"Bol, pinjem dong! Pelit banget sih lo."
Aku menggeram dalam hati. Pria disampingku ini sudah mengatakan kalimat itu kurang lebih 20 kali, dalam waktu 30 menit.
Bol itu cebol, kalau kalian ingin tahu.
Setengah jam Fian tak berhenti menggangguku dan aku masih terus mencoba mengabaikannya,"Gila, ya, lo sombong banget ke gue! Gak inget dulu lo suka main bareng gue?"
dan bla bla bla. Tuhan, aku ingin mengikat mulutnya!
"Cebol, lo harus jawab pertanyaan gue yang ini. Penting. Tolong." laki-laki sinting ini menarik-narik ujung rokku.
Aku menoleh malas,"Apa?"kulihat ia tersenyum hingga matanya menyipit.
"Haaaaah,"Fian menarik nafas berat,"Gue berat buat nanya ini, tapi lo beneran kakaknya Alan kan? Kok bisa, ya Alan tinggi tapi lo cebol banget?"ia mengerutkan dahi serius.
"Lo ngomong sekali lagi, bibir lo gue jedai!"Gila, ya. Aku baru duduk disini kurang lebih satu jam! Namun rasanya otakku ingin meledak mendengarkan celotehan tak penting laki-laki disampingku ini.
Pria disampingku terbahak, "Akhirnya lo ngebales omongan gue. Amazing, aku sangat terha—
PLOK!
Iya, kepala Fian baru saja dilempar dengan spidol papan tulis. Emang enak!"Fian, kalau mau ngajak kenalan Alana nanti istirahat, Sekarang perhatikan papan tulis!"Teriak Bu Jamilah menggelegar.
Aku menoleh kearahnya, menahan tawaku melihatnya mengelus jidatnya yang memerah, "Puas. Makanya, jangan bacot."aku berpura-pura ketus.
❥❁❃
Bel istirahat kedua sudah berbunyi dari sepuluh menit yang lalu, namun aku belum juga menyelesaikan catatanku.
"Ck, Apasih?" Aku menoleh kearah Fian yang melemparkan kacang ke kepalaku dari kursi Rina. Sebal. "Lo gak istirahat? Gak punya temen, ya?" Dia berjalan kearah kursinya, iya disebelahku.
Ini sebenarnya dia niat nanya atau menghina, sih? Ini orang duduk sendiri karena yang lain capek ngedengerin dia kali, ya.
Aku pura-pura tidak mendengar ucapannya, dan melanjutkan catatanku yang tertunda.
Aku mengangkat kepala, melihat bungkusan yang Fian letakkan diatas mejaku,"Buat lo. Masih suka pisang, kan? Tuh gue beliin susu rasa pisang biar cepet tinggi." Aku melirik isi bungkusan itu, susu rasa pisang dan roti berisi coklat.
"Hah?" Ini dia kesambet atau gimana, sih?!
Fian menjitakku, "Gak usah hah-hah, mulut lo bau. Abis nyatet, makan tuh. Gue mau mabal."
Aku menganggukkan kepala, yaudah lumayan.
❥❁❃
"Lanaaaa, si Fian kemana?" Tita, yang duduk dibelakangku bertanya.
Aku menoleh,"Gak tau. Katanya tadi sih mau mabal,"Balasku.
Aku mendengar suara umpatan Tito, "anjing, mabal gak ngajak-ngajak." teman sebangku Tita itu berdecak. Lucu, ya! Namanya mirip, kayaknya mereka jodoh. hihihi.
Tita berdiri membawa alat tulisnya ke meja disampingku,"Gue duduk disini, boleh kan?" Aku mengangguk. "Boleh banget, kalo bisa selamanya!"
Hampir dua jam pelajaran, Tita tak berhenti bercerita lucu membuatku tak berhenti tertawa. Berakhir dengan aku dan Tita yang diusir dari kelas, karena berisik. Hebat, ini baru hari pertamaku!
❥❁❃
Aku dan Tita menunggu jam pelajaran Pak Joni habis dikursi taman belakang sekolahku.
"Lan, sori yaaa! Karena gue lo udah jadi ikutan diusir dari pelajaran Pak Joni," ia memasang wajah tak enak.
aku tertawa mendengarnya, "yaelah, lebay lo! Gue malah seneng. Gue laper soalnya, lumayan bisa makan." aku membuka roti coklat yang diberikan Fian.
Melihatku yang membuka bungkus roti, Tita mengerutkan dahi bingung, "Lah, anjir. Lo kapan beli roti?"
Aku menggaruk kepala, malu. "Hehe.. gue bawa dari kelas, tadi Fian ngasih ini,"
"Lo kan baru hari pertama masuk, kok kayaknya udah kenal dia, Lan?"
"Iya, emang. Gue juga gak tau, kayaknya emang dia gak ada malu deh makanya gangguin gue mulu." Aku bersungut-sungut.
Tita terkikik disampingku, "Emang dia sinting sih, dari dulu sering buat anak orang nangis."
Hmm, aku jadi berpikir dimana laki-laki aneh, yang sayangnya chairmate ku itu bolos pelajaran.
Bel pun berbunyi menandakan aku sudah bisa masuk kelas, melanjutkan pelajaran selanjutnya.
❥❁❃
HAHAHAH. Garing parah, bYEEE.
YOU ARE READING
Sweet Alana
Teen FictionPisang Pria Tampan Novel 3 Hal yang sangat Alana sukai. Copyright© 2016 by RenjanaSenja.