❝And if somehow you knew that your love
would be untrue. Would you lie to me?❞
— drake, Teenage Fever."Titan."
Gadis yang memakai seragam putih abu-abu dengan badge Titani Devania itu mengangkat pelan kepalanya dan melihat laki-laki di sampingnya yang sedang menatapnya bingung. "Lo ngelamun, mikir apaan?" tanyanya.
Titan menggelengkan kepalanya sebagai jawaban. Dirinya tentu saja berbohong. Banyak sekali yang ia pikirkan akhir-akhir ini. Salah satunya tentang Bara—laki-laki yang duduk di sebelahnya sekarang. Laki-laki dengan senyuman mempesonanya. Laki-laki dengan kata-katanya yang mampu membuat Titan luluh. Laki-laki dengan tingkahnya yang membuat Titan tak ingin jauh.
Bara menghancurkan rokoknya. Dan melihat ke bawah sana. Banyak kendaraan yang sedang berlalu-lalang malam ini. View dari rooftop gedung apartemen yang berada tidak jauh dari sekolah memang sangat membantu dirinya untuk menghilangkan mood buruk, terlebih ada Titan di sampingnya.
"Is everything okay?" tanya Bara dan memperhatikan kembali wajah gadis di sampingnya yang tertutup oleh rambut panjang sebahu itu.
Yang ditanya hanya menganggukkan kepalanya.
Semua orang tahu—dari sikap Titan yang terkesan terlalu diam, pasti gadis itu sedang memikirkan sesuatu atau ada sesuatu yang mengganggunya. Maka, diraihnya tangan kanan Titan dan Bara menggenggamnya dengan erat. Dengan usapan ibu jarinya yang membentuk pola menenangkan, yang Bara tahu, Titan sukai.
"Jangan bohongin gue dong, Tan. Apa yang lagi lo pikirin? Apa yang lo lagi rasain?"
Dilihatnya kini Titan mengeratkan jaket baseball merah milik Bara di tubuhnya dan menggerakkan kakinya yang menggantung. "Lo mau tau, Bar?"
Bara mengangguk pelan. Kemudian, tangannya menyelipkan rambut Titan yang menghalangi wajah gadis itu ke belakang telinga. "Lo lagi kenapa?" bisik Bara. Tidak mengerti juga dengan sikap Titan yang tidak biasa.
"Gue lagi... bingung," jawab Titan akhirnya.
"Masa sih bingung? Kan elo udah pegangan sama gue." Kekehan Bara terdengar setelah mengucapkan kalimat itu, dirinya juga langsung mengeratkan genggamannya.
Titan mendengus. "Gue serius, Bara!"
Bukannya menanggapi ucapan Titan barusan, Bara malah dengan gemasnya mencium leher Titan berkali-kali seraya terkekeh pelan di sana. Titan mendorongnya. "Seserius apa sih?" tanya Bara masih saja memperlihatkan senyumannya itu—terlihat lesung di pipi kirinya yang membuat siapa saja yang melihat tidak ingin mengalihkan pandangannya ke arah mana pun.
Seperti Titan sekarang.
Dan Titan hampir saja lupa dengan perasaan kesal yang ia rasakan pada laki-laki di sampingnya saat melihat senyuman yang sangat menarik itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
1.1 | fire ✓
Teen Fiction「 follow dulu sebelum baca 」 ▀▀▀▀▀▀▀▀▀▀▀▀▀▀▀▀▀▀▀▀▀▀▀▀▀▀ ❝Darling, just remember this; don't fight fire with f i r e.❞ Seharusnya mungkin tidak serumit ini jadinya. Tidak semenyakitkan ini. Jika saja kepercayaan mudah untuk diberikan. Jika saja kej...