-1-

88 5 3
                                    

Matches- Max Styler Remix🎶

How did you break my heart without even trying?
How are you on my mind? You're not even talking to me
You were made of matches,you burned me to the ground
You were made of matches, you burned me down.

***

Malam ini suara dentuman musik yang ku alunkan terdengar begitu sangat mengguncang seisi club ternama di kotaku. Aku berada di club untuk mengisi acara musik yang di selenggarakan oleh pihak club dan dari inisiatif ku serta teman-temanku.
Waktu sudah menunjukkan hampir tengah malam dan aku bersiap-siap untuk pulang sebelum nyawaku diambil oleh bundaku.

***

"Zanetta Ozgun,dari mana kamu?" aku terkejut begitu sampai di rumah dengan bundaku yang berdiri di hadapanku.

"Maaf bunda Anet pulang telat,kan Anet udah bilang sama bunda kalo ada acara musik." maafku pada bunda harap-harap aku tidak akan dimarahi karena pulang telat.

"Iya,tapi kalo ada ayah di rumah jangan kayak gini lagi." syukurlah bunda tidak marah padaku.

"Iya bunda,Anet ga bakal ulangin lagi."

"Ya sudah,sekarang kamu tidur kan besok kamu ada kuliah pagi,sayang." ingat bunda padaku.

"Astaga iya,Anet lupa bun. Makasih ya bunda sayang udah ingetin Anet. Ya udah Anet ke kamar dulu bun,selamat malam bunda." kuhampiri bunda dan mengecup pipi bunda sebelum aku pergi ke kamar.

Keesokan paginya aku bangun untuk bersiap-siap setelah itu pergi ke bawah untuk sarapan dengan bunda seorang. Rumah sangat sepi kalau tidak ada ayah dan kak Aletta. Ayahku  sedang berada di luar kota,sudah menjadi pekerjaannya sebagai pengusaha untuk menghidupi keluarganya. Aku hanya dua bersaudara,kakakku bernama Aletta Ozgun dan dia sudah tidak tinggal lagi di rumah,tapi sewaktu-waktu dia sering berkunjung jika dia sedang tidak bekerja.

"Pagi bundaku sayang." sapaku manja pada bunda.

"Pagi juga sayang,sudah mau berangkat ke kampus?" tanya bunda seraya mengambilkan aku sebuah roti.

"Iya nih bun,Anet langsung berangkat aja ya. Love you bun." setelah mengambil roti yang di berikan bunda,kucium bunda seraya berlari meninggalkan ruang makan.

"Hati-hati,langsung pulang ya,Anet!" masih ku dengar teriakan bunda sebelum aku benar-benar hilang di balik pintu.

***
Hampir lima menit berlalu mata kuliahku telah selesai,aku berjalan menuju kantin untuk menemui sahabatku.

"Anett!!"

Aku mendengar suara bariton yang sudah tidak asing ku dengar meneriaki namaku. Aku menoleh ke arah sahabatku.

Aldeva Brotolaras. Cowok yang selalu sabar menemaniku,biasanya aku memanggilnya Deva. Deva adalah cowok yang banyak di gemari oleh kaum hawa di kampus karena dia memiliki tampang yang bisa di bilang 'ganteng'. Duh Dev,rasanya gue mau muntah karna muji lo barusan😂. Tapi entah kenapa aku gak memiliki rasa untuknya begitu juga dia terhadapku.

"Eh,gimana tadi malem di marahi sama bunda,Net?" sebelum menjawab pertanyaan dari Deva aku mengambil minumnya,gak kebayangkan ekspresinya yang agak cemberut.

"Engga dong,Zanetta kan anak yang baik mana mungkin di marahi sama bunda." ucapku tanpa dosa.

"Dih,gaya lo. Awas aja kalo lo di marahi bunda nangisnya ke gue."

"Dih,lebay lo. Mana ada gue nangis kalo bunda marah." ucapku sedikt tidak terima padahal memang benar adanya.

'Dev,lo dimana gue mau curhat. Masa tadi bunda marahi gue.'

'Dev,tadi gue habis di marahi ayah gara-gara tadi bolos sekolah.'

'Dev,tadi gue di marahi bunda gara-gara habis berantakin dapur ga di beresin lagi.' ucapnya seraya menirukan gayaku. 'ih, resek kan,untung temen' batinku.

"Apaan sih lo?!" mungkin sekarang pipi gue udah berubah jadi tomat karena merah menahan malu. Awas aja lo,Dev.

"Kelakuan lo Net,udah tua juga masih kayak anak-anak. Dewasa dikit napa? Jijik gue." ucapnya sambil menatapku jijik.

"APAAA?! LO JIJIK SAMA GUE DEV? LO MAKAN SESENDOK GUE,LO MINUM DARI BEKAS MULUT GUE,LO PAKE BAJU GUE!" oke fix,yang terkhir itu ga bener. Author cuman mengarang bebas.

"Dih,biasa aja dong ga usah pake urat. Sakit kuping gue. PAKE BAJU LO PEYANG. LO KATA GUE BANCI TAMAN LAWANG APA?!" teriaknya tak terima.

"Dih,biasa aja dong ga usah pake urat. Sakit kuping gue." ucapku sambil menirukan omongannya.

"Tau ah,pulang sana. Nanti di cari bunda baru tahu lo."

"Astaga iya,kan tadi gue di suruh langsung pulang. Gue pulang duluan. Papay Deva jelek" pamit ku padanya.

***

Setelah  berpamitan dengan Deva,aku pun segera pulang karena bunda tadi berpesan untuk segera pulang. Ku lajukan mobilku dengan kecepatan sedang seraya memutar radio di mobilku yang akan menghiasi perjalananku kerumah,kurang lebih 30 menit lamanya.

Jika Kita Bertemu LagiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang