❝If you were mine you would not get the same. If you were mine you would
top everything❞
— bryson tiller, Don't.Dengan mata yang terfokus pada ponsel di tangannya seraya berjalan, Bara mengetikkan pesan singkat. Laki-laki itu tidak menemukan sama sekali notif dari Dina. Ini jelas saja tidak biasa. Karena jika sudah istirahat, pacarnya itu pasti mengirimnya chat untuk pergi makan di kantin berdua.
Dengan cepat—tanpa memedulikan tatapan kagum yang terkesan terlalu terang-terangan dari adik kelas perempuan di sepanjang koridor, Bara pergi ke lantai tiga di mana kelas Dina berada.
Dan kakinya pun berhenti melangkah. Dari penglihatannya, dari jendela, gadis itu sedang duduk sendirian dengan buku di depannya.
Bara langsung saja masuk ke dalam kelas itu, dan duduk di depan gadis dengan rambut brunette, Dina. "Daniella, kamu kok nggak nge-chat aku?" tembak Bara langsung.
"Astaga Bara! Kamu ngagetin aja sih."
Bara malah terkekeh pelan dan mulai memakan muffins berbagai rasa yang Dina bawa di tempat makannya. "Makanya kamu jangan ngelamun terus," kata Bara dengan senyuman kecil yang masih saja terlihat di wajahnya itu.
Dina membalik kertas di dalam buku tebalnya. "Aku bukan ngelamun kali, aku lagi belajar."
"Emangnya semalem kamu ngapain?"
"Aku semalem belajar juga, sekarang mau ngapalin lagi rumus-rumusnya."
Bara hanya mengangguk-anggukkan kepalanya saja. Tatapannya masih belum terlepas dari Dina. Bara merasa benar-benar beruntung di dunia ini karena ia mempunyai Dina. Tidak bisa juga dibayangkan jika gadis itu akan meninggalkannya.
Meninggalkannya.
Jelas saja Bara benci itu. Mengingatkan pada kehidupannya yang dipenuhi oleh orang-orang yang datang dan pergi seenaknya.
Dan Bara berharap, Dina tidak seperti orang-orang itu.
Lamunan Bara terhenti, gadis itu mendekat ke arahnya. Dina berbisik. "Mending sekarang kamu ke kelas kamu deh, Bar."
Bara mengernyit. "Kamu nggak mau aku temenin aja?"
"Bukan gitu, tapi di depan udah ada Pak Anton."
Dan benar saja, saat Bara menoleh ke depan sana Pak Anton sudah duduk di kursinya sedang merapikan beberapa lembar kertas. "Yaudah aku balik ke kelas. Good luck untuk ulangan MTKnya, Daniella!" kata Bara, lalu melangkah keluar. Bertepatan dengan Titan yang hendak masuk ke kelasnya.
...
Titan di tempatnya berdiri sekarang, mengumpat dalam hati. Berkali-kali. Seharusnya setelah menemui Gendra tadi, Titan pergi ke rooftop saja. Bukannya langsung melangkahkan kakinya ke kelasnya dan melihat pemandangan yang tidak ia sukai.
KAMU SEDANG MEMBACA
1.1 | fire ✓
Teen Fiction「 follow dulu sebelum baca 」 ▀▀▀▀▀▀▀▀▀▀▀▀▀▀▀▀▀▀▀▀▀▀▀▀▀▀ ❝Darling, just remember this; don't fight fire with f i r e.❞ Seharusnya mungkin tidak serumit ini jadinya. Tidak semenyakitkan ini. Jika saja kepercayaan mudah untuk diberikan. Jika saja kej...