Semuanya adalah mengenai keputusan.
Keputusan kecil yang tampak tak begitu penting, yang membuat kau akan mengambil keputusan yang lebih besar.
Setiap jalan yang kau ambil, mengarahkanmu ke keputusan yang lainnya.
Dan beberapa pilihan yang kau ambil terkadang dapat mengubah segalanya.
Dan aku telah membuatnya.
...
"apa itu untuk orang yang istimewa? bunga lili?"
"ya, untuk seseorang yang layak mendapatkan bintang dan rembulan, favoritnya"
laki-laki dihadapannya mengangguk.
"aku ingin berbicara dengannya Jaehyun"
"silahkan"
...
7 tahun lalu
'oh my God. jangan lagi. ya ampun. apa dia tidak mengerti ia memiliki tetangga yang berusaha untuk tidur disini. Demi Tuhan ini pukul 11 malam dan dia masih menyalakan musik sekeras ini apa dia pikir ini club atau apa.'
Sejak satu jam yang lalu Ten berusaha untuk tidur dan yang bisa ia lakukan ternyata hanya berguling diatas tempat tidur karena suara bising musik yang terdengar dari rumah tetangga barunya.
Ten beranjak dari ranjang empuknya, wajahnya terlihat sangat terganggu, ia mengenakan sandalnya.
"heyy Smolly, tunggu sebentar disini ya" Ten mengelus kepala Smolly yang terduduk dikarpet sebelah ranjangnya, "kenapa kau sangat lemas akhir-akhir ini huh?"
Kucing Ten yang penurut itu justru duduk dipangkuan majikannya, Ten yang mengelus bulu lembut Smolly lalu mengerutkan dahinya, ia menyentuh bagian perut Smolly yang membuncit, dan bagian putingnya yang sedikit membesar.
"oh Smolly, kauu... hamil? Ten mengangkat kucingnya hingga berhadapan dengan wajahnya, heyy Smolly, ini seperti semua kenanganmu akan berakhir..."
Suara musik yang masih menggema menyadarkannya, "uh sial"
Terlihat dari kejauhan seorang laki-laki yang duduk dikursinya sendirian, memegang botol hijau ditangannya, sambil menatap mungkin langit diatas, Ten tidak peduli.
"permisi"
Orang itu tidak menghiraukan Ten hingga pemuda tersebut harus sedikit meninggikan suaranya.
"permisii. hey."
"oh sorry, musiknya terlalu keras jadi aku tidak bisa mendengarmu, ada apa?", pemuda yang dipanggilnya sedikit terkejut, menatapnya, Ten menunjuk sumber musik dengan wajah marahnya. seketika pemuda yang ditatapnya mengecilkan volumenya.
"kau masih bertanya ada apa? musikmu terlalu keras dan sangat berisik, apa kau tidak memiliki jam atau bagaimana?"
Dia memperlihatkan jam yang ada di pergelangan tangannya sambil mengangkat bahu, membuat Ten menganga dan menyentuh dahinya.
"oke kau punya, dan apa kau tidak bisa melihat sekarang pukul berapa?!?! aku sedang mencoba tidur dan kau", Ten menunjuk wajah pemuda didepannya, "dengan suara bising musikmu ini sangat menggangguku"
"hm", pemuda dihadapannya malah mengulurkan tangan.
"Taeyong.."
"dengar aku tak peduli dengan namamu, kau baru pindah disini dan tolong hargai privasiku"
Taeyong menarik tangannya kembali, ia tersenyum meledek "privasi? aku tahu kau mengamatiku sejak sore tadi dari jendela rumahmu cantik..."
"jangan panggil aku cantik! dan rumahmu hanya berjarak beberapa meter dari rumahku jadi kau berharap aku untuk melihat ke arah mana?!"
KAMU SEDANG MEMBACA
The Choice
FanfictionSetiap momen penting dari sisa hidupmu sangat bergantung pada keputusanmu.