"Booool, plis, yaaaa!" Astagfirullah, laki-laki dihadapanku ini sudah mengatakan kalimat yang sama sebanyak 54 kali sejak aku menginjakan kaki disekolah.
Para pembaca yang budiman, kalian pasti sadar siapa laki-laju sinting yang baru saja aku bicarakan. F i a n.
Aku mendengus untuk kesekian kalinya, "Enggak. Enak aja nyuruh-nyuruh, emangnya gue babu lo apa?" ia mengelus rambutku pelan, hiiiiih pencitraan. "Gue engga tau siapa lagi yang bisa bantu selain lo.. plis, ya?"
"Sarap ya, lo? Lo yang jualan, masa gue yang datengin?!" Aku menepis tangannya pelan, "Makanya, jadi orang jangan sok ganteng!" lanjutku.
Kalau kalian penasaran, Fian daritadi memaksaku untuk menggantikan dirinya untuk COD. Ia menolak melakukannya, hanya karena calon pembeli HP-nya itu fans beratnya dari SD, katanya sih gitu!
Kudengar ia mendengus frustasi, "Ya Allah, tega banget sih lo sama gue? Masalahnya dia mau bayar tinggi, asal semua foto-foto gue engga dihapus. Serem, saytooon!"
Ha ha ha ha. Izinkan aku tertawa dalam hati, guys.
"Dih, lumayan. Foto lo enggak berguna juga, kasih aja ke dia!"
"Berisik. Lo temenin gue ketemu sama dia, gue bakal bilang gue udah punya pacar jadi foto-foto gue harus dihapus!"
Loh, kok ini orang ngatur-ngatur, ya? "dih, enak aja. Ogah. Katanya dia ngefans sama lo, mau ada mau engga foto lo di HP itu juga pasti bakal dia beli." Balasku sewot.Ia tersenyum menyebalkan, "Lo temenin gue ketemu dia, gue bantuin lo sama Rian. Deal?" Tolong, ini tawarannya menggoda. Apalagi aku lemah. "Nah, kalau gini gue mau!"
"Babik."
❥❁❃
Bel pulang baru saja berbunyi, menandakan kalau aku harus menepati janjiku pada si kampret, demi bebi hani Rian tersayang, hihihihi.
"Yok, buru!" Aku menarik tas pria disampingku, "Najis, tadi lo ogah sekarang aja semangat banget." ia mencibir melihat kelakuanku.
Aku udah bilang belum sih, kalau sejak Rian kerumah, kadar kenajisan Fian itu meningkat tajam bagaikan alis cabe-cabean di pinggir jalan?
Iya, soalnya dia sama Rian beda 180 derajat. Udah dibantuin kelakuannya masih aja nyebelin ; Fian.
"Mari kita pergi, bol cebol!" Dengan kurang ajarnya ia menarik tanganku dengan cepat. Ya Allah, tolong sadarin dia kalau kakiku itu pendek! Jalan sama dia berasa lagi lomba jalan cepat.
Aku menggigit tangannya sebal, "Pelan-pelan kenapasih?! Mau jual hengpong jadul aja banyak gaya lo!" tiba-tiba langkahnya terhenti, "Kalo Clara sampe capek nungguin gue yang tak kunjung datang karena cebol-cebolan ini. Terus HP gue gak laku, lo harus jadi cewek gue!"
LAAAH?!
Eh, tapi jangan sampai si Clara itu pergi, kalau dia pergi nanti si kampret enggak mau bantuin aku sama Rian, yang ada aku dijadiin pacar.
Definisi pacar sama pembantu dimata si Fian sebelas dua belas kali, ya?
Lamunanku terhenti karena Fian memakaikan helm dengan tiba-tiba, "Kesambet ya, lo? Buru naik. Udah dipakein helm, masa mau gue naikin juga?!" ia berbicara dengan sewot.
❥❁❃
Kami baru saja selesai bertemu dengan Clara, ia jadi membeli hengpong Fian. Tidak, tolong jangan minta aku untuk menceritakan proses jual beli HP itu, karena demi apapun aku menyesal mau membantu Fian.
Clara menggunakan baju kaos berwarna hijau stabilo, bertulis "He's Mine!" ia mengancam Fian, jika Fian menolak berfoto bersama, maka ia tidak akan membayar HP Fian dengan harga yang tinggi. Clara juga memaksaku untuk memfoto mereka, walaupun Fian sudah memberi tahunya kalau aku ini pacarnya. Hiiiih.
"Demi ganti HP keren yang bisa cekrek-cekrek, rela deh gue foto sama dia." Ucapnya tadi saat melihatku yang tak henti-hentinya memandangi mereka aneh.
Sepertinya bukan hanya aku yang melihat mereka berdua dengan aneh. Fian yang saat itu masih menggunakan seragam SMA dilapisi dengan jaket jeans, duduk dihadapan gadis yang menggunakan baju hijau stabilo, rok ungu polkadot, dan sepatu berwarna kuning. Fian yang tak berhenti berceloteh, dan Clara yang tak henti-hentinya menggebrak meja seraya tertawa karena mendengar celotehan tak bermutu Fian.
Aku malu, demi Tuhan. Aku duduk dengan canggung
melihat orang-orang menatap kami aneh, tepatnya mereka. Kalau tidak demi Rian, ogaaaah! Aku enggak bakal bantu Fian lagi.Fian yang baru saja kembali setelah membelikanku susu pisang, sebagai teman memakan baso— ia mentraktirku— kembali berbacot ria, "Haaah, gila kan. Gue ngajak lo aja masih ditahan terus sama dia, apalagi kalau gue sendirian. Mati di ilerin kali gue." ciiiih, yang harusnya berkomentar itu aku, ngeliat kelakuan dia yang malu-maluin.
"Hmm, iya makasih, Lan. Sama-sama, Fian!" Aku membalas ucapannya dengan menyindir, "Heheh, makasih, bol!" ia menyengir kuda. Engga, sih. Fian ganteng, hehehe.. apalagi kembarannya.
Sebelum lupa, Fian harus menepati janjinya, hihihi. "Yan, awas ya lo lupa buat bantuin gue sama Rian!" Aku tersenyum manis kearahnya.
"Perasaan gue sama Rian mukanya gak jauh beda, deh. Anggap aja gue Rian." Dia mabok, ya? Kok aku ngaco. "Hah, beda lah! Muka sama, tapi kelakuan beda."
"Hmm, yaudah sana abisin makanan lo mumpung gue baik." balasnya jutek.
Untuk kedua kalinya, Alana tak sadar bahwa Fian benar-benar serius dengan ucapannya.
❥❁❃
HEHEHE, part ter-absurd. Pertama kali Alana jalan sama Fian, dia bakal inget terus. Jadi bakal berguna di chap selanjutnya. #Hmm
YOU ARE READING
Sweet Alana
Teen FictionPisang Pria Tampan Novel 3 Hal yang sangat Alana sukai. Copyright© 2016 by RenjanaSenja.