apa untuk sampai ke alamat yang dikirim syillah.

Kebetulan Riz baru sampai rumah habis dari tempat tongkrongan, baru saja ingin memasukkan motornya kedalam garasi, namun lea sudah cepat naik keatas motornya.

"Ngapain si!"

"anter gua bang, please! ini masalah mati dan hidup temen gua"

"ngomong apaan si lu, turun gak! gua cape mau tidur"

Lea cemberut, kakaknya itu dingin tidak romantis rasanya pengen tuker aja sama piring cantik.

"yaudah minta nomor kak Fikar"

"buat apaan?"

"dia pasti mau anterin gua! enggak seperti lo, dingin kya es batu. males gua ribut sama lo! Beku lama-lama" ancam Lea karena ia tau fikar temen abangnya itu suka kepadanya, dan sangat yakin cara ini akan ampuh untuk mengancam dia yang sudah menatap dengan ekspresi datar.

Riz mengalah niatnya untuk tidur gagal total, padahal ia sangat mengantuk karena semalem baru tidur selama dua jam dan harus bangun lagi jam tujuh untuk pergi kesekolah.

"Queen diselingkuhin parah banget kan?" kata Lea dengan suara yang agak kencang karena sedang diatas motor.

Riz mendengar namun tidak merespon ia hanya menatap lurus sambil fokus berkendara karena jujur matanya sangat ngantuk rasanya kangen sekali dengan kasur.

"sekarang gua sama Queen mau kesana pergokin mereka, syillah udah di tkp lagi mata-matain. Tangan gua udah gatel pengen nonjok tuh cowok biar tau rasa berani-berani berurusan sama kita"

Riz memutar bola matanya, heran kenapa adiknya harus masuk ke suatu masalah yang bukan urusannya dan sialnya lagi sekarang adalah karena ia akan ikut masuk kedalam masalah itu.

Queen sampai di caffe, sikapnya masih tenang begitu pula dengan  ekspresinya yang datar. Syillah sempat bingung kenapa disini dirinya yang terlihat sangat marah, sedangkan Queen orang yang punya masalah terlihat lebih tenang.

"dimana?"

"sana!"

mereka masuk kedalam Caffe sedangkan fatih masih ditempat menjawab telponnya.

A.syillahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang