Keesokan paginya Ten bangun diranjang queen sizenya, seprei disebelahnya sedikit berantakan menandakan pernah ada orang yang tidur disana, ia menyapukan tangan diatasnya, dingin, pasti orang yang tidur disampingnya telah lama meninggalkan ranjangnya.Ia bangun dan mengambil boxer dari dalam lemari karena pakaian yang semalam ia kenakan entah berada dimana.
Ten keluar dari kamar dan mendapati rumahnya rapi seperti sedia kala, berbeda dari yang ia bayangkan karena seingatnya semalam keadaannya sangat kacau. ia menyisir rambut agak penjangnya dengan jemari sambil menghampiri Smolly yang sedang duduk disofa.
"pagi, cantik" ia mengelus bulu lebat Smolly hingga menemukan sebuah gulungan kertas yang disematkan dilehernya.
'aku tak mau membangunkanmu cantik, karena aku harus bergegas untuk bekerja
jangan pergi jauh, Ten
ini baru mulai ke arah yang lebih baik
ngomong-ngomong ini Taeyong,tetanggamu'
Ten tersenyum setelah membaca pesan yang dituliskan Taeyong, ia mengelus kepala Smolly sekali lagi lalu melangkahkan kakinya untuk mengambil ponselnya mengecek kotak suara yang masuk, suara orang yang dirindukannya terdengar diseberang.
'hai sayang, ini aku. maaf untuk lambat meneleponmu. tapi acara pembukaaannya luar biasa, orang-orang terus membawaku untuk keluar dan minum. dengar, aku akan coba untuk pulang secepatnya, tapi aku masih punya banyak pekerjaan untuk diselesaikan, aku harap kuliahmu juga baik-baik saja.
aku cinta padamu'
Ten menghela nafas memandang keluar jendela.
...
Sore ini Taeyong dan Ten sedang berkeliling kota mengendarai motor Taeyong, karena Ten yang baru pindah jadi ia tak mengetahui banyak tentang daerah rumahnya. Ten memeluk pinggang Taeyong erat, merasakan udara disekelilingnya yang juga seperti memeluknya. tak disangka cuaca sore yang cerah berubah menjadi mendung dan kemudian tanpa aba turun hujan dengan derasnya, kota ini memang basah terkenal dengan cuacanya yang sering berubah namun sangat cocok untuk siapapun yang ingin hidup beristirahat lebih tenang dari daerah perkotaan yang hingar bingar.
Mereka memutuskan untuk berlindung di bawah pohon besar, baju mereka basah kuyup. langit diatas masih mendung tapi Ten tersenyum, tangan kecilnya memainkan air hujan yang turun Taeyong memandangnya, bagaimana ada orang yang basah kuyup seperti ini masih terlihat sangat menawan, Ten adalah definisi sempurna menurutnya. matanya menghilang membentuk bulan sabit saat tetesan hujan yang deras itu berubah menjadi butir-butir kecil.
"Taeyong lihat" , senyum itu beralih dari memandang rintik air di hadapannya menjadi bertatapan dengan mata besar Taeyong. yang ditatap tidak repot untuk membuang wajah karena tertangkap sedang melihatnya, ia tidak akan berusaha mengaguminya dari jauh lagi kali ini, ia akan terang-terangan menunjukan bahwa pemuda di hadapannya ini berhak dipuja. berhak dimilikinya.
"T-taeyong?"
"hm?"
"kenapa?"
"apa yang kau lakukan Ten?"
Ten menunjukan wajah kebingungannya merasa tidak melakukan apapun selain bermain dengan air hujan.
"uhm?"
"apa yang kau lakukan sehingga membuatku sulit memalingkan wajahku selain ke arahmu" mendengar itu darah Ten seperti langsung naik, karena rona merah jelas terlihat diwajah putihnya, Taeyong memegang pipinya yang terlihat menggemaskan.
"kau mulai kedinginan"
"eh tidak" Ten menggeleng. tapi terlihat memang baju itu telah mencetak tubuh Ten jadi sudah pasti Ten bohong jika ia bilang ia tidak kedinginan. Taeyong menarik pinggang Ten hingga menempel padanya. Ten meletakkan tangannya didada bidang Taeyong, mata indahnya seperti kelinci, berbinar dengan manik hitam legam dan kelopak mata yang cantik.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Choice
FanfictionSetiap momen penting dari sisa hidupmu sangat bergantung pada keputusanmu.