t h r e e

15 3 0
                                    



"Kembaliannya ambil aja, bang!" Aku memberikan uang pada abang ojek online dihadapanku seraya bergegas masuk kedalam.

Saat sedang membuka pagar, aku merasakan ujung tasku ditarik, "Neng, makasih kembaliannya, tapi itu helm bisa kali dilepas dulu," Aku segera membuka helm yang menutupi kepalaku. "hehehe.. ampun bang. Lupa, suer!"

❥❁❃

Haaaaah. Hari pertamaku melelahkan, aku butuh penyemangatku aka pisang!

"Teh, tegang amat itu muka, udah kayak BH baru mama aja,"

Astagfirullah, anak baru pulang bukannya disambut malah disambit pake kata-kata yang indah.

Aku menoleh dramatis dari arah tangga, "Wahai ibuku, mengapa begitu teganya dirimu padaku? Aku ini sedang lelah!"

Mama melotot kearahku, "Ck, drama kamu. Pulang sekolah tuh salam dulu sama orang tua, sini makan pisang!" Ia menepuk sofa yang berada diruang TV.

Aku meletakkan kepalaku dipahanya seraya membuka kulit pisang, "Ah, mamaaaah, bete! Sekolahnya gak asik." aduku.

Mama mengelus rambutku, "Ah, kata siapa? Itu si Alan semangat banget kok! Kamu tuh dari awal udah enggak mau, makanya jadi ngerasa gitu,"

"beneran, ma. Mana temen sebangku teteh nyebeliiiiin banget." Aku membayangkan wajah Fian yang menyebalkan, "Ah, kalo si Alan wajar! Dia seneng stock ceweknya nambah." Lanjutku.

"Heh, nyemot! Enak aja ngomongin gue, sana makanin pisang lo!" Alan yang entah datang darimana, menjitak kepalaku.

Ini yang kakak siapasih? Kalo aku jadi bego gimana?!

Aku melemparkan kulit pisang yang ada diatas meja kearah Alan, saat sadar bahwa mengenai laki-laki yang sedang menunduk disampingnya. Buset, baru hari pertama dia udah bawa teman kerumah. Ah, apasih, Lan?

"Dih, Tena lo gak malu salah lempar ke bang Rian? Dulu aja katanya lo naksiiiiir!"

"Hah, Rian? Naksir siapa?" Aku mengernyitkan dahi, ini Alan ngomong ke siapasih? Mama?

Ia mengerlingkan mata jahil, "Elo, lah! Masa mama?" Apasih? Kenal aja enggak, gimana bisa naksir dia. "Tenaaaaa, lo beneran lupa sama Rian?!" Alan emang suka berlebihan, guys! Anyway, gimana bisa tahu dia itu siapa kalau daritadi dia cuma menunduk memainkan smartphone-nya.

Rian—rian itu mengangkat kepalanya. Bentar, kok kayak kenal? Kok mukanya mirip sama Fian, ya? Kloning? atau
jangan-jangan dia berkepribadian ganda makanya daritadi diem aja?! Oke, maafin otakku yang alay ini.

"Muka lo pasaran, ya? Kok mirip teman sebangku gue, ya? Tapi gantengan lo sih.." Ampun, aku kelepasan. Suer!

"hahah, siapa? Fian? Dia emang kembaran gue, makanya mirip," Mama, tolong aku lemaaaah! Ketawanya kok seolah-olah ngajak aku membina rumah tangga?!

Mama menarik telingaku, "astagfirullah, ini anak siapa? Rian, maafin Lana, ya.. emang mulutnya suka minta dikuncir." Hih, emang aku salah ngomong? Kan aku cuma nanya, kok muka dia pasaran.

Lagi, aku mendengar manisnya suara Rian terkekeh karena ucapan mama, "Iya, tan. Gakpapa, lucu kok!"

Astaga, aku dibilang lucu!

❥❁❃

Pukul 06:25. Masuk masih lama, kan? Mari kita ke lorong IPS, demi Rian!

Saat akan melewati XI IPS 3, kelas Rian, dengan segera kurapikan rambutku.

Tiba-tiba suara berat yang kudengar kemarin, tepat dibelakangku, "Eh, Lana! Ngapain disini?" aku mengelus dadaku, kaget cyiiiin.

Aku menggaruk tengkuk bingung harus menjawab apa, "Hehe.. Iseng aja mau keliling sekolah." ia tersenyum manis, "Gue temenin keliling nanti pas istirahat, mau?" aku mengangguk-angguk semangat.

"Sekelas sama Rian, kan? Nanti gue jemput kesana!"

Dengan segera kuberikan senyuman manis ala Alana, "Okay, duluan yaaa!"

❥❁❃

Beli istirahat baru saja berbunyi, dengan segera aku berdiri didepan kelas, menunggu Rian. Hihihi.

"Bol, lo ngapain duduk didepan kelas? Nunggu ada yang ngasih makanan, ya?" Astagaaa, ini dia beneran kembaran Rian apa enggak sih?! Yang satu imut-imut, yang ini amit-amit.

Aku melototkan mata sebal, "Iya, tau lo tinggi, tau! Tapi gue udah berdiri, sayton!" sadar kok, tinggiku hanya sebatas dadanya saja. Hiiiih.

"Lana, yuk!" Rian berdiri disamping Fian, ternyata mereka beneran mirip, ya? Tapi Rian tetap nomor satu! "Eh, nyet. Lo mau kemana?" Tanya Fian.

Rian menyengir lucu, "Hehe.. gue mau nganterin Lana keliling sekolah!" Fian mencibir pelan yang masih tertangkap ditelingaku, "Dih, bego amat mau aja nganterin bocah cebol."

Astagfirullah, ini kembarannya mohon dibuang aja, bisa gak?!

dengan segera kutarik tangan Rian, "Yuk, ah! Ini kembaran lo lempar aja kekolam, Wlee!"

❥❁❃

Ternyata, Rian dan Fian itu tetanggaku dulu, kok aku gak ingat ya? Kata Rian, Fian itu dari dulu emang jahil banget. Hmm, untung ganteng.

Wajar aja, si Fian isengin aku mulu! Gustiiiii, sabarkan aku.

Lamunan indahku buyar saat tangan besar disampingku, menarik pipiku keras. "Bol, lagi ngelamunin jorok ya?" Aku mendorong tangannya, "Sakit, iiiiiiih!"

"Yeee. Lagian lo bukannya perhatiin pelajaran didepan, sebagai anak baru harusnya dirimu teladan, nak!" Laki-laki sinting disampingku menggeleng-gelengkan kepalanya.

Aku pura-pura tidak mendengar dan melanjutkan tugas yang sudah diberikan.

"Wah, jangan-jangan lo mabok pisang, ya? Diem mulu!"

"Bacot, kampret."

"Lo."

"Lo!"

"Elo, Lanaaaa!"

"NGACA!" Enak aja, masa aku dibilang bacot? Padahal dia yang dari kemarin mengangguku, emang enak aku teriakin!

Eh, sebentar. Kok pada melihat kearahku duduk, ya? Oh, aku tadi teriak?!

Aku menyengir salah tingkah, atuh guyZ malu! "Hehehe.. maaf,"

"tuhkan, lo tuh emang bacot." Sabar, Alanaaaa! Sabaaar.

"Bol, bantuin dong! Gue gak ngerti," Dih, kirain dia gak butuh bantuan makanya songong. Bantuin, gak ya? Bantuin, ah. Kan aku mau ngedeketin kembarannya, hehehe.

"Yang mana?" Aku menarik buku dihadapannya, "Yang ini, maksudnya gimana sih?" ia merapatkan kursinya ke arahku, seraya menunjuk nomor yang tak dimengerti.

Aku mengajarkannya hingga bel berbunyi, ternyata dia gak bego-bego banget, hihihihi.

"Fian, gue mau nanya dong!" Mau Rian ; dekati dulu saudaranya, "Apa? Pasti gak bermutu." cibirnya.

"Durhaka lo sama calon kakak ipar. Rian udah punya pacar belum?" Aku menunggu jawabnya, karena Fian seolah tak berniat menjawab.

Tiba-tiba Fian terbahak, "Calon kakak ipar? Calon pembokat keleuuus! Gak punya, tapi selera dia sih cewek yang tinggi, lo kan cebol." Astaga, ini dia gak bisa bohong dikit apa biar aku bahagia? Tega banget!

"Ih, jahat! Awas ya kalo sampe lo naksir gue!"


Yang Alana tak sadar, ucapannya sudah terjadi.

❥❁❃

Sorry ngebosenin, hehehe! Jangan lupa vote + comment! xo

Sweet AlanaWhere stories live. Discover now