3.4

1.1K 111 0
                                    

-Yoonji pov.-
Gue tau, gue emang bukan ibu yang baik buat Yoora. Gue juga bukan istri yang baik buat Yoongi. Yoora sama Yoongi terlalu baik buat gue.

Gue.. udah ngejalanin hubungan sama Tao, temen gue pas sekolah dulu. Tao juga mantan gue.

Kalian boleh sebut gue jalang, atau apalah.

Hubungan gue sama Tao udah berjalan 2 tahun. Sedangkan, gue jadi istrinya Yoongi udah 19 tahun.

Udah pantes, kalo Yoongi sama Yoora ninggalin gue. Gue ga kaget kalo Yoongi marah tentang hubungan terlarang gue, sama Tao. Gue juga ga kaget, kalo Yoora, dan Yoongi kecewa sama gue.

Gue siap ngejalanin ini.

Untuk kedepannya, gue lebih pilih Tao.
-Yoonji pov. end-

----

Gue kecewa. Kecewa banget. Gue juga marah. Banget. Bisa-bisanya, yang gue panggil 'mama' selama ini, ternyata.. selingkuh dari papa gue.

Gue benci?

Engga.

Gue ngga masuk tahap itu. Atau lebih tepatnya, belum. Gue masih berbaik hati nganggep gue masih punya seorang ibu.

Ibu yang berhati malaikat.

Tapi, hati malaikat itu telah kotor.

"Yoora, kamu mau makan apa?"
"Yoora?"
"Sayang?"

"Apa pa?" otak gue langsung jalan waktu dipanggil sayang kan ya.

"Kamu dipanggil sayang baru jawab ya," papa ngomong sambil pasang wajah datar banget.

"Papa mau ti-"

Eta terangkanlah~
Eta terangkanlah~

Papa kaget. Gue juga kaget.

Ternyata..






















Itu nada dering handphonenya papa!

"SUARA HANDPHONE GUE KOK GINI?!" papa yang tadinya mau tidur, langsung kaget denger ringtone hapenya.

Meskipun papa udah tua, tapi masih gaul. Babyface pula. Gue kan jadi gemes-gemes gimanaa gitu.

"Siapa pa?" tanya gue penasaran.

"Jalang ga penting,"

Pedes ya :)

"Angkat aja, pa, mungkin penting," gue ngebela mama. Tadi yang telpon papa kan mama.

Mama disebut jalang again.

"Pa," gue liat papa sambil kasih death glare. Death glare gue berlaku buat semua orang. Siapapun. Yang menurut gue salah.

"Ck, iya,"

Papa ngedeketin handphone ke telinganya. Yakali ke hidung.

"Hm,"

"..."

"Hm,"

"..."

"Yoora juga ga butuh jalang kaya lo"

"..."

"Gue urus hari ini juga"

"..."

Brak!

Papa ngelempar handphonenya asal. Gue pengen tanya, tadi telpon ngomongin apa, tapi gue takut. Jadi, gue tanya nanti aja.

Lagian gue juga ngantuk. Tapi gue laper. Gue mager. Trus gimana?

"Pa, papa ngantuk ga?" tanya gue, sambil agak males-malesan.

"Kenapa, hm?"

Gue ngeliat papa. Ngomong sambil masih tutup mata. Gue masih ngeliatin papa.

Papa ganteng, ya.

"Mau sampe kapan ngeliatin papa terus, hm?"

Deg!

Gue tertangkap basah. Ga basah juga sih. Kan belom pemanasan.

( ͡° ͜ʖ ͡°)

T E R C Y D U C K.

"Ng- ngga, siapa yang liatin papa, jangan kepedean ih," gue jawab sambil malu-malu kingkong.

Tiba-tiba, papa buka matanya.

"Trus, kenapa pipi kamu merah?"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Trus, kenapa pipi kamu merah?"

"PAPA IH ENGGAAAAA"

--
Tunggu part selanjutnya😏

Papa; mygTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang